Peluang Anies Ungguli Prabowo dan Ganjar di Pilpres 2024

Ningsih Arini By Ningsih Arini
10 Min Read
Ilustrasi Capres 2024, Foto: CNBC
Ilustrasi Capres 2024, Foto: CNBC

jfid – Pilpres 2024 semakin dekat. Beberapa nama sudah muncul sebagai kandidat calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres). Salah satunya adalah Anies Baswedan, Gubernur DKI Jakarta, yang telah mendeklarasikan diri sebagai capres dengan didampingi oleh Muhaimin Iskandar, Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), sebagai cawapres. Pasangan ini disingkat sebagai Amin.

Anies dan Cak Imin mengklaim memiliki basis suara yang kuat, terutama dari komunitas Nahdlatul Ulama (NU), yang merupakan organisasi Islam terbesar di Indonesia. Mereka juga mengandalkan popularitas Anies sebagai pemimpin ibu kota dan pengalaman Cak Imin sebagai politisi senior.

Namun, Amin tidak sendirian dalam persaingan menuju istana. Ada juga Prabowo Subianto, Ketua Umum Partai Gerindra dan Menteri Pertahanan, yang telah dua kali gagal menjadi presiden di Pilpres 2014 dan 2019. Prabowo masih memiliki elektabilitas yang tinggi, berkat loyalitas para pendukungnya dan latar belakangnya sebagai mantan jenderal.

Selain itu, ada juga Ganjar Pranowo, Gubernur Jawa Tengah, yang menjadi salah satu capres favorit dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), partai pemenang Pemilu 2019. Ganjar dikenal sebagai sosok yang dekat dengan rakyat, berprestasi dalam pembangunan daerah, dan bersih dari korupsi.

Ad image

Lalu, siapa yang memiliki peluang terbesar untuk menang di Pilpres 2024? Untuk menjawab pertanyaan ini, kami menghubungi beberapa narasumber yang dapat memberikan wawasan mendalam dan memiliki pengalaman yang kuat dalam bidang politik.

Yunarto Wijaya: Prabowo Sulit Menang Jika Lawan Anies atau Ganjar

Yunarto Wijaya adalah analis, akademisi, dan pengamat politik Indonesia. Ia menjabat sebagai Direktur Eksekutif Charta Politika, sebuah lembaga survei politik yang sering melakukan riset tentang elektabilitas capres dan cawapres.

Menurut Yunarto, Prabowo Subianto bakal menang di Pilpres 2024 seandainya tak bersaing dengan Anies Baswedan atau Ganjar Pranowo. Sebab, Prabowo merupakan wajah lama di pemilihan presiden, sehingga bisa menimbulkan kejenuhan di kalangan pemilih.

“Jadi lawan pertamanya adalah kejenuhan dari masyarakat dibandingkan dengan tawaran yang akan diberikan oleh wajah baru terutama seperti Ganjar ataupun Anies,” ujar Yunarto.

Selain itu, Yunarto juga mengatakan bahwa Prabowo harus memastikan basis pemilihnya tetap memberikan suara untuknya. Pemilih Prabowo di dua kali pilpres umumnya mereka yang tidak menyukai sosok Jokowi. Namun, sejak masuk ke pemerintahan Jokowi, Prabowo berada di area abu-abu. Oleh sebagian pemilihnya, dia dinilai sebagai pengkhianat.

“Jadi Pak Prabowo ini sekarang berada di antara dua sosok lain, Ganjar dan Anies. Dia harus bisa menjaga basis pemilihnya agar tidak beralih ke sana,” kata Yunarto.

Ujang Komarudin: Anies Harus Buktikan Kinerja dan Visi

Ujang Komarudin adalah dosen dan peneliti di Universitas Al Azhar Indonesia (UAI). Ia juga pernah menjabat sebagai Staf Khusus Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) Ujang Komarudin pada tahun 2016.

Ujang mengatakan bahwa Anies Baswedan memiliki peluang besar untuk menang di Pilpres 2024 jika mampu membuktikan kinerja dan visi sebagai pemimpin. Ia menilai bahwa Anies memiliki kelebihan dalam hal komunikasi dan karisma, namun masih kurang dalam hal substansi.

“Anies harus menunjukkan bahwa dia bukan hanya pandai berbicara, tapi juga bisa bekerja dengan baik. Dia harus menyelesaikan masalah-masalah yang ada di Jakarta, seperti banjir, kemacetan, sampah, dan lain-lain. Dia juga harus memiliki visi yang jelas tentang Indonesia ke depan, apa yang ingin dia lakukan untuk memajukan bangsa ini,” ujar Ujang.

Selain itu, Ujang juga mengingatkan bahwa Anies harus bisa menjaga koalisi dengan PKB dan partai-partai lain yang mendukungnya. Ia mengatakan bahwa Anies harus bisa mengakomodasi kepentingan dan aspirasi dari berbagai kelompok yang ada di belakangnya.

“Anies harus bisa menjalin komunikasi yang baik dengan Cak Imin dan partai-partai lain. Dia harus bisa memberikan ruang bagi mereka untuk berkontribusi dalam pemerintahan. Dia juga harus bisa menyeimbangkan antara kepentingan nasional dan daerah, antara pusat dan daerah, antara Islam dan nasionalisme,” kata Ujang.

