Rapor ‘Abu-Abu’ Kabupaten Sumenep Periode Ahmad Fauzi

Rasyiqi By Rasyiqi - Writer, Saintific Enthusiast
26 Min Read
masjid, architecture, mosque
Photo by astama81 on Pixabay
- Advertisement -

jfid – Kabupaten Sumenep adalah salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Kabupaten ini memiliki berbagai aspek pembangunan yang menarik untuk dianalisis, mulai dari aspek ekonomi, kesehatan, pendidikan, hingga infrastruktur.

Berdasarkan data dan analisis yang telah dilakukan, kami akan memberikan gambaran komprehensif mengenai kondisi Kabupaten Sumenep dari berbagai aspek. Artikel ini disusun berdasarkan data statistik dari Badan Pusat Statistik.

1. Demografi dan Kependudukan

Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk

Pada tahun 2023, jumlah penduduk Kabupaten Sumenep tercatat sebanyak 730.748 jiwa. Angka ini menempatkan Sumenep di bawah beberapa kabupaten besar lainnya di Jawa Timur seperti Jember dan Malang.

Kepadatan penduduk di Sumenep adalah 435 jiwa per km², yang lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata Provinsi Jawa Timur yang mencapai 860 jiwa per km².

Ini menunjukkan bahwa Sumenep memiliki kepadatan penduduk yang relatif lebih rendah, yang bisa berdampak pada distribusi layanan publik dan infrastruktur.

Pertumbuhan Penduduk

Pertumbuhan penduduk di Sumenep menunjukkan tren yang stabil. Namun, penting untuk mencatat bahwa laju pertumbuhan penduduk dapat mempengaruhi berbagai aspek pembangunan, seperti kebutuhan akan fasilitas pendidikan, layanan kesehatan, dan infrastruktur.

Dengan jumlah penduduk yang terus bertambah, Sumenep perlu merencanakan pengembangan yang berkelanjutan untuk mengakomodasi pertumbuhan ini.

2. Ekonomi

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Pada tahun 2023, Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Sumenep mencapai Rp 17.500 miliar, menunjukkan peningkatan dari Rp 13.500 miliar pada tahun 2015.

PDRB per kapita Kabupaten Sumenep pada tahun 2023 adalah Rp 17.058.000. Pertumbuhan ekonomi yang stabil ini menunjukkan peningkatan aktivitas ekonomi di Sumenep.

Meskipun demikian, PDRB per kapita Sumenep masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan kabupaten lain di Jawa Timur. Contohnya, Gresik dan Surabaya memiliki PDRB per kapita yang lebih tinggi, yaitu Rp 24.156.000 dan Rp 32.410.000 secara berturut-turut.

Selain itu, terdapat perbandingan PDRB per kapita dengan Kabupaten lain di Jawa Timur, seperti Kabupaten Gresik Rp 24.156.000, Kabupaten Surabaya Rp 32.410.000, Kabupaten Pacitan Rp 33.149.000, Kabupaten Ponorogo Rp 26.314.000, Kabupaten Trenggalek Rp 30.681.000, Kabupaten Tulungagung Rp 43.297.000, Kabupaten Blitar Rp 35.812.000, Kabupaten Kediri Rp 30.193.000, Kabupaten Malang Rp 47.272.000, Kabupaten Lumajang Rp 35.178.000, Kabupaten Jember Rp 36.837.000, dan Kabupaten Banyuwangi Rp 58.086.000 pada tahun 2023.

Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Analisis Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Sumenep menunjukkan tren positif dari tahun 2021 hingga 2023. PAD Kabupaten Sumenep meningkat dari Rp 482.292 miliar pada 2021 menjadi Rp 543.788 miliar pada 2023.

Meskipun demikian, jika dibandingkan dengan kabupaten lain di Jawa Timur, PAD Kabupaten Sumenep masih tergolong rendah.

Contohnya, Kabupaten Malang mencatatkan PAD tertinggi sebesar Rp 3.855.886 miliar pada tahun 2023. Kabupaten-kabupaten seperti Blitar dan Jember juga memiliki PAD yang lebih tinggi daripada Sumenep, menunjukkan potensi untuk meningkatkan pendapatan daerah lebih lanjut.

