Instagram Lebih Peduli: Inovasi Baru untuk Keamanan Remaja

Shofiyatul Millah
4 Min Read

jfid – Media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan remaja di era digital.

Namun, media sosial juga bisa membawa dampak negatif bagi kesehatan mental remaja, seperti depresi, kecemasan, atau bahkan bunuh diri.

Oleh karena itu, Meta, perusahaan induk dari Instagram, berupaya untuk membuat platformnya menjadi lebih ramah dan aman bagi pengguna usia remaja.

Salah satu langkah yang diambil oleh Meta adalah membatasi paparan konten yang berkaitan dengan aksi melukai diri sendiri kepada remaja.

Konten seperti itu tidak lagi muncul di lini masa, feed, stories, reels, atau explore yang dilihat remaja di Instagram, meskipun konten tersebut dibagikan oleh seseorang yang mereka ikuti.

Instagram juga akan membatasi istilah pencarian seperti “bunuh diri”, “melukai diri sendiri”, dan “gangguan makan” dalam pencarian remaja.

Alih-alih menampilkan hasil pencarian untuk pencarian tersebut, Instagram akan mengarah ke layanan pusat bantuan.

Langkah ini diambil setelah Meta mengumpulkan panduan dari para ahli soal perlindungan pengguna usia remaja.

Meta mengatakan bahwa mereka ingin membantu remaja mengakses konten yang mendukung kesejahteraan mereka, bukan yang merusaknya.

Meta juga mengatakan bahwa mereka sudah menerapkan pengaturan ini untuk remaja baru ketika mereka bergabung dengan Instagram dan Facebook dan kini memperluasnya ke remaja yang sudah menggunakan aplikasi ini.

Perubahan ini diluncurkan untuk semua pengguna Instagram dan Facebook yang berusia di bawah 18 tahun dan akan diterapkan sepenuhnya dalam beberapa bulan mendatang.

Meta berharap bahwa dengan langkah ini, mereka bisa memberikan pengalaman yang lebih positif dan sehat bagi remaja di media sosial.

Namun, langkah ini tidak serta merta membuat Instagram bebas dari konten yang berpotensi berbahaya bagi remaja.

Masih ada kemungkinan bahwa remaja bisa menemukan konten yang tidak sesuai usia atau yang memicu perasaan negatif di luar Instagram, seperti di YouTube, TikTok, atau media sosial lainnya.

Oleh karena itu, peran orang tua, guru, dan orang dewasa lainnya tetap sangat penting untuk mengawasi dan membimbing remaja dalam menggunakan media sosial.

Selain itu, remaja juga perlu memiliki kesadaran dan keterampilan untuk mengelola penggunaan media sosial mereka secara bijak dan bertanggung jawab.

Remaja perlu mengetahui batas-batas yang sehat dalam berinteraksi dengan media sosial, seperti mengatur waktu, menghindari konten yang tidak bermanfaat, dan mencari bantuan jika mengalami masalah.

Remaja juga perlu mengembangkan rasa percaya diri, kritis, dan empati dalam menyaring dan menanggapi informasi yang mereka terima di media sosial.

Instagram, sebagai salah satu media sosial terpopuler di kalangan remaja, telah menunjukkan komitmennya untuk menjaga kesehatan mental penggunanya.

Namun, Instagram tidak bisa sendirian dalam upaya ini.

Peran semua pihak, baik remaja, orang tua, guru, ahli, maupun pemerintah, sangat dibutuhkan untuk menciptakan lingkungan media sosial yang kondusif dan bermakna bagi remaja.

*Ikuti jfid di Google News, Klik Disini.
*Segala sanggahan, kritik, saran dan koreksi atau punya opini sendiri?, kirim ke email [email protected]

Share This Article