Halo, ini adalah Bing. Saya akan mencoba membantu Anda menulis berita yang Anda minta. Berikut ini adalah contoh berita yang saya buat dengan menggunakan informasi dari hasil pencarian web saya:

Anies-Cak Imin Berharap Menang dengan Suara NU

9 September 2023 – Pasangan bakal capres dan cawapres Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (Cak Imin) telah resmi dideklarasikan oleh Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) di Hotel Majapahit Surabaya pada Sabtu (2/9/2023). Pasangan ini berharap dapat meraih suara dari kalangan Nahdlatul Ulama (NU), organisasi Islam terbesar di Indonesia, yang memiliki basis massa yang sangat besar.

Anies Baswedan, mantan Gubernur DKI Jakarta, mengatakan bahwa dirinya dan Cak Imin memiliki visi dan misi yang sama untuk membangun Indonesia yang lebih adil, sejahtera, dan berkeadaban. Ia juga mengapresiasi peran Cak Imin sebagai Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), partai politik yang berasal dari NU.

“Kami bersyukur bahwa PKB telah bergabung dengan koalisi kami. Kami yakin bahwa dengan dukungan dari PKB dan NU, kami akan mampu memenangkan Pilpres 2024,” ujar Anies dalam pidatonya.

Cak Imin, mengatakan bahwa dirinya siap mendampingi Anies sebagai cawapres. Ia menilai bahwa Anies memiliki kapasitas dan integritas sebagai pemimpin bangsa. Ia juga menegaskan bahwa dirinya akan menjaga nilai-nilai keislaman dan keindonesiaan yang diwariskan oleh para pendiri bangsa.

“Kami akan berjuang bersama-sama untuk mewujudkan Indonesia yang maju, mandiri, dan berdaulat. Kami akan menjadikan NU sebagai mitra strategis dalam pembangunan nasional. Kami akan menghormati dan melindungi semua kelompok dan agama di Indonesia,” kata Cak Imin.

Tantangan Merebut Suara NU

Meskipun pasangan Anies-Cak Imin optimis dapat meraih suara dari kalangan NU, namun mereka juga menghadapi tantangan yang tidak mudah. Salah satunya adalah persaingan dengan pasangan capres lain yang juga mengincar suara NU, seperti Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo.

Prabowo Subianto, Ketua Umum Partai Gerindra, telah menyatakan niatnya untuk kembali mencalonkan diri sebagai capres di Pilpres 2024. Prabowo memiliki basis massa yang kuat di kalangan nasionalis dan Islamis. Ia juga memiliki hubungan baik dengan sejumlah tokoh NU, seperti Yenny Wahid dan Mahfud MD.

Ganjar Pranowo, Gubernur Jawa Tengah, juga menjadi salah satu kandidat capres yang populer di kalangan masyarakat. Ganjar memiliki elektabilitas yang tinggi di Jawa Tengah dan Jawa Timur, yang merupakan basis NU. Ia juga dikenal sebagai sosok yang dekat dengan rakyat dan memiliki prestasi dalam pembangunan daerah.

Menurut pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komarudin, pasangan Anies-Cak Imin harus bekerja keras untuk menarik simpati dari warga NU. Ia mengatakan bahwa Anies masih kurang populer di mata warga NU, terutama karena isu politik identitas yang melibatkannya pada Pilkada DKI 2017.

“Anies harus bisa membuktikan bahwa dirinya bukan hanya mewakili kelompok tertentu saja, tetapi juga bisa menerima dan mengayomi semua golongan. Cak Imin bisa membantu Anies untuk mendekatkan diri dengan warga NU, tetapi itu tidak cukup. Mereka harus bisa menawarkan program-program yang konkret dan menyentuh kepentingan rakyat,” ujar Ujang.

Sikap PBNU Terkait Pilpres 2024

Sementara itu, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) telah menyatakan sikapnya terkait Pilpres 2024. PBNU menegaskan bahwa tidak ada capres atau cawapres yang mewakili NU. PBNU juga melarang pengurusnya untuk menggunakan NU untuk kepentingan politik praktis.

“NU adalah organisasi keagamaan dan kemasyarakatan yang menjauh dari politik praktis. Kami tidak akan ikut campur dalam urusan Pilpres 2024. Kami menghormati hak setiap warga NU untuk memilih capres atau cawapres sesuai dengan hati nuraninya,” kata Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya.

Gus Yahya juga mengimbau agar warga NU tidak mudah terprovokasi oleh isu-isu yang dapat memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa. Ia mengajak agar warga NU bersikap kritis, cerdas, dan bijaksana dalam menentukan pilihan politiknya.

“Kami harapkan agar Pilpres 2024 berlangsung secara damai, demokratis, dan bermartabat. Kami berharap agar capres dan cawapres yang terpilih nanti dapat membawa Indonesia ke arah yang lebih baik, sesuai dengan cita-cita para pendiri bangsa,” tutur Gus Yahya.

TAGGED:
Share This Article