Hal ini bisa mencerminkan adanya keterbatasan dalam pengelolaan sumber daya atau potensi ekonomi lokal yang belum dimanfaatkan secara optimal.

Untuk meningkatkan PAD, diperlukan upaya seperti perbaikan sistem pengelolaan pajak dan retribusi daerah, serta dorongan untuk mengembangkan sektor-sektor ekonomi potensial di Kabupaten Sumenep..

Pertumbuhan Ekonomi

Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sumenep menunjukkan tren positif dari tahun 2020 hingga 2023. Pada tahun 2020, laju pertumbuhan ekonomi negatif sebesar -1,13% akibat dampak pandemi COVID-19.

Namun, Sumenep berhasil bangkit dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 2,61% pada tahun 2021, meningkat menjadi 3,11% pada tahun 2022, dan mencapai 5,35% pada tahun 2023.

Rata-rata laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Timur pada tahun 2023 adalah 4,95%. Kabupaten Sumenep dengan pertumbuhan 5,35% sedikit lebih tinggi dibandingkan rata-rata provinsi, menunjukkan pemulihan yang lebih kuat dan potensi ekonomi yang baik di wilayah tersebut.

Dibandingkan dengan kabupaten lain di Jawa Timur, laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sumenep termasuk yang cukup tinggi. Misalnya, Kabupaten Sidoarjo memiliki laju pertumbuhan tertinggi sebesar 6,16%, diikuti oleh Kabupaten Ponorogo dengan 5,14%, dan Kabupaten Banyuwangi dengan 5,03%.

Kabupaten lain seperti Pacitan (4,46%), Trenggalek (4,92%), dan Blitar (4,45%) menunjukkan laju pertumbuhan yang lebih rendah dibandingkan Sumenep.

3. Kesehatan

Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

IPM Kabupaten Sumenep menunjukkan peningkatan dari tahun 2019 hingga 2023. Pada tahun 2019, IPM Sumenep adalah 71,22 dan meningkat menjadi 72,47 pada tahun 2023. Ini menunjukkan adanya perbaikan dalam berbagai aspek pembangunan manusia seperti kesehatan, pendidikan, dan standar hidup.

IPM Provinsi Jawa Timur pada tahun 2023 adalah 74,65, yang lebih tinggi dibandingkan dengan IPM Kabupaten Sumenep sebesar 72,47. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun Sumenep mengalami peningkatan, namun masih ada kesenjangan dibandingkan dengan rata-rata provinsi.

Dibandingkan dengan kabupaten lain di Jawa Timur, IPM Kabupaten Sumenep relatif lebih rendah. Kabupaten dengan IPM tertinggi pada tahun 2023 adalah Kabupaten Tulungagung (74,91) dan Kabupaten Banyuwangi (74,86).

Kabupaten lain seperti Ponorogo (73,55) dan Trenggalek (74,64) juga menunjukkan IPM yang lebih tinggi dibandingkan Sumenep.

Akses Kesehatan

Kabupaten Sumenep memiliki 4 rumah sakit umum, 1 rumah sakit bersalin, 27 puskesmas, 12 klinik, 423 posyandu, dan 211 polindes. Jumlah fasilitas ini menunjukkan upaya pemerintah daerah untuk menyediakan akses kesehatan yang memadai bagi masyarakat.

Kabupaten Sumenep memiliki tenaga kesehatan yang cukup beragam, dengan 90 dokter spesialis, 123 dokter umum, 1 dokter gigi, serta tenaga kesehatan masyarakat, lingkungan, dan gizi. Meskipun demikian, jumlah dokter gigi sangat sedikit, yang mungkin menjadi area yang perlu diperhatikan untuk peningkatan layanan kesehatan gigi dan mulut.

Persentase penduduk Sumenep yang memiliki keluhan kesehatan selama sebulan terakhir adalah 53,60%, lebih tinggi dibandingkan rata-rata Jawa Timur sebesar 32,80%. Hal ini menunjukkan perlunya perhatian lebih pada peningkatan kualitas layanan kesehatan untuk mengurangi keluhan kesehatan masyarakat.

Sebagian besar penduduk Sumenep memiliki jaminan kesehatan melalui BPJS Kesehatan PBI (41,53%), sedangkan 6,14% memiliki BPJS Kesehatan Non-PBI. Ini mencerminkan bahwa sebagian besar penduduk masih bergantung pada jaminan kesehatan yang disubsidi pemerintah.

