Apakah Anda Tahu Sejarah Danau di Sumenep yang Menjadi Destinasi Wisata Favorit?

ZAJ By ZAJ - SEO Expert | AI Enthusiast
18 Min Read
- Advertisement -

jfid – Sumenep adalah salah satu kabupaten di ujung timur Pulau Madura yang memiliki banyak pesona wisata alam, budaya, dan sejarah. Salah satu objek wisata alam yang menarik perhatian wisatawan adalah danau-danau yang tersebar di beberapa kecamatan di Sumenep.

Danau-danau ini memiliki keindahan alami yang mempesona, air yang jernih dan segar, serta panorama sekitarnya yang asri dan menyejukkan mata.

Namun, tahukah Anda bahwa di balik kecantikan danau-danau ini, tersimpan sejarah dan legenda yang menarik untuk diketahui? Berikut ini adalah beberapa rekomendasi danau di Sumenep yang paling asyik dan bening banget, beserta sejarah dan cerita di baliknya.

Danau Sarangan

Danau Sarangan terletak di Desa Sarangan, Kecamatan Saronggi, Sumenep. Danau ini memiliki luas sekitar 30 hektare dengan kedalaman mencapai 28 meter. Danau ini dikelilingi oleh perbukitan hijau yang membuat pemandangannya semakin indah.

Ad image

Danau ini juga menjadi habitat bagi berbagai jenis ikan air tawar, seperti nila, mujair, lele, dan gurame. Di sekitar danau, terdapat beberapa fasilitas wisata, seperti penginapan, warung makan, perahu motor, dan area bermain anak.

Danau Sarangan memiliki sejarah yang erat kaitannya dengan Kerajaan Sumenep. Menurut cerita rakyat setempat, danau ini dulunya adalah sebuah desa bernama Desa Sarangan. Desa ini merupakan salah satu desa bawahan Kerajaan Sumenep yang dipimpin oleh seorang kepala desa bernama Ki Ageng Sarangan.

Ki Ageng Sarangan dikenal sebagai sosok yang bijaksana, adil, dan dicintai oleh rakyatnya. Suatu hari, Ki Ageng Sarangan mendapat kabar bahwa Raja Sumenep akan mengunjungi desanya. Ki Ageng Sarangan pun mempersiapkan segala sesuatu untuk menyambut kedatangan sang raja dengan baik.

Namun, ternyata kabar tersebut hanyalah tipu daya dari seorang bangsawan Sumenep yang iri dengan Ki Ageng Sarangan. Bangsawan tersebut berniat untuk menjatuhkan Ki Ageng Sarangan di hadapan raja dengan cara menghasut rakyatnya untuk memberontak.

Bangsawan tersebut menyebarkan isu bahwa Ki Ageng Sarangan telah mengkhianati raja dengan tidak mau membayar pajak dan menolak kunjungan raja. Rakyat Desa Sarangan pun menjadi bingung dan marah dengan Ki Ageng Sarangan. Mereka mengepung rumah Ki Ageng Sarangan dan menuntut penjelasan.

Ki Ageng Sarangan merasa tidak bersalah dan tidak tahu menahu tentang isu tersebut. Ia mencoba menjelaskan kepada rakyatnya bahwa ia tidak pernah mengkhianati raja dan selalu membayar pajak tepat waktu.

Ia juga mengatakan bahwa ia sudah mempersiapkan segala sesuatu untuk menyambut kedatangan raja dengan hormat. Namun, rakyatnya tidak percaya dengan penjelasan Ki Ageng Sarangan. Mereka menganggap Ki Ageng Sarangan telah berbohong dan berusaha menipu mereka.

Akhirnya, terjadilah pertempuran antara Ki Ageng Sarangan dengan rakyatnya sendiri. Darah mengalir di desa itu. Ki Ageng Sarangan bertempur dengan gagah berani melawan rakyatnya yang telah dibutakan oleh hasutan bangsawan jahat itu.

Namun, ia sadar bahwa ia tidak akan mampu mengalahkan mereka semua sendirian. Ia pun memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan cara melompat ke dalam sebuah sumur di tengah desa.

Saat itu juga, terjadilah keajaiban. Sumur yang menjadi tempat Ki Ageng Sarangan melompat itu tiba-tiba meledak dan mengeluarkan air yang sangat deras. Air itu menggenangi seluruh desa dan menenggelamkan semua orang yang ada di sana, termasuk bangsawan yang menghasut rakyat Desa Sarangan.

Hanya Ki Ageng Sarangan yang selamat dari banjir besar itu. Ia berubah menjadi seekor naga yang menjaga danau yang terbentuk dari sumur itu. Danau itu kemudian dinamakan Danau Sarangan, sebagai penghormatan kepada Ki Ageng Sarangan yang telah gugur sebagai pahlawan.

