jfid – Telaga Sarangan atau Telaga Pasir adalah sebuah danau alami yang terletak di ketinggian 1.200 meter di atas permukaan laut, di lereng Gunung Lawu, Kabupaten Magetan, Jawa Timur.
Telaga ini memiliki luas sekitar 30 hektar dengan kedalaman 28 meter, dan suhu udara yang berkisar antara 15 hingga 20 derajat Celsius.
Telaga Sarangan menawarkan pemandangan alam yang indah dan sejuk, dengan air yang jernih dan bersih, serta dikelilingi oleh pegunungan dan pepohonan yang hijau. Di sekitar telaga, terdapat berbagai fasilitas wisata, seperti hotel berbintang, hotel kelas melati, pondok wisata, rumah makan, dan tempat penjualan souvenir.
Pengunjung dapat menikmati berbagai aktivitas seru di Telaga Sarangan, seperti berkeliling danau dengan menunggang kuda, menaiki speed boat, menyewa perahu, atau becak motor.
Selain itu, pengunjung juga dapat melakukan ziarah ke makam-makam para wali yang berada di sekitar telaga, seperti makam Sunan Bonang, Sunan Kalijaga, Sunan Giri, dan Sunan Ampel.
Telaga Sarangan juga menyimpan kisah legenda yang berkaitan dengan terbentuknya danau tersebut. Menurut cerita, dahulu ada sepasang suami istri yang bernama Kyai Pasir dan Nyai Pasir, yang tidak dikaruniai anak. Mereka hidup sederhana dan berusaha memenuhi kebutuhan hidup dengan bertani.
Suatu hari, mereka menemukan sebutir telur di ladang mereka. Mereka mengira telur itu milik ayam, dan membawanya pulang untuk dimasak. Namun, ketika mereka memecahkan telur itu, ternyata isinya adalah seekor bayi laki-laki yang cantik. Mereka pun merawat bayi itu sebagai anak mereka, dan memberinya nama Raden Sarangan.
Raden Sarangan tumbuh menjadi anak yang tampan, cerdas, dan baik hati. Ia sangat dicintai oleh orang tuanya dan masyarakat sekitar. Ketika ia dewasa, ia diangkat menjadi bupati oleh raja. Ia juga menikah dengan putri raja, dan hidup bahagia.
Namun, kebahagiaan mereka tidak berlangsung lama. Suatu hari, Raden Sarangan mendapat perintah dari raja untuk berperang melawan musuh. Ia pun berangkat dengan membawa pasukannya. Sebelum berangkat, ia berpamitan kepada orang tuanya, dan berjanji akan segera kembali.
Sayangnya, Raden Sarangan gugur di medan perang. Kabar kematian Raden Sarangan membuat orang tuanya sangat sedih dan putus asa. Mereka merasa kehilangan segalanya, dan tidak mau menerima kenyataan. Mereka pun berdoa kepada Tuhan, agar mereka dapat bersatu kembali dengan Raden Sarangan.
Doa mereka didengar oleh Tuhan. Tiba-tiba, tanah di sekitar rumah mereka retak dan terbelah, dan air mengalir keluar dari dalamnya. Air itu terus mengalir dan membentuk sebuah danau. Kyai Pasir dan Nyai Pasir pun berubah menjadi dua ekor naga, dan masuk ke dalam danau. Mereka berharap, di dalam danau itu mereka dapat bertemu dengan Raden Sarangan.
Sejak saat itu, danau itu dinamakan Telaga Sarangan, yang berarti danau Sarangan. Danau itu dianggap sebagai tempat yang keramat, dan menjadi saksi bisu dari kisah cinta dan kesetiaan Kyai Pasir dan Nyai Pasir kepada Raden Sarangan.
Untuk dapat mengunjungi Telaga Sarangan, pengunjung harus membayar tiket masuk sebesar Rp 10.000 untuk anak-anak, dan Rp 20.000 untuk dewasa. Selain itu, ada juga biaya tambahan untuk kendaraan, parkir, dan aktivitas lainnya. Berikut adalah rincian lengkapnya:
– Tiket masuk motor Rp 2.500
– Tiket masuk mobil Rp 5.000
– Tiket masuk bus Rp 10.000
– Parkir motor Rp 2.000
– Parkir mobil Rp 5.000
– Parkir bus Rp 10.000
– Berkeliling menunggang kuda Rp 50.000 per putaran
– Menaiki speed boat Rp 60.000 per putaran
Telaga Sarangan buka setiap hari, selama 24 jam. Pengunjung dapat datang kapan saja, baik di pagi, siang, sore, maupun malam hari. Namun, disarankan untuk datang di pagi atau sore hari, agar dapat menikmati pemandangan danau yang lebih indah dan segar.
Telaga Sarangan adalah destinasi wisata dan ziarah yang cocok untuk semua kalangan, baik muda maupun tua, baik sendiri maupun bersama keluarga atau teman. Di sini, pengunjung dapat merasakan sensasi berlibur yang menyenangkan, sekaligus mengenal lebih dekat sejarah dan budaya lokal yang kaya.