Jumlah rumah sakit umum di Kabupaten Sumenep (4) relatif lebih sedikit dibandingkan dengan kabupaten lain seperti Malang dan Banyuwangi. Ini menunjukkan bahwa ada ruang untuk peningkatan dalam penyediaan rumah sakit umum di Sumenep.

Puskesmas di Kabupaten Sumenep (27) cukup banyak, namun masih lebih sedikit dibandingkan dengan kabupaten lain seperti Jember (50) dan Malang (39). Puskesmas berperan penting dalam pelayanan kesehatan primer, sehingga peningkatan jumlah puskesmas dapat memperbaiki akses kesehatan di wilayah ini.

Posyandu dan polindes di Kabupaten Sumenep masing-masing berjumlah 423 dan 211, menunjukkan fokus pada layanan kesehatan ibu dan anak di tingkat desa. Namun, jumlah ini masih lebih rendah dibandingkan dengan kabupaten seperti Jember dan Banyuwangi.

Tingkat Kesehatan Masyarakat

Persentase penduduk Sumenep yang mempunyai keluhan kesehatan selama sebulan terakhir mencapai 53,60%, yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata Jawa Timur sebesar 32,80%. Ini menunjukkan bahwa banyak penduduk di Sumenep yang mengalami masalah kesehatan.

Meskipun ini menunjukkan bahwa kesehatan masyarakat di Sumenep cukup baik, jumlah kasus penyakit tertentu seperti TB dan pneumonia masih tinggi. Pada tahun 2023, Sumenep mencatat 2.421 kasus TB dan 2.297 kasus pneumonia.

Tingginya persentase penduduk dengan keluhan kesehatan yang pernah rawat jalan di Sumenep (53,60%) menunjukkan bahwa meskipun banyak yang sakit, sebagian besar masih mendapatkan perawatan kesehatan. Namun, ini juga mencerminkan bahwa fasilitas kesehatan mungkin sering digunakan dan mungkin memerlukan peningkatan kapasitas.

Alasan utama penduduk Sumenep tidak rawat jalan adalah tidak punya biaya berobat (2,07%), yang menunjukkan bahwa biaya kesehatan masih menjadi hambatan signifikan bagi sebagian penduduk.

Sebagian besar penduduk Sumenep memiliki jaminan kesehatan melalui BPJS Kesehatan PBI (41,53%), sementara hanya 6,14% yang memiliki BPJS Kesehatan Non-PBI. Ini mencerminkan ketergantungan yang tinggi pada jaminan kesehatan bersubsidi pemerintah.

4. Pendidikan

Tingkat Partisipasi Sekolah

Tingkat partisipasi sekolah di Sumenep menunjukkan hasil yang positif dengan tingkat partisipasi untuk jenjang SD/MI adalah 104,67%, SMP/MTs adalah 95,97%, dan SMA/SMK/MA adalah 87,37%.

Ini menunjukkan bahwa akses terhadap pendidikan dasar dan menengah di Sumenep cukup baik. Namun, masih ada tantangan dalam memastikan bahwa semua anak dapat menyelesaikan pendidikan mereka, terutama pada jenjang yang lebih tinggi.

Tingginya APM di jenjang SD/MI menunjukkan bahwa hampir semua anak usia sekolah dasar bersekolah. Namun, penurunan APM pada jenjang pendidikan menengah pertama dan atas menunjukkan tantangan dalam mempertahankan siswa untuk terus bersekolah pada jenjang yang lebih tinggi.

APM untuk jenjang SD/MI di Jawa Timur sangat tinggi, mencapai 98,04%, yang menunjukkan hampir semua anak usia sekolah dasar bersekolah.

Untuk jenjang SMP/MTs, APM menurun menjadi 83,91%, dan lebih rendah lagi untuk jenjang SMA/SMK/MA dengan 62,59%. Ini menunjukkan penurunan partisipasi sekolah seiring dengan meningkatnya jenjang pendidikan.

Tingginya APK di jenjang SD/MI menunjukkan adanya siswa yang bersekolah meskipun di luar rentang usia resmi, seperti siswa yang mengulang kelas.

