KPI Berulah Lagi! Ivan Gunawan Ditegur Gara-Gara Mirip Cewek

Noer Huda
2 Min Read
KPI Berulah Lagi! Ivan Gunawan Ditegur Gara-Gara Mirip Cewek
KPI Berulah Lagi! Ivan Gunawan Ditegur Gara-Gara Mirip Cewek

jfid – Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) kembali menjadi sorotan publik. Kali ini, terkait teguran yang mereka berikan kepada Ivan Gunawan, seorang desainer dan presenter terkenal, atas penampilannya di acara Brownis Trans TV.

Menurut KPI, penampilan Ivan mirip perempuan dan melanggar etika serta norma yang ada dalam Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3 dan SPS) KPI tahun 2012.

Namun, apakah penilaian KPI tersebut benar? Atau apakah ini hanya refleksi dari pandangan sempit dan konservatif yang masih melekat dalam masyarakat kita?

Ivan Gunawan, dalam klarifikasinya, menjelaskan bahwa penampilannya tersebut sesuai dengan tema fesyen 60-an dan bukan bermaksud untuk meniru perempuan.

Sepatu boots tinggi dan mahkota yang ia kenakan, menurutnya, bukan hanya milik perempuan, melainkan juga simbol prestasi dan kebanggaan dirinya.

Dalam konteks ini, KPI tampaknya telah gagal memahami bahwa mode dan gaya berpakaian adalah bentuk ekspresi diri yang unik dan individual.

Mereka juga tampaknya mengabaikan fakta bahwa norma dan etika berubah seiring waktu dan budaya.

Lebih jauh, KPI tampaknya telah melupakan bahwa televisi adalah medium yang mencerminkan keragaman dan inklusivitas masyarakat.

Dengan menegur Ivan Gunawan atas penampilannya, KPI seolah-olah menegaskan stereotip gender yang kaku dan usang.

Sebagai lembaga yang bertanggung jawab atas penyiaran di Indonesia, KPI seharusnya mendorong keragaman dan inklusivitas, bukan membatasi ekspresi individu.

Mereka harus memahami bahwa penampilan seseorang tidak selalu mencerminkan identitas gender mereka, dan bahwa penampilan tersebut tidak seharusnya menjadi subjek teguran.

Dalam kasus Ivan Gunawan, KPI telah melewatkan kesempatan untuk mendukung keragaman dan inklusivitas.

Sebaliknya, mereka memilih untuk menegur dan membatasi ekspresi individu. Ini adalah sebuah langkah mundur bagi kebebasan berekspresi dan hak asasi manusia.

Oleh karena itu, KPI perlu merefleksikan kembali pendekatannya dan memastikan bahwa mereka benar-benar mewakili dan mendukung keragaman dan inklusivitas dalam masyarakat Indonesia.

*Ikuti jfid di Google News, Klik Disini.
*Segala sanggahan, kritik, saran dan koreksi atau punya opini sendiri?, kirim ke email [email protected]

Share This Article