jfid – Anies Baswedan tampil memukau dalam pembukaan debat capres-cawapres 2024 yang disiarkan secara langsung pada 12 Desember 2023.
Dalam pidatonya, Anies Baswedan menggunakan pola bahasa hipnotik yang efektif untuk mengajak, meyakinkan, dan mempengaruhi penonton.
Pola bahasa hipnotik adalah teknik komunikasi yang menggunakan kata-kata tertentu untuk membangkitkan respon bawah sadar dari orang lain.
Pola bahasa hipnotik sering digunakan dalam bidang psikoterapi, bisnis, politik, dan persuasi.
Salah satu pola bahasa hipnotik yang digunakan oleh Anies Baswedan adalah nominalisasi.
Nominalisasi adalah proses mengubah kata kerja, kata sifat, atau kata keterangan menjadi kata benda.
Contohnya, kata “menempatkan” menjadi “penempatan”, kata “memberikan” menjadi “pemberian”, kata “menginginkan” menjadi “keinginan”, dan seterusnya.
Tujuan dari nominalisasi adalah untuk membuat konsep atau ide menjadi lebih abstrak, sehingga sulit untuk ditolak atau dikritik.
Nominalisasi juga membuat penonton merasa lebih terlibat dan berpartisipasi dalam pembicaraan.
Contoh kalimat yang menggunakan nominalisasi dalam pidato Anies Baswedan adalah:
- “Penempatan kepentingan rakyat di atas segalanya adalah kewajiban kita sebagai pemimpin.”
- “Pemberian keadilan dan kejelasan kepada seluruh masyarakat Indonesia adalah prioritas utama kami.”
- “Keinginan untuk mengembalikan kehormatan dan kesejahteraan bangsa ini adalah motivasi kami untuk maju sebagai capres-cawapres.”
Selain nominalisasi, Anies Baswedan juga menggunakan pola bahasa hipnotik lainnya, yaitu unspecified verb.
Unspecified verb adalah kata kerja yang tidak menjelaskan proses atau cara yang terjadi di baliknya.
Contohnya, kata “memastikan”, “melakukan”, “menyaksikan”, “mengembalikan”, dan seterusnya. Tujuan dari unspecified verb adalah untuk membuat penonton menerima apa yang dikatakan tanpa mempertanyakan detail atau logikanya.
Unspecified verb juga membuat penonton merasa lebih penasaran dan ingin tahu lebih lanjut tentang apa yang ditawarkan oleh pembicara.
Contoh kalimat yang menggunakan unspecified verb dalam pidato Anies Baswedan adalah:
- “Kami akan memastikan bahwa setiap rupiah yang Anda bayarkan sebagai pajak akan kembali kepada Anda dalam bentuk layanan publik yang berkualitas.”
- “Kami akan melakukan perubahan yang fundamental dan menyeluruh untuk memperbaiki sistem pemerintahan yang korup dan tidak efisien.”
- “Kami akan mengembalikan kepercayaan dan harapan Anda kepada negara ini yang telah lama didiamkan dan dibiarkan terpuruk.”
Pola bahasa hipnotik yang digunakan oleh Anies Baswedan tidak lepas dari pengaruh Milton Erickson, seorang psikiater dan psikolog Amerika yang dikenal sebagai bapak hipnoterapi modern.
Milton Erickson adalah ahli dalam menggunakan hipnosis untuk membantu pasien-pasiennya mengatasi berbagai masalah psikologis.
Milton Erickson juga mengembangkan berbagai teknik dan pola bahasa hipnotik yang kemudian diadaptasi oleh banyak praktisi dan pelatih dalam bidang neuro-linguistic programming (NLP).
NLP adalah sebuah disiplin ilmu yang mempelajari hubungan antara bahasa, pikiran, dan perilaku manusia.
NLP mengajarkan bagaimana menggunakan bahasa secara efektif untuk mencapai tujuan, memecahkan masalah, mengubah kebiasaan, meningkatkan kinerja, dan mempengaruhi orang lain.
NLP juga mengajarkan bagaimana memahami dan mengelola emosi, sikap, dan keyakinan diri sendiri dan orang lain.
Anies Baswedan adalah salah satu tokoh politik yang menguasai NLP dan menerapkannya dalam berbagai kesempatan, termasuk dalam debat capres-cawapres 2024.
Dengan menggunakan pola bahasa hipnotik, Anies Baswedan berhasil menghipnotis penonton dan membuat mereka terpukau, terpesona, dan terpengaruh oleh apa yang ia sampaikan.
Anies Baswedan juga berhasil menunjukkan bahwa ia adalah sosok pemimpin yang cerdas, berwibawa, dan berintegritas.
Apakah Anda termasuk salah satu penonton yang terhipnotis oleh Anies Baswedan?
Ataukah Anda masih bisa berpikir kritis dan objektif tentang apa yang ia katakan?
Apapun pilihan Anda, penting untuk selalu menyaring dan memilah informasi yang Anda terima, terutama dalam konteks politik.
Jangan mudah terpengaruh oleh kata-kata manis yang tidak didukung oleh fakta dan bukti.
Jangan juga mudah terprovokasi oleh kata-kata kasar yang tidak berdasar pada etika dan moral.
Jadilah penonton yang cerdas dan bijaksana.