Telaga Sarangan, Danau Cantik yang Berasal dari Tapak Kaki Joko Lelono

ZAJ
By ZAJ
4 Min Read
Segini Harga Tiket Masuk, Parkir, dan Hiburan Telaga Sarangan
Segini Harga Tiket Masuk, Parkir, dan Hiburan Telaga Sarangan

jfid – Telaga Sarangan atau Telaga Pasir merupakan salah satu objek wisata andalan Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Telaga ini terletak di ketinggian 1.200 meter di atas permukaan laut, di lereng Gunung Lawu.

Dengan luas sekitar 30 hektar dan kedalaman 28 meter, telaga ini menawarkan pemandangan alam yang indah dan sejuk. Banyak wisatawan yang datang ke sini untuk menikmati suasana pegunungan, berkeliling danau dengan perahu atau kuda, atau menginap di hotel atau pondok wisata yang tersedia di sekitar telaga.

Namun, di balik keindahan dan keseruan Telaga Sarangan, tersimpan berbagai mitos dan legenda yang berkembang di masyarakat sekitar. Salah satunya adalah kisah tentang asal-usul terbentuknya telaga ini, yang dikaitkan dengan sepasang suami istri bernama Kyai Pasir dan Nyai Pasir.

Menurut cerita, mereka adalah pasangan yang tidak dikaruniai anak, sehingga harus berusaha memenuhi kebutuhan hidup sendiri berdua. Suatu hari, mereka menemukan sebutir telur di tengah hutan, dan membawanya pulang untuk dijadikan lauk.

Namun, ketika mereka hendak memecahkan telur tersebut, telur itu berubah menjadi seekor bayi laki-laki yang cantik. Mereka pun merawat bayi itu sebagai anak mereka, dan memberinya nama Joko Lelono.

Joko Lelono tumbuh menjadi anak yang baik dan pintar, namun juga memiliki sifat yang aneh. Ia sering menghilang tanpa jejak, dan kadang-kadang membawa pulang hewan-hewan liar seperti ular, harimau, atau burung.

Suatu ketika, ia menghilang selama tujuh hari tujuh malam, dan membuat orang tuanya khawatir. Ketika ia kembali, ia membawa seekor naga yang sangat besar dan mengagetkan. Kyai Pasir dan Nyai Pasir pun marah dan menegurnya.

Mereka meminta Joko Lelono untuk mengembalikan naga itu ke tempat asalnya, dan tidak pernah lagi membawa hewan-hewan aneh ke rumah. Joko Lelono pun menuruti perintah orang tuanya, dan pergi bersama naga itu.

Namun, sebelum ia pergi, ia memberitahu orang tuanya bahwa ia sebenarnya bukan anak mereka, melainkan putra dari Dewa Wisnu dan Dewi Sri. Ia mengatakan bahwa ia diturunkan ke bumi untuk menjaga keseimbangan alam, dan bahwa naga itu adalah teman seperjalanannya.

Ia juga mengatakan bahwa ia akan kembali lagi suatu hari nanti, dan memberkati orang tuanya dengan kemakmuran. Kyai Pasir dan Nyai Pasir pun terkejut dan sedih mendengar pengakuan Joko Lelono.

Mereka berusaha mencegahnya pergi, namun sia-sia. Joko Lelono pun menghilang bersama naga itu, dan meninggalkan bekas tapak kaki di tanah. Bekas tapak kaki itu kemudian menjadi sebuah telaga yang sangat dalam dan luas, yang kemudian dikenal sebagai Telaga Sarangan.

Selain kisah tersebut, ada juga mitos yang mengatakan bahwa di tengah-tengah Telaga Sarangan terdapat sebuah pulau yang berisi makam tiga orang sakti, yaitu Syekh Mundur, Nyai Ramping, dan Joko Lelono.

Pulau itu konon hanya bisa dilihat oleh orang-orang yang berhati suci dan bersih. Di sekitar pulau itu, ada juga seekor ular naga dan seekor harimau putih yang menjaga kawasan tersebut. Mereka adalah penjelmaan dari Joko Lelono dan naga temannya.

Mereka akan menolong orang-orang yang baik dan menghukum orang-orang yang jahat. Oleh karena itu, banyak orang yang datang ke Telaga Sarangan untuk berziarah, berdoa, atau meminta sesuatu.

Meskipun mitos dan legenda tersebut tidak bisa dibuktikan kebenarannya secara ilmiah, namun mereka tetap menjadi bagian dari kekayaan budaya dan sejarah masyarakat Magetan.

Mereka juga menambah daya tarik dan keunikan Telaga Sarangan sebagai destinasi wisata. Bagi para pengunjung, Telaga Sarangan bukan hanya menawarkan keindahan alam, tetapi juga kisah-kisah yang menggugah imajinasi dan kepercayaan.

*Ikuti jfid di Google News, Klik Disini.
*Segala sanggahan, kritik, saran dan koreksi atau punya opini sendiri?, kirim ke email [email protected]

Share This Article