Danau Lombang

Danau Lombang terletak di Desa Lombang, Kecamatan Batuputih, Sumenep. Danau ini memiliki luas sekitar 175 hektare dengan kedalaman mencapai 60 meter. Danau ini dikelilingi oleh hutan mangrove yang menjadi habitat bagi berbagai jenis burung, seperti bangau, elang, dan pelikan.

Danau ini juga menjadi tempat berkembang biaknya ikan bandeng, udang, dan kepiting. Di sekitar danau, terdapat beberapa fasilitas wisata, seperti gazebo, jembatan kayu, perahu dayung, dan area berkemah.

Danau Lombang memiliki sejarah yang berkaitan dengan legenda rakyat setempat tentang asal-usul Pulau Madura. Menurut legenda tersebut, Pulau Madura dulunya adalah sebuah pulau kecil yang bernama Pulau Gili Genting.

Pulau ini dihuni oleh seorang raja bernama Prabu Genting dan putrinya yang cantik jelita bernama Dewi Rengganis. Prabu Genting adalah seorang raja yang bijaksana dan adil, tetapi ia sangat sayang dan memanjakan putrinya. Ia tidak mau menikahkan putrinya dengan siapa pun, karena ia takut kehilangan putrinya.

Suatu hari, datanglah seorang pangeran tampan dari Kerajaan Majapahit bernama Raden Wiraraja. Raden Wiraraja adalah seorang pangeran yang gagah berani dan cerdas.

Ia datang ke Pulau Gili Genting untuk meminta izin Prabu Genting untuk menikahi Dewi Rengganis. Raden Wiraraja sudah jatuh cinta pada Dewi Rengganis sejak pertama kali melihatnya di istana Majapahit. Dewi Rengganis juga menyukai Raden Wiraraja dan ingin menikah dengannya.

Namun, Prabu Genting tidak mau menyetujui pernikahan mereka. Ia merasa tidak ada seorang pun yang pantas untuk menjadi suami putrinya.

Ia juga tidak mau melepaskan putrinya ke Majapahit, karena ia khawatir putrinya akan lupa dengan dirinya dan pulau kelahirannya. Prabu Genting pun menolak permintaan Raden Wiraraja dengan keras.

Raden Wiraraja merasa kecewa dan marah dengan sikap Prabu Genting. Ia tidak mau menyerah begitu saja untuk mendapatkan Dewi Rengganis.

Ia pun memutuskan untuk menculik Dewi Rengganis dan membawanya ke Majapahit dengan paksa. Ia menyusun rencana dengan bantuan beberapa pengikutnya yang setia.

Suatu malam, Raden Wiraraja dan pengikutnya menyelinap masuk ke istana Prabu Genting. Mereka berhasil menculik Dewi Rengganis tanpa diketahui oleh penjaga istana.

Mereka membawa Dewi Rengganis ke sebuah perahu yang sudah disiapkan di pinggir pantai. Mereka berencana untuk berlayar menuju Majapahit dengan cepat.

Namun, rencana mereka ternyata diketahui oleh Prabu Genting. Prabu Genting merasa sangat sedih dan marah ketika mengetahui bahwa putrinya telah diculik oleh Raden Wiraraja.

Ia pun memerintahkan seluruh pasukannya untuk mengejar Raden Wiraraja dan mengembalikan putrinya. Prabu Genting juga mengambil sebuah pusaka kerajaan berupa tombak sakti bernama Tombak Kyai Soka.

Prabu Genting dan pasukannya berhasil mengejar Raden Wiraraja dan pengikutnya di tengah laut. Terjadilah pertempuran sengit antara kedua belah pihak. Raden Wiraraja dan pengikutnya bertempur dengan gagah berani melawan Prabu Genting dan pasukannya.

Dewi Rengganis merasa bimbang antara cinta dan baktinya. Ia tidak tega melihat ayahnya dan kekasihnya saling membunuh.

Di tengah pertempuran, Prabu Genting melihat kesempatan untuk melemparkan Tombak Kyai Soka ke arah Raden Wiraraja. Ia berharap dapat membunuh Raden Wiraraja dan mengakhiri pertempuran. Namun, nasib berkata lain.

Tombak Kyai Soka meleset dari sasaran dan malah menancap di dasar laut. Tiba-tiba, terjadilah gempa bumi yang dahsyat. Lautan bergolak dan mengeluarkan air yang sangat tinggi. Air itu membentuk sebuah gelombang raksasa yang menghantam perahu-perahu yang ada di laut.

Gelombang raksasa itu ternyata membawa tanah dan batu dari dasar laut yang terkena Tombak Kyai Soka. Tanah dan batu itu menumpuk di atas permukaan laut dan membentuk sebuah pulau baru yang sangat luas. Pulau baru itu kemudian dinamakan Pulau Madura, yang berasal dari kata Mada Wura, yang berarti tanah air.

Sementara itu, Prabu Genting, Raden Wiraraja, Dewi Rengganis, dan seluruh pasukan mereka tenggelam ke dalam laut dan tidak pernah ditemukan lagi. Hanya beberapa orang yang berhasil selamat dari bencana itu. Mereka kemudian menetap di Pulau Madura dan menjadi nenek moyang orang Madura.

Danau Lombang adalah saksi bisu dari peristiwa tragis itu. Danau ini terbentuk dari bekas sumuran air laut yang terpisah dari lautan akibat terbentuknya Pulau Madura. Danau ini menjadi tempat peristirahatan terakhir bagi Prabu Genting, Raden Wiraraja, Dewi Rengganis, dan pasukan mereka. Konon, di dasar danau ini masih terdapat bangkai-bangkai perahu dan senjata-senjata mereka.

Danau Arosbaya

Danau Arosbaya terletak di Desa Arosbaya, Kecamatan Arosbaya, Sumenep. Danau ini memiliki luas sekitar 10 hektare dengan kedalaman mencapai 15 meter. Danau ini dikelilingi oleh tebing-tebing batu kapur yang menjulang tinggi.

Danau ini juga memiliki warna air yang biru kehijauan yang sangat menawan. Di sekitar danau, terdapat beberapa fasilitas wisata, seperti gardu pandang, flying fox, ayunan langit, dan area outbound.

Danau Arosbaya memiliki sejarah yang berkaitan dengan legenda rakyat setempat tentang asal-usul nama desa Arosbaya. Menurut legenda tersebut, desa Arosbaya dulunya adalah sebuah kerajaan kecil yang bernama Kerajaan Arosbaya.

Kerajaan ini dipimpin oleh seorang raja bernama Prabu Arosbaya dan putrinya yang cantik jelita bernama Dewi Sekartaji. Prabu Arosbaya adalah seorang raja yang kaya raya dan berkuasa, tetapi ia sangat sombong dan angkuh. Ia merasa tidak ada seorang pun yang setara dengan dirinya.

Suatu hari, datanglah seorang pangeran tampan dari Kerajaan Blambangan bernama Raden Bagus Kusuma. Raden Bagus Kusuma adalah seorang pangeran yang sederhana dan rendah hati. Ia datang ke Kerajaan Arosbaya untuk meminta izin Prabu Arosbaya untuk menikahi Dewi Sekartaji.

Raden Bagus Kusuma sudah jatuh cinta pada Dewi Sekartaji sejak pertama kali melihatnya di pasar Arosbaya. Dewi Sekartaji juga menyukai Raden Bagus Kusuma dan ingin menikah dengannya.

Namun, Prabu Arosbaya tidak mau menyetujui pernikahan mereka. Ia merasa tidak ada seorang pun yang layak untuk menjadi suami putrinya.

Ia juga tidak mau melepaskan putrinya ke Blambangan, karena ia khawatir putrinya akan miskin dan sengsara. Prabu Arosbaya pun menolak permintaan Raden Bagus Kusuma dengan sombong.

Raden Bagus Kusuma merasa kecewa dan sedih dengan sikap Prabu Arosbaya. Ia tidak mau menyerah begitu saja untuk mendapatkan Dewi Sekartaji. Ia pun memutuskan untuk mencari cara lain untuk membujuk Prabu Arosbaya.

Ia menyamar menjadi seorang pedagang kain yang kaya raya dan berdagang di pasar Arosbaya. Ia berharap dapat menarik perhatian Prabu Arosbaya dengan kekayaannya.

Rencana Raden Bagus Kusuma ternyata berhasil. Prabu Arosbaya mendengar kabar tentang pedagang kain yang kaya raya itu dan penasaran dengan dirinya. Ia pun memerintahkan utusannya untuk mengundang pedagang kain itu ke istananya.

Raden Bagus Kusuma pun datang ke istana Prabu Arosbaya dengan membawa banyak hadiah berupa kain-kain mewah dan perhiasan-perhiasan mahal.

Prabu Arosbaya merasa senang dan terkesan dengan kedatangan pedagang kain itu. Ia pun mempersilakan pedagang kain itu untuk duduk di sampingnya dan berbincang-bincang dengannya.

Raden Bagus Kusuma pun memanfaatkan kesempatan itu untuk mengutarakan maksudnya. Ia mengatakan bahwa ia ingin menikahi Dewi Sekartaji dan membawanya ke Blambangan.

Prabu Arosbaya terkejut mendengar permintaan pedagang kain itu. Ia merasa heran mengapa pedagang kain yang kaya raya itu mau menikahi putrinya yang biasa-biasa saja.

Ia juga merasa ragu apakah pedagang kain itu benar-benar mencintai putrinya atau hanya ingin mengambil hartanya. Prabu Arosbaya pun memutuskan untuk memberikan syarat kepada pedagang kain itu.

Prabu Arosbaya mengatakan bahwa ia akan menyetujui pernikahan mereka jika pedagang kain itu dapat membuat sebuah danau di tengah kerajaannya dalam waktu satu malam saja.

Jika pedagang kain itu gagal, maka ia harus rela kehilangan seluruh hartanya dan meninggalkan kerajaannya selamanya. Prabu Arosbaya merasa yakin bahwa syarat itu tidak mungkin dipenuhi oleh pedagang kain itu.

Raden Bagus Kusuma merasa terkejut dan tertantang dengan syarat yang diberikan oleh Prabu Arosbaya. Ia merasa bahwa syarat itu sangat tidak masuk akal dan tidak adil. Namun, ia tidak mau menyerah begitu saja untuk mendapatkan Dewi Sekartaji. Ia pun menerima syarat itu dengan penuh keyakinan.

Raden Bagus Kusuma pun segera beraksi untuk membuat sebuah danau di tengah kerajaan Arosbaya. Ia meminta bantuan kepada para pengikutnya yang sudah menunggunya di luar istana.

Mereka membawa banyak sekali alat-alat berat, seperti cangkul, sekop, bajak, dan gerobak. Mereka mulai menggali tanah di tengah kerajaan Arosbaya dengan cepat dan rapi.

Mereka bekerja sepanjang malam tanpa henti. Mereka berhasil membuat sebuah lubang besar yang sangat dalam di tengah kerajaan Arosbaya. Mereka kemudian mengalirkan air dari sungai-sungai di sekitar kerajaan Arosbaya ke dalam lubang besar itu. Mereka juga menanam pohon-pohon dan bunga-bunga di sekitar lubang besar itu untuk membuatnya lebih indah.

Ketika matahari terbit, mereka telah berhasil membuat sebuah danau yang sangat cantik di tengah kerajaan Arosbaya. Danau itu memiliki warna air yang biru kehijauan yang sangat menawan.

Danau itu juga memiliki keindahan alami yang mempesona. Danau itu juga menjadi habitat bagi berbagai jenis ikan, burung, dan binatang lainnya. Danau itu kemudian dinamakan Danau Arosbaya, sebagai bukti cinta Raden Bagus Kusuma kepada Dewi Sekartaji.

Prabu Arosbaya terbangun dari tidurnya dan terkejut melihat keajaiban yang terjadi di tengah kerajaannya. Ia tidak percaya bahwa pedagang kain itu telah berhasil membuat sebuah danau yang sangat indah dalam waktu satu malam saja.

Ia pun merasa malu dan menyesal dengan sikapnya yang sombong dan angkuh. Ia pun mengakui kekalahan dan kekalahannya.

Prabu Arosbaya pun memanggil pedagang kain itu dan meminta maaf kepadanya. Ia mengatakan bahwa ia bersedia menikahkan putrinya dengan pedagang kain itu dan memberikan restu kepada mereka.

Ia juga mengatakan bahwa ia akan memberikan separuh kerajaannya sebagai mahar pernikahan mereka.

Raden Bagus Kusuma merasa senang dan bahagia dengan keputusan Prabu Arosbaya. Ia pun mengungkapkan identitasnya sebagai pangeran dari Kerajaan Blambangan. Ia mengatakan bahwa ia mencintai Dewi Sekartaji dengan tulus dan tidak peduli dengan harta benda.

Ia juga mengatakan bahwa ia tidak mau menerima separuh kerajaan Arosbaya sebagai mahar, karena ia merasa itu terlalu berlebihan.

Prabu Arosbaya merasa kagum dan hormat dengan sikap Raden Bagus Kusuma. Ia pun memeluk Raden Bagus Kusuma dan menyebutnya sebagai menantu kesayangannya.

Ia juga memeluk Dewi Sekartaji dan menyebutnya sebagai putri kesayangannya. Ia pun mengundang seluruh rakyatnya untuk menyaksikan pernikahan Raden Bagus Kusuma dan Dewi Sekartaji.

Pernikahan Raden Bagus Kusuma dan Dewi Sekartaji berlangsung dengan meriah dan khidmat. Mereka mendapat banyak ucapan selamat dan doa dari Prabu Arosbaya, rakyat Arosbaya, raja Blambangan, dan rakyat Blambangan. Mereka pun hidup bahagia selamanya di Kerajaan Blambangan.

Demikianlah beberapa rekomendasi danau di Sumenep yang paling asyik dan bening banget, beserta sejarah dan cerita di baliknya. Semoga berita ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi Anda yang ingin berkunjung ke Sumenep. Selamat berwisata!

- Advertisement -
Share This Article