APK di jenjang SMP/MTs dan SMA/SMK/MA yang relatif tinggi menunjukkan bahwa sebagian besar siswa tetap bersekolah, meskipun ada penurunan dibandingkan dengan jenjang sebelumnya.

APK untuk jenjang SD/MI di Jawa Timur melebihi 100%, menunjukkan adanya siswa yang bersekolah di jenjang tersebut meskipun di luar rentang usia resmi (misalnya, siswa yang mengulang kelas).

APK untuk jenjang SMP/MTs dan SMA/SMK/MA masing-masing adalah 94,74% dan 89,26%, menunjukkan bahwa masih ada tantangan dalam mempertahankan siswa untuk terus bersekolah di jenjang yang lebih tinggi.

Jumlah Sekolah dan Siswa

Kabupaten Sumenep memiliki 472 sekolah dasar, yang cukup memadai untuk melayani kebutuhan pendidikan dasar di wilayah tersebut.

Namun, jika dibandingkan dengan kabupaten lain seperti Malang (1.150 sekolah) dan Jember (1.044 sekolah), jumlah ini masih relatif rendah.

Kabupaten Sumenep memiliki 55.409 siswa sekolah dasar. Jumlah ini menunjukkan bahwa infrastruktur pendidikan dasar cukup tersedia.

Namun, jika dibandingkan dengan kabupaten lain seperti Malang (172.888 siswa) dan Jember (163.705 siswa), jumlah siswa di Sumenep masih lebih sedikit.

Selain itu Kabupaten Sumenep memiliki 5 perguruan tinggi, yang menunjukkan akses ke pendidikan tinggi di wilayah ini. Namun, jumlah ini masih relatif rendah dibandingkan dengan kabupaten lain seperti Jember (20 perguruan tinggi) dan Banyuwangi (13 perguruan tinggi).

Kualitas Pendidikan

Kualitas pendidikan di Sumenep masih perlu ditingkatkan. Hal ini dapat dilihat dari angka kelulusan dan prestasi akademik siswa yang masih perlu perbaikan.

Upaya peningkatan kualitas pendidikan dapat dilakukan melalui peningkatan kompetensi guru, perbaikan fasilitas sekolah, dan penyediaan sumber daya pendidikan yang memadai.

Kabupaten Sumenep memiliki jumlah sekolah dasar yang memadai untuk kebutuhan pendidikan dasar, namun masih lebih rendah dibandingkan dengan beberapa kabupaten lain seperti Malang dan Jember.

Dengan 55.409 siswa sekolah dasar, Kabupaten Sumenep memiliki jumlah siswa yang cukup besar, namun lebih rendah dibandingkan dengan beberapa kabupaten lain yang memiliki lebih banyak siswa.

Rata-rata lama sekolah di Kabupaten Sumenep adalah 7,59 tahun, yang menunjukkan bahwa banyak siswa yang belum menyelesaikan pendidikan menengah pertama.

Kabupaten lain seperti Ponorogo dan Kediri memiliki rata-rata lama sekolah yang lebih tinggi, menunjukkan bahwa lebih banyak siswa yang menyelesaikan pendidikan menengah atas di daerah tersebut.

5. Infrastruktur

Panjang jalan di berbagai kabupaten, dengan Kabupaten Sumenep memiliki panjang jalan 689.103 km, jauh lebih panjang dibandingkan dengan kabupaten lain seperti Pacitan dan Ponorogo.

Persentase rumah tangga di Kabupaten Sumenep dengan akses air minum layak pada tahun 2023 adalah 69,22%, yang lebih rendah daripada rata-rata Jawa Timur sebesar 95,05%. Hal ini menunjukkan perlunya peningkatan investasi dalam infrastruktur air bersih di Kabupaten Sumenep untuk memastikan akses yang memadai terhadap air bersih bagi penduduknya.

Masih ada jalan yang memerlukan perbaikan untuk meningkatkan mobilitas dan ekonomi daerah. Akses pendidikan dasar di Sumenep cukup merata dengan 327 desa yang memiliki fasilitas sekolah dasar. Namun, fasilitas kesehatan dan pasar masih perlu ditingkatkan untuk memastikan akses yang memadai terhadap layanan publik yang penting.

