jfid – Di tengah-tengah hiruk-pikuk perang antara Hamas dan Israel, ada satu sosok yang menjadi harapan dan inspirasi bagi rakyat Palestina, khususnya di Jalur Gaza.
Dia adalah Abu Ubaidah, juru bicara militer Brigade Izz ad-Din al-Qassam, sayap bersenjata Hamas. Dengan suara yang tenang dan tegas, dia memberikan informasi dan analisis tentang perkembangan pertempuran, serta menyampaikan pesan-pesan motivasi dan tantangan kepada musuh.
Abu Ubaidah bukanlah nama aslinya, melainkan nama samaran yang diambil dari salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW, Abu Ubaidah bin al-Jarrah, yang dikenal sebagai panglima perang dan pemimpin yang adil.
Identitas asli Abu Ubaidah sangat dirahasiakan, bahkan Israel pun tidak pernah bisa membongkarnya.
Dia hanya muncul dengan menutupi wajahnya dengan kain keffiyeh merah, yang menjadi ciri khasnya.
Dia pertama kali muncul pada tahun 2006, ketika dia mengumumkan penangkapan tentara Israel, Gilad Shalit, oleh Brigade al-Qassam. Sejak itu, dia menjadi juru bicara resmi kelompok tersebut.
Abu Ubaidah tidak hanya sekadar menyampaikan informasi, tetapi juga menunjukkan kecerdasan dan keahlian dalam bidang militer, politik, dan media.
Dia sering kali mengungkapkan fakta-fakta yang tidak diketahui publik, seperti jumlah korban, jenis senjata, dan lokasi sasaran.
Dia juga sering kali mengejek dan menantang Israel, dengan menggunakan bahasa yang tajam dan penuh sindiran.
Dia bahkan pernah mengatakan bahwa menyerang Tel Aviv, Dimona, Ashdod, Ashkelon, dan Beersheba lebih mudah daripada minum air.
Dia juga mengklaim bahwa Hamas memiliki kemampuan untuk meluncurkan serangan yang akan menyebabkan gempa bumi regional dan respons yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Abu Ubaidah tidak hanya dihormati dan disegani oleh para pejuang Hamas, tetapi juga oleh rakyat Palestina, khususnya di Gaza.
Bagi mereka, Abu Ubaidah adalah simbol perlawanan dan keberanian, yang memberikan semangat dan harapan di tengah-tengah penderitaan dan penindasan.
Mereka percaya bahwa selama Abu Ubaidah masih hidup dan berbicara, maka Hamas masih kuat dan mampu melawan Israel.
Mereka juga percaya bahwa Abu Ubaidah akan selalu memberikan informasi yang akurat dan jujur, tanpa ada manipulasi atau propaganda.
Salah satu warga Gaza, Muhammad al-Ashqar, mengatakan, “Selagi Abu Ubaidah baik-baik saja, kita semua baik-baik saja. Dia adalah suara kami, suara kebenaran, suara keadilan, dan suara kemenangan.”
Abu Ubaidah juga menjadi sumber inspirasi bagi banyak anak-anak di Gaza, yang bercita-cita menjadi seperti dia.
Mereka mengagumi keberaniannya, kebijaksanaannya, dan keterampilannya dalam berbicara.
Mereka juga ingin belajar dari pengalamannya, yang diyakini telah melalui banyak pertempuran dan kesulitan.
Salah satu anak Gaza, Ahmad al-Najjar, mengatakan, “Saya ingin menjadi Abu Ubaidah, karena dia adalah pahlawan kami. Dia selalu memberi kami kabar baik dan membuat kami bangga. Dia juga membuat Israel takut dan marah. Saya ingin belajar dari dia bagaimana cara melawan penjajah dan membela tanah kami.”
Abu Ubaidah memang menjadi fenomena yang unik dan menarik di tengah-tengah konflik Hamas-Israel. Dia berhasil menciptakan citra yang positif dan kuat bagi Hamas, sekaligus mengguncang dan mengganggu Israel.
Dia juga berhasil membangkitkan rasa nasionalisme dan solidaritas di kalangan rakyat Palestina, yang merasa memiliki juru bicara yang mewakili mereka.
Abu Ubaidah adalah bukti bahwa kata-kata bisa menjadi senjata yang ampuh, jika digunakan dengan cerdas dan tepat.