Para Seniman Muda Bicara Keseriusan Disbudporapar Sumenep

Rasyiqi By Rasyiqi - Writer, Saintific Enthusiast
5 Min Read

jfid – Para Seniman muda bersuara soal keseriusan Dinas Kebudayaan, Pemuda, Olahraga, dan Parawisata (Disbudporapar) dalam merawat seni dan budaya Sumenep. Moh. Ikhsan (Kepala Disbudporapar) setidaknya mengundang 50 seniman, budayawan dan pegiat budaya di kabupaten Sumenep dalam sebuah forum silaturahmi. Jumat malam (15/4/2022) di aula kantor Disbudporapar Sumenep.

Dalam sebuah forum silaturahmi tersebut, Dinas Kebudayaan, Pemuda, Olahraga dan Parawisata (Disbudporapar) memberikan ruang aspirasi dan usulan gagasan dari seniman dan budayawan Sumenep untuk merawat dan menggairahkan industri seni dan kearifan lokal Sumenep, setelah 3 tahun vakum karena covid.

Tampak hadir tokoh-tokoh seniman dan budayawan, seperti Mahendra Cipta (Aktor dan Sutradara Theater), M. Fauzi (Penyair dan Akademisi), Syaf Anton (Budayawan Sumenep), Kyai Tumidzi Jaka (Budayawan Sumenep), Edi Susanto (Seniman Tari), Ayok (Musisi), Rivan Khoiridi (Musisi) dan para Seniman muda serta pegiat budaya Sumenep.

Silaturahmi para seniman, budayawan dan pegiat budaya dengan Dinas Kebudayaan, Pemuda, Olahraga dan Parawisata Sumenep. Jumat malam (15/4/2022)

Moh Ikhsan, Kepala Disbudporapar Sumenep menyampaikan pada jurnalfaktual.id, jika kegiatan silaturahmi dengan para seniman, budayawan, dan pegiat budaya, tidak lain untuk membangkitkan ekspresi para pelaku seni dan budaya, setelah 3 tahun vakum karena covid.

Ad image

“Alhamdulillah, kami bisa bersilaturahmi dengan para seniman, budayawan, dan pegiat budaya, bertujuan menerima informasi, usulan, masukan, saran, untuk membangkitkan dunia seni dan budaya. Ke depan kita sudah endemi, Disbudporapar akan sediakan ruang secukup-cukupnya bagi para seniman dan pegiat budaya untuk berekspresi dengan baik. Sehingga pengembangan dan pembinaan seni dan budaya Sumenep, tidak mati karena kegiatan yang tidak bisa diselenggarakan sebelumnya,” terang Moh. Ikhsan.

Dilain hal, Sri cicik Handayani, Mahasiswi jurusan Seni Tari, Institut Seni Indonesia Surakarta, bicara soal progres Dinas Kebudayaan, Pemuda, Olahraga dan Parawisata kabupaten Sumenep setelah melakukan agenda silaturahmi dengan para seniman dan budayawan Sumenep.

“Pertemuan ke depan, semoga lebih mengarah saja. Harus ada progres dari Disbudporapar Sumenep. Bukan hanya sekedar seremonial, ke depannya langsung ke tujuannya, bagaimana industri seni dan budaya Sumenep bisa kembali hidup. Bukan hanya ngobrol santai, tapi berkelanjutan,” tukas Sri Cicik Handayani, Mahasiswi Institut Seni Surakarta asal Beluk Kenek, kecamatan Ambunten.

Sri Cicik Handayani berharap, sebagai pelaku seni muda, dirinya ingin ikut andil dan dilibatkan dalam industri seni budaya di Sumenep.

“Kami, pelaku seni yang muda, berharap ada andil bagi pemuda-pemuda dalam mengembangkan industri seni dan budaya Sumenep,” imbuh Sri Cicik Handayani.

Hal yang sama, juga disuarakan dari seniman muda alumnus Institut Seni Indonesia Jogja, Firman Ichlasul Amal.

“Para seniman dan pegiat budaya yang hadir, tentu mereka membawa harapan. Dalam artian, makna dari harapan itu, sebelumnya tidak pernah terealisasi. Dari harapan-harapan itu, semoga Dinas peka. Dalam arti, pertemuan yang dibicarakan selanjutnya, bisa dieksekusi. Perlu ditekankan, Bahwa pengulangan adalah musuh besar bagi seniman. Karena, seniman benci pada pengulangan. Tahap selanjutnya sudah harus masuk ditahap aksiologi,” tegas Firman Ichlasul Amal. Aktor lulusan Institut Seni Indonesia Jogja.

Pendapat lain juga diutarakan Fayat Muhammad, Aktor Theater dan seniman tulis batik, dirinya berharap, Dinas Kebudayaan, Pemuda, Olahraga dan Parawisata tidak sekedar menerima usulan.

“Dinas tidak hanya sekedar menampung usulan. Tapi yang utama, lebih pada subtansi, setelah pertemuan ini, apa gerak kongkrit yang harus dilakukan? Kesenian dan kreasi budaya perlu mengakar dan melibatkan para pemuda-pemuda. Setidaknya, dunia kesenian ini menjadi iklim di tengah-tengah masyarakat dan merata. Ada edukasi lanjutan, barangkali bisa masuk ke sekolah-sekolah (road show belajar membatik ke sekolah-sekolah, red),” tukas Fayat Muhammad, pelaku industri kreatif batik tulis. (DN)

Share This Article