6. Kesejahteraan Masyarakat

Tingkat Kemiskinan

Kabupaten Sumenep memiliki indeks keparahan kemiskinan sebesar 0,43 pada tahun 2023. Ini menunjukkan tingkat keparahan kemiskinan yang masih cukup tinggi di daerah ini, meskipun ada penurunan dari tahun sebelumnya.

Indeks keparahan kemiskinan di Kabupaten Sumenep lebih tinggi dibandingkan dengan sebagian besar kabupaten lain di Jawa Timur. Kabupaten dengan indeks keparahan kemiskinan terendah antara lain Tulungagung (0,14) dan Kediri (0,17). Hal ini menunjukkan bahwa upaya pengentasan kemiskinan di Kabupaten Sumenep masih memerlukan perhatian lebih.

IPM merupakan indikator penting untuk mengukur kesejahteraan masyarakat. Meskipun IPM Sumenep telah meningkat dari tahun ke tahun, mencapai 72,14 pada tahun 2023, angka ini masih berada di bawah rata-rata Provinsi Jawa Timur.

Ini menunjukkan bahwa masih ada banyak ruang untuk perbaikan dalam hal pendidikan, kesehatan, dan standar hidup masyarakat.

Pengeluaran Rumah Tangga

Kabupaten Sumenep memiliki pengeluaran makanan per kapita sebesar Rp 62,38 ribu, yang lebih tinggi dibandingkan dengan kabupaten lain seperti Pacitan (Rp 52,09 ribu) dan Ponorogo (Rp 49,06 ribu).

Ini menunjukkan bahwa proporsi pengeluaran untuk kebutuhan dasar masih cukup tinggi di Sumenep.

Pengeluaran bukan makanan (batang hijau) di Kabupaten Sumenep sebesar Rp 37,62 ribu lebih rendah dibandingkan dengan kabupaten lain seperti Blitar (Rp 50,76 ribu) dan Tulungagung (Rp 49,59 ribu).

Hal ini menunjukkan bahwa proporsi pengeluaran untuk kebutuhan non-pangan lebih rendah di Sumenep. Total pengeluaran per kapita di Kabupaten Sumenep seimbang dengan beberapa kabupaten lain di Jawa Timur.

Namun, struktur pengeluarannya menunjukkan bahwa proporsi yang lebih besar dialokasikan untuk makanan dibandingkan dengan bukan makanan.

7. Ekonomi Kreatif

Potensi Ekonomi Kreatif

Sumenep memiliki potensi besar dalam industri kreatif, termasuk kerajinan tangan, seni pertunjukan, dan pariwisata budaya.

Namun, kontribusi ekonomi kreatif terhadap perekonomian daerah masih perlu ditingkatkan.

Pengembangan ekonomi kreatif dapat dilakukan melalui pelatihan, peningkatan akses pasar, dan dukungan pemerintah terhadap pelaku industri kreatif.

Meskipun terdapat fluktuasi, potensi ekonomi kreatif Sumenep cukup stabil dalam rentang yang diharapkan. Ini memberikan keyakinan bahwa investasi di sektor ini akan memberikan hasil yang konsisten.

Terdapat hubungan linear positif antara PDRB per kapita dan pendapatan usaha mikro dan kecil, yang berarti peningkatan PDRB per kapita cenderung meningkatkan pendapatan dari usaha mikro dan kecil.

Berdasarkan analisis regresi, pendapatan dari usaha mikro dan kecil di Kabupaten Sumenep diprediksi sebesar 1,472,806.14 ribu rupiah.

Dengan asumsi bahwa sektor ekonomi kreatif berkontribusi sekitar 10% dari total PDRB, kontribusi total dari sektor ini diperkirakan sebesar 4,284.797 ribu rupiah.

Jika dibandingkan, pendapatan dari usaha mikro dan kecil lebih tinggi, menunjukkan bahwa sektor ini memiliki potensi yang besar dalam ekonomi kreatif Sumenep.

Pemerintah daerah dapat mengembangkan program-program yang mendukung ekonomi kreatif, seperti festival budaya, pameran kerajinan tangan, dan program pelatihan untuk pelaku industri kreatif.

Dukungan ini dapat membantu meningkatkan pendapatan dan menciptakan lapangan kerja baru di sektor ekonomi kreatif.

8. Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

Pertanian

Kabupaten Sumenep menunjukkan performa yang kuat dalam berbagai sektor pertanian jika dibandingkan dengan rata-rata Provinsi Jawa Timur pada tahun 2023. Produksi padi di Sumenep mencapai 214.33 ribu ton, yang jauh di atas rata-rata provinsi sebesar 93.83 ribu ton.

Hal ini menandakan potensi besar di sektor padi. Produksi jagung di Sumenep juga tinggi, dengan total produksi 230.58 ribu ton, dibandingkan rata-rata Jawa Timur yang hanya 156.19 ribu ton, menunjukkan kinerja yang baik dalam produksi jagung.

Namun, tidak semua sektor pertanian di Sumenep menunjukkan performa yang sama baiknya. Produksi kedelai di Sumenep hanya mencapai 3.41 ribu ton, lebih rendah dibandingkan rata-rata provinsi sebesar 5.64 ribu ton.

Ini menunjukkan perlunya peningkatan di sektor kedelai untuk mencapai atau melebihi rata-rata provinsi.

Di sisi lain, produksi tebu di Sumenep sangat mengesankan, mencapai 653.43 ribu ton, jauh melebihi rata-rata Jawa Timur yang hanya 226.52 ribu ton. Hal ini menunjukkan bahwa Sumenep memiliki keunggulan kompetitif dalam produksi tebu.

Sektor perikanan juga menunjukkan potensi besar di Sumenep. Produksi perikanan tangkap mencapai 47.74 ribu ton, jauh di atas rata-rata provinsi sebesar 11.77 ribu ton.

Namun, produksi perikanan budidaya di Sumenep mencapai 653.43 ribu ton, yang signifikan tetapi masih lebih rendah dibandingkan rata-rata Jawa Timur sebesar 1284.13 ribu ton, menunjukkan adanya ruang untuk peningkatan.

Kehutanan

Kabupaten Sumenep memiliki luas hutan yang signifikan, yang dapat dikelola untuk mendukung perekonomian daerah.

Kabupaten Sumenep memiliki produksi kehutanan yang signifikan, namun jika dibandingkan dengan beberapa kabupaten lain di Jawa Timur, terlihat bahwa ada ruang untuk peningkatan.

Produksi kayu pertukangan di Sumenep pada tahun 2023 mencapai 9,163.62 m³, yang cukup signifikan tetapi masih lebih rendah dibandingkan Pacitan yang mencapai 24,083.12 m³, serta Ponorogo dengan 12,442.67 m³.

Kabupaten lain seperti Trenggalek, Blitar, dan Kediri juga menunjukkan produksi yang kompetitif, masing-masing dengan 10,157.48 m³, 7,517.04 m³, dan 9,583.64 m³.

Dalam hal produksi kayu bakar, Sumenep menunjukkan angka yang jauh lebih rendah dibandingkan beberapa kabupaten lainnya. Produksi kayu bakar di Sumenep hanya sebesar 10,165.46 SM, sedangkan Pacitan dan Trenggalek masing-masing mencapai 215,087.30 SM dan 224,765.41 SM.

Kabupaten Blitar dan Kediri juga menunjukkan produksi yang jauh lebih tinggi dengan masing-masing 211,888.49 SM dan 103,366.62 SM. Ponorogo, meskipun tidak sebesar Pacitan atau Trenggalek, masih memiliki produksi yang lebih tinggi dibandingkan Sumenep dengan 37,533.00 SM.

Pengelolaan hutan yang berkelanjutan dapat memberikan manfaat ekonomi dan lingkungan, serta mendukung konservasi keanekaragaman hayati.

Perikanan

Kabupaten Sumenep memiliki potensi besar dalam sektor perikanan. Dalam produksi perikanan tangkap, Sumenep mencapai 47.74 ribu ton pada tahun 2022.

Angka ini menunjukkan performa yang cukup baik, namun masih lebih rendah dibandingkan Lamongan yang memimpin dengan produksi terbesar di Jawa Timur sebesar 149.45 ribu ton.

Beberapa kabupaten lain seperti Banyuwangi dengan 47.32 ribu ton, Probolinggo dengan 29.41 ribu ton, Pasuruan dengan 24.76 ribu ton, dan Gresik dengan 12.14 ribu ton juga menunjukkan kontribusi yang signifikan dalam produksi perikanan tangkap.

