jfid – Di tengah keindahan alam yang memukau, perilaku tidak bertanggung jawab dari sebagian turis telah memaksa pemerintah Jepang untuk mengambil langkah drastis.
Spot foto populer yang menampilkan Gunung Fuji sebagai latar belakang, yang terletak di Kota Fujikawaguchiko, Prefektur Yamanashi, kini telah dipasangi pagar jaring setinggi 2,5 meter.
Pagar ini bukan hanya sekadar penghalang fisik, tetapi juga simbol dari dampak negatif overtourism yang telah menjadi masalah serius di Jepang.
Pemasangan pagar ini merupakan respons terhadap perilaku buruk sejumlah wisatawan yang tidak mengindahkan papan penanda dan peringatan dari petugas keamanan.
Wisatawan tersebut diketahui memadati trotoar di samping minimarket dan bahkan memanjat atap klinik gigi yang berdekatan dengan spot foto untuk mendapatkan gambar yang sempurna.
Spot foto ini, yang terkenal karena kontras antara toko serba ada Lawson dengan latar Gunung Fuji yang tenang, telah menjadi ikon “sangat Jepang” dan tersebar luas di media sosial.
Namun, kini estetika tersebut terancam oleh jaring yang akan “menghalangi” pemandangan ikonik tersebut.
Fenomena overtourism ini bukan hanya mengganggu keindahan visual, tetapi juga menyebabkan masalah lingkungan seperti peningkatan sampah dan erosi di jalur pendakian Gunung Fuji.
Pemerintah Prefektur Yamanashi telah mengumumkan kebijakan baru untuk mengurangi keramaian, termasuk batasan harian 4.000 pendaki dan biaya wajib sebesar 2.000 yen per orang.
Langkah ini diharapkan dapat mengembalikan ketenangan dan kelestarian alam Gunung Fuji, yang telah lama dikenal sebagai simbol keindahan dan spiritualitas di Jepang.
Mari kita intip lebih dalam tentang dampak dan harapan yang terkandung di balik pemasangan pagar ini, serta bagaimana kita sebagai wisatawan dapat berperan aktif dalam melestarikan warisan alam yang tak ternilai ini.
