jfid – Gaza, sebuah wilayah yang menjadi rumah bagi 2,3 juta penduduk Palestina, telah menjadi saksi bisu dari kekejaman Israel yang tak henti-hentinya menyerang dan membunuh warga sipil, khususnya anak-anak.
Sejak 7 Oktober 2023, ketika Hamas melancarkan serangan roket mematikan ke Israel sebagai balasan atas penindasan dan pengusiran Israel terhadap warga Palestina di Yerusalem Timur.
Israel telah membalas dengan ribuan serangan udara ke Gaza, menewaskan ribuan orang, termasuk ratusan anak-anak, menurut Kementerian Kesehatan Gaza.
Tidak hanya itu, Israel juga mengepung Gaza dengan memutus aliran air, listrik, dan bahan bakar, serta menghalangi pengiriman bantuan kemanusiaan, yang menyebabkan krisis kesehatan dan kehidupan yang mengerikan bagi penduduk Gaza, setengahnya adalah anak-anak.
Israel, sebagai kekuatan pendudukan di Gaza, diwajibkan oleh Konvensi Jenewa untuk memastikan warga sipil memiliki akses ke barang-barang dasar. Namun, Israel justru menghukum seluruh warga sipil Gaza atas serangan Hamas.
Organisasi Hak Asasi Manusia PBB menyebut tindakan Israel sebagai kejahatan perang. Organisasi Save the Children melaporkan bahwa jumlah anak-anak yang tewas di Gaza selama tiga minggu pengeboman Israel telah melampaui jumlah anak-anak yang tewas di zona konflik global setiap tahun sejak 2019.
Organisasi lain, seperti UNICEF, Oxfam, dan Palang Merah, juga mengeluarkan peringatan tentang ancaman penyakit, dehidrasi, kelaparan, trauma, dan kematian yang dihadapi oleh anak-anak Gaza.
Anak-anak Gaza tidak hanya menjadi korban dari serangan udara Israel, tetapi juga dari serangan darat yang dilancarkan oleh Israel sejak 23 Oktober 2023. Israel juga mengeluarkan perintah evakuasi kepada satu juta penduduk Gaza utara untuk meninggalkan rumah mereka atau terbunuh.
Namun, Israel tetap mengebom wilayah selatan Gaza, tempat mereka mengungsikan diri, sambil menolak mereka koridor kemanusiaan melalui Mesir.
Ratusan ribu pengungsi dipadatkan di setengah selatan jalur Gaza dan masih dibombardir. 1,4 juta orang dilaporkan mengungsi secara internal, dengan 600.000 di antaranya berlindung di 150 tempat penampungan UNRWA.
Di tengah-tengah kehancuran dan penderitaan yang dialami oleh anak-anak Gaza, Israel bersikeras bahwa mereka hanya menargetkan militan Hamas dan infrastruktur mereka, dan bahwa mereka berusaha untuk menghindari korban sipil.
Namun, bukti-bukti yang ada menunjukkan sebaliknya. Organisasi Hak Asasi Manusia Watch telah memverifikasi video-video yang menunjukkan serangan-serangan Israel yang dipimpin oleh Hamas terhadap anak-anak dan warga sipil Palestina.
Beberapa video menunjukkan bagaimana anak-anak Gaza ditembak mati, dibom, atau diculik oleh pasukan Israel tanpa alasan yang jelas.
Salah satu contoh yang paling menggemparkan adalah kematian empat anak laki-laki yang bermain sepak bola di pantai Gaza pada 16 Oktober 2023.
Mereka adalah bagian dari keluarga Bakr, yang telah kehilangan 18 anggota keluarga dalam serangan Israel sebelumnya. Mereka berusia antara 9 dan 11 tahun.
Mereka dibunuh oleh dua rudal yang ditembakkan oleh kapal perang Israel yang berjarak sekitar 200 meter dari pantai. Serangan itu terekam oleh kamera-kamera wartawan internasional yang menyaksikan kejadian itu dari hotel dekat pantai.
Israel mengklaim bahwa mereka mengira anak-anak itu adalah militan Hamas, tetapi penyelidikan independen menunjukkan bahwa tidak ada bukti yang mendukung klaim itu.
Kisah-kisah tragis seperti ini terus berulang di Gaza, di mana anak-anak tidak memiliki tempat yang aman untuk bermain, belajar, atau hidup. Mereka terjebak di antara dua kekuatan yang saling bermusuhan, tanpa harapan untuk masa depan yang lebih baik.
Mereka adalah korban dari kebijakan Israel yang sengaja membunuh anak-anak, baik secara langsung maupun tidak langsung, dengan menggunakan kekerasan, pengepungan, dan penghinaan. Mereka adalah anak-anak Gaza, sasaran pembunuhan Israel.