Sementara itu, dalam sektor perikanan budidaya, Sumenep menunjukkan performa yang luar biasa dengan produksi mencapai 653.43 ribu ton, menjadikannya yang tertinggi di Jawa Timur.

Produksi ini jauh melampaui kabupaten lain seperti Gresik yang menghasilkan 151.70 ribu ton, Lamongan dengan 62.75 ribu ton, Banyuwangi dengan 25.84 ribu ton, Probolinggo dengan 13.79 ribu ton, dan Pasuruan dengan 20.44 ribu ton.

Data ini mengindikasikan potensi besar Sumenep dalam sektor perikanan budidaya yang perlu terus dikembangkan.

9. Sektor Pariwisata

Akomodasi dan Fasilitas Wisata

Kabupaten Sumenep memiliki potensi besar dalam sektor pariwisata, namun masih menghadapi tantangan signifikan dalam hal jumlah dan kualitas akomodasi serta fasilitas wisata.

Berdasarkan data yang tersedia, jumlah akomodasi di Sumenep pada tahun 2023 hanya mencapai 15 unit. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan beberapa kabupaten lain di Jawa Timur seperti Batu yang memiliki 1,025 unit akomodasi, Malang dengan 142 unit, Surabaya dengan 141 unit, dan Jember yang memiliki 58 unit akomodasi.

Selain itu, jumlah kamar di Sumenep juga masih sangat sedikit dibandingkan dengan kabupaten lain. Sumenep hanya memiliki 525 kamar, sementara Batu memiliki 6,162 kamar, Surabaya memiliki 6,211 kamar, Malang dengan 2,853 kamar, dan Jember dengan 2,191 kamar.

Jumlah kamar yang tersedia ini menunjukkan keterbatasan kapasitas akomodasi di Sumenep untuk menampung wisatawan dalam jumlah besar.

Jumlah tempat tidur di Sumenep juga mencerminkan keterbatasan fasilitas akomodasi. Dengan hanya 878 tempat tidur yang tersedia, Sumenep tertinggal jauh dibandingkan Batu yang memiliki 9,905 tempat tidur, Surabaya dengan 7,585 tempat tidur, Malang dengan 5,417 tempat tidur, dan Jember dengan 3,100 tempat tidur.

Potensi Wisata

Kabupaten Sumenep memiliki 15 unit akomodasi, sementara Batu memiliki 1,025 unit, Malang 142 unit, Surabaya 141 unit, dan Jember 58 unit. Hal ini menunjukkan bahwa kapasitas akomodasi di Sumenep masih sangat terbatas dibandingkan dengan kabupaten-kabupaten lain.

Sumenep memiliki 525 kamar, jauh lebih sedikit dibandingkan Batu yang memiliki 6,162 kamar, Surabaya 6,211 kamar, Malang 2,853 kamar, dan Jember 2,191 kamar. Keterbatasan jumlah kamar ini menunjukkan bahwa Sumenep mungkin kesulitan menampung wisatawan dalam jumlah besar.

Jumlah tempat tidur di Sumenep adalah 878, sedangkan Batu memiliki 9,905 tempat tidur, Surabaya 7,585 tempat tidur, Malang 5,417 tempat tidur, dan Jember 3,100 tempat tidur. Ini menandakan bahwa fasilitas penginapan di Sumenep masih perlu ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan wisatawan.

Kesimpulan

Dari analisis yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa Kabupaten Sumenep memiliki beberapa pencapaian positif dalam hal pertumbuhan ekonomi, peningkatan PAD, dan penurunan tingkat kemiskinan.

Namun, masih ada beberapa tantangan yang perlu diatasi, terutama dalam hal kualitas hidup yang diukur melalui IPM, akses dan kualitas pendidikan, serta infrastruktur publik.

Dengan kebijakan yang tepat dan upaya yang berkelanjutan, Sumenep memiliki potensi untuk terus berkembang dan meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya.


Artikel ini disusun berdasarkan data dari Badan Pusat statistik Sumenep dan Jatim, jika terjadi kekeliruan manusiawi (human error), Silahkan Sampaikan melalui redaksi dengan menunjukkan dataset sebenarnya.

- Advertisement -
Share This Article