Perlahan Namun Mematikan : HIV AIDS dan Remaja?

Syahril Abdillah
7 Min Read
Ilustrasi

Kesehatan, Jurnalfaktual.Id- Tanggal 01 Desember seluruh dunia sepakat menjadikannya sebagai Hari AIDS sedunia. Banyak orang memperingati hari tersebut dengan berbagai macam cara sebagai bentuk peduli terhadap penderita AIDS.

Meskipun sudah lewat beberapa hari, sampai saat ini penulis masih melihat antusias orang-orang dalam memperingati hari AIDS sedunia. Seperti yang dilakukan oleh remaja karang taruna RT 05 Kampung Anggrek Kenjeran Surabaya yang memperingati hari AIDS dengan pengumpulan tanda tangan warga kampung dan pembagian pita merah yang menjadi icon atau lambang HIV/AIDS.

Peringatan hari AIDS juga dilakukan oleh para mahasiswa di salah satu universitas NU di surabaya. Mereka menggelar acara seminar nasional yang mendatangkan langsung ODHA (Orang Dengan HIV AIDS) untuk saling berbagi pengalaman dan memberikan pengetahuan bahwa penderita AIDS bukan mereka yang harus dijauhi dan dikucilkan. Mereka penderita AIDS juga pantas untuk bersosialisasi, pantas untuk bekerja, pantas untuk memiliki teman.

AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah sekumpulan gejala infeksi yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat terinfeksi virus HIV (Human Immunodeficiency Virus). Sesuai dengan namanya virus ini menyerang sistem imun manusia. Oleh karena itu seseorang yang sudah terinfeksi virus tersebut rentan atau mudah sakit dan terinfeksi, tidak memiliki kekebalan tubuh, karena virus HIV menggerogoti sel darah putih, yang mana sel darah putih pada manusia berfungsi sebagai benteng atau sistem pertahanan yang melindungi tubuh kita dari infeksi luar.

Saat virus HIV menyerang tubuh seseorang, maka gejala yang ditimbulkan tidak akan langsung nampak. Penyebaran virus HIV dalam tubuh membutuhkan yang cukup lama. Oleh karena itu, rata-rata orang penderita HIV/AIDS awalnya tidak menyadarinya. Setelah 5-10 tahun gejala-gejala itu mulai timbul dan terlihat.

Gejala yang timbul antara lain : berat badan semakin berkurang tanpa sebab, mudah sariawan, terdapat bercak putih pada lidah, alat kelamin dan anus, mudah memar atau berdarah tanpa sebab, ketika terjadi luka penyembuhannya relatif lama daripada orang-orang normal biasanya, tubuh merasa lemah dan lemas, cepat letih, dan sulit berkonsentrasi atau sampai hilang ingatan.

Apakah HIV/AIDS berbahaya? Lalu apa dampaknya?

Jika dikatakan berbahaya atau tidak, HIV/AIDS dapat dikatakan berbahaya, karena sampai saat ini dari tenaga medis maupun penelitian belum menemukan bagaimana cara penyembuhannya secara total, hanya melakukan terapi berkepanjangan untuk membantu antibodi dalam melawan serangan dari luar yang sifatnya hanya sementara.

Pengetahuan tentang HIV/AIDS tidak hanya wajib diketahui oleh mereka yang ada di kalangan medis, tetapi semua orang harusnya mengetahui tentang ini, khususnya remaja. Kebanyakan orang di luar sana selalu menganggap bahwa orang penderita HIV/AIDS adalah orang yang menjijikkan, ia dapat menularkan nya sewaktu-waktu, bahkan kebanyakan orang untuk berjabat tangan saja tidak mau. Oleh karena itu mereka cenderung menjauhi dan mengucilkan penderita AIDS. Seharusnya kita sebagai orang yang normal dan sehat merangkul dan memberikan motivasi serta dukungan supaya tidak memperburuk psikologi mereka

Faktanya, penyebaran HIV/AIDS tidak semudah itu. HIV/AIDS tidak akan menyebar melalui :

Batuk
Bersin
Meludah
Berciuman
Menangis (air mata)
Pemakaian alat makan dan alat mandi bersamaan.
Berjabat tangan
HIV/AIDS hanya dapat ditularkan melalui :

Seks bebas tanpa pengaman (seks tanpa kondom).
HIV dapat ditularkan melalui luka yang tak tertlihat dan goresan pada permukaan vagina, penis atau anus ketika berhubungan seks tanpa kondom dengan penderita HIV/AIDS.

Pemakaian bersama jarum dan peralatan lain untuk menyuntik obat atau penggunaan tatto.
HIV juga dapat ditularkan melalui penggunaan jarum suntik, dan dengan memiliki tindik tubuh atau tatto yang dilakukan dengan jarum bekas.

Ibu penderita HIV/AIDS, maka positif akan menularkan kepada janin dalam kandungannya.
Ibu yang menderita HIV dan tidak mendapatkan pengobatan yang efektif, maka hal tersebut positif akan menularkannya kepada bayinya pada masa kehamilan, persalinan atau saat menyusui. Karena HIV terdapat dalam sel darah ibu, dan janin dalam kandungan ibu mendapatkan makanan melalui plasenta yang mana plasenta ini berhubungan langsung dengan sel darah ibu.

Transfusi darah atau Produk Darah
Darah yang disumbangkan dan semua produk darah diperiksa apakah terdapat HIV atau tidak. Dan orang-orang yang positiv HIV tidak dapat mendonorkan darahnya.

Berdasarkan Data Menteri Kesehatan Tahun 2017, Jawa Timur merupakan penyumbang angka penderita HIV terbanyak dengan jumlah 43.399, Yang mana 65% diantaranya adalah remaja dengan rentan usia 20-27 tahun. Oleh karena itu seharusnya kita sebagai remaja yang identik dengan gaya hidup dan pergaulan harus dapat membatasi dan membentengi diri sendiri. Karena HIV/AIDS merupakan penyakit serius yang menyebabkan angka kematian Indonesia semakin bertambah tiap tahunnya. Bahkan upaya pemerintah pun dalam penanganan hal tersebut mulai dijalankan, yaitu pemeriksaan pasangan suami istri yang akan melakukan pernikahan untuk mendeteksi adakah infeksi penyakit menular yang nantinya akan berdampak pada keduanya.

Jadi mulai sekarang tanamkan pada diri kita “Don’t Hide Hiv/Aids : End The Dread Stop The Spread Stay Away From The Cause Not The Sufferer” (Jangan sembunyikan HIV/AIDS : Akhiri Ketakutan Hentikan Penyebaran Jauhi Penyebabnya Bukan Penderitanya). Jadilah remaja cerdas dalam menangani segala sikap, jangan hanya sekedar mendengar lalu mengikuti.

Penulis: Lailatul Arqom
*Mahasiswa UNUSA Surabaya Jurusan Kebidanan
Sumber: Warta Tretan

Catatan Redaksi: Artikel ini ditayangkan sesuai teks asli seperti yang dipublikasikan dilaman web warta tretan tanpa merubah sedikitpun

*Ikuti jfid di Google News, Klik Disini.
*Segala sanggahan, kritik, saran dan koreksi atau punya opini sendiri?, kirim ke email [email protected]

Share This Article