Norwegia Membuka Jalan Baru: Penambangan Dasar Laut!

Noer Huda
4 Min Read


jfid – Norwegia, sebuah negara yang telah terkenal akan keindahan alamnya dan komitmennya yang kuat terhadap pelestