jfid – Jakarta – Sebuah laporan dari media Politico mengungkapkan bahwa Amerika Serikat (AS) lah yang memberikan koordinat lokasi kepada Israel untuk menyerang berbagai sasaran di Jalur Gaza, termasuk rumah sakit dan fasilitas kemanusiaan.
Laporan ini menimbulkan kecaman dari berbagai pihak yang menilai AS telah bersekongkol dengan Israel untuk melakukan kejahatan perang.
Politico melaporkan bahwa AS telah membagikan informasi intelijen kepada Israel mengenai keberadaan kelompok kemanusiaan, fasilitas medis, dan rumah sakit-rumah sakit di Gaza.
Informasi ini didapat dari sumber-sumber rahasia yang bekerja di wilayah tersebut. Tujuan dari pembagian informasi ini adalah untuk membantu Israel menghindari serangan-serangan yang dapat menimbulkan korban sipil.
Namun, laporan ini juga menyebutkan bahwa Israel tetap melakukan serangan-serangan yang menghantam rumah sakit dan fasilitas kemanusiaan di Gaza, meskipun telah mendapat peringatan dari AS.
Salah satu contohnya adalah serangan udara yang mengenai gerbang depan Rumah Sakit Al-Shifa, rumah sakit terbesar di Gaza, pada Jumat (10/11/2023).
Serangan ini melukai seorang sopir ambulans, seorang pasien perempuan, dan beberapa warga sipil yang berlindung di rumah sakit tersebut.
Selain itu, Israel juga menargetkan Rumah Sakit Rantissi, satu-satunya rumah sakit yang menyediakan layanan anak di Gaza Utara. Rumah sakit ini menampung anak-anak yang memerlukan bantuan hidup dan menerima dialisis.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa tidak mungkin untuk mengevakuasi mereka dengan aman karena kondisi keamanan yang buruk.
Tidak hanya itu, Israel juga menyerang Rumah Sakit Indonesia di Bayt Lahiya, utara Jalur Gaza, pada Sabtu (7/10/2023). Serangan ini menewaskan seorang pekerja rumah sakit dan melukai beberapa orang lainnya.
Rumah Sakit Indonesia adalah salah satu rumah sakit yang dibangun oleh pemerintah Indonesia sebagai bentuk bantuan kemanusiaan untuk rakyat Palestina.
Serangan-serangan Israel terhadap rumah sakit dan fasilitas kemanusiaan di Gaza telah menimbulkan kemarahan dan protes dari berbagai negara dan organisasi internasional. Mereka mengecam Israel telah melanggar hukum humaniter internasional dan hak asasi manusia.
Mereka juga mendesak AS untuk menghentikan bantuan militer dan intelijen kepada Israel yang telah digunakan untuk membunuh rakyat Palestina.
