Mengapa China Menjadi Sumber Penyakit Covid-19 dan Mycoplasma Pneumoniae

ZAJ
By ZAJ
7 Min Read

jfid – Pneumonia adalah peradangan pada jaringan paru-paru yang disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, jamur, atau parasit. Gejala pneumonia meliputi batuk, demam, sesak napas, nyeri dada, dan kelelahan.

Pneumonia bisa menjadi penyakit yang serius dan berpotensi mengancam jiwa, terutama bagi orang-orang yang berusia lanjut, memiliki penyakit kronis, atau sistem kekebalan tubuh yang lemah.

Pada akhir tahun 2019, dunia dikejutkan oleh munculnya penyakit baru yang disebut COVID-19, yang disebabkan oleh virus corona jenis baru yang diberi nama SARS-CoV-2.

Penyakit ini pertama kali terdeteksi di kota Wuhan, China, dan kemudian menyebar ke berbagai negara, menyebabkan pandemi global yang belum berakhir hingga saat ini.

COVID-19 juga bisa menyebabkan pneumonia, yang menjadi salah satu komplikasi utama yang bisa berakibat fatal.

Namun, COVID-19 bukanlah satu-satunya penyakit berbahaya yang bermula dari China. Dalam sejarahnya, China telah menjadi episentrum awal dari beberapa wabah penyakit menular, seperti flu Asia, flu Hong Kong, SARS, dan flu burung H5N1.

Mengapa China kerap menjadi sumber penyakit-penyakit ini? Apa penyebab pneumonia di China saat ini? Bagaimana kondisi terkini dan upaya pencegahannya? Simak ulasan berikut ini untuk mengetahui jawabannya.

China, Tempat Berkembang Biaknya Patogen

Salah satu faktor yang membuat China menjadi tempat yang rentan terhadap munculnya penyakit menular adalah keberadaan hewan liar yang beragam dan berpotensi menjadi inang atau perantara dari berbagai patogen.

Patogen adalah mikroorganisme yang bisa menyebabkan penyakit, seperti bakteri, virus, jamur, atau parasit. Beberapa patogen bisa berpindah dari hewan ke manusia, yang disebut sebagai zoonosis.

Menurut sebuah studi yang dipublikasikan di jurnal Nature pada tahun 2021, China dan Asia Tenggara merupakan titik panas risiko lompatan virus corona baru dari kelelawar tapal kuda, yang merupakan kelompok kelelawar yang diduga menjadi sumber SARS-CoV-2.

Studi ini memetakan titik panas tersebut berdasarkan tingkat fragmentasi hutan, kepadatan ternak, dan permukiman manusia.

Studi ini menemukan bahwa China memiliki sebagian besar titik panas tersebut, karena peningkatan permintaan produk daging yang mendorong perluasan peternakan industri skala besar.

Selain kelelawar, hewan liar lain yang bisa menjadi sumber patogen berbahaya adalah unggas, babi, tikus, dan binatang-binatang eksotis yang diperdagangkan secara ilegal.

Di China, perdagangan hewan liar masih marak, baik untuk dikonsumsi, dimanfaatkan bagian tubuhnya, atau dijadikan hewan peliharaan.

Pasar-pasar hewan liar, yang sering berdekatan dengan pasar-pasar makanan lainnya, menjadi tempat yang ideal untuk terjadinya kontak antara hewan-hewan yang berbeda jenis dan asalnya, serta antara hewan dan manusia.

Kontak ini bisa memicu terjadinya mutasi, rekombinasi, atau perpindahan genetik dari patogen, yang bisa meningkatkan kemampuannya untuk menginfeksi spesies baru.

Pneumonia Misterius di China

Pada akhir tahun 2021, China mengalami lonjakan kasus penyakit pernapasan, termasuk pneumonia, yang menimbulkan kekhawatiran akan munculnya wabah baru.

Pada bulan November 2021, media dan ProMED melaporkan adanya kelompok pneumonia yang tidak terdiagnosis pada anak-anak di China utara.

WHO meminta informasi epidemiologi dan klinis tambahan, serta hasil laboratorium dari kelompok yang dilaporkan tersebut, melalui mekanisme Peraturan Kesehatan Internasional.

Komisi Kesehatan Nasional China mengaitkan lonjakan infeksi dengan peredaran patogen yang diketahui, yaitu influenza, pneumonia mikoplasma, respiratory syncytial virus (RSV), rhinovirus, adenovirus, dan juga COVID-19.

Faktor lain yang disebutkan adalah datangnya musim dingin dan musim dingin penuh pertama di China sejak kebijakan nol-COVID dicabut hampir setahun yang lalu.

Peningkatan penyakit pernapasan di musim dingin bukanlah hal yang aneh, karena banyak orang cenderung berada di dalam ruangan yang kurang berventilasi, sehingga memudahkan penularan patogen.

Pada bulan Desember 2021, China mengumumkan bahwa penyebab pneumonia misterius pada anak-anak telah diidentifikasi sebagai virus parainfluenza tipe 4 (PIV-4). Virus ini termasuk dalam keluarga paramyxovirus, yang juga mencakup virus campak, gondong, dan RSV.

Virus ini bisa menyebabkan infeksi saluran pernapasan atas dan bawah, seperti pilek, faringitis, bronkitis, dan pneumonia.

Gejala yang ditimbulkan oleh virus ini mirip dengan gejala COVID-19, seperti batuk, demam, sesak napas, dan kehilangan penciuman atau pengecapan. Namun, virus ini tidak seberbahaya COVID-19, dan biasanya bisa sembuh dengan sendirinya tanpa perawatan khusus.

Upaya Pencegahan dan Pengendalian

Untuk mencegah dan mengendalikan penyebaran penyakit pernapasan, termasuk pneumonia, China telah melakukan berbagai upaya, seperti meningkatkan pengawasan penyakit di fasilitas kesehatan dan lingkungan masyarakat, memperkuat kapasitas sistem kesehatan untuk menangani pasien, melakukan tes, pelacakan.

dan isolasi kasus yang terkonfirmasi atau terduga, menerapkan protokol kesehatan seperti penggunaan masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan, serta mengakselerasi program vaksinasi.

Selain itu, China juga berusaha untuk mengatasi masalah perdagangan hewan liar, yang menjadi salah satu sumber utama patogen berbahaya.

Pada tahun 2020, China mengeluarkan larangan permanen terhadap perdagangan dan konsumsi hewan liar yang tidak teratur, serta memberikan kompensasi kepada para pedagang dan peternak yang terdampak.

China juga mengeluarkan daftar hewan yang diizinkan untuk dikonsumsi, yang mencakup hewan ternak, unggas, dan ikan, serta beberapa hewan liar yang dianggap aman, seperti landak, rusa, dan burung merak.

Namun, larangan ini masih memiliki celah, karena masih memungkinkan perdagangan hewan liar untuk tujuan medis, penelitian, atau pelestarian.

Kesimpulan

Pneumonia di China disebabkan oleh berbagai patogen, baik yang sudah diketahui maupun yang baru. China merupakan tempat yang rentan terhadap munculnya penyakit menular, karena keberadaan hewan liar yang beragam dan berpotensi menjadi sumber patogen berbahaya.

China telah melakukan berbagai upaya untuk mencegah dan mengendalikan penyebaran penyakit pernapasan, termasuk pneumonia, namun masih perlu meningkatkan pengawasan dan regulasi terhadap perdagangan hewan liar.

*Ikuti jfid di Google News, Klik Disini.
*Segala sanggahan, kritik, saran dan koreksi atau punya opini sendiri?, kirim ke email [email protected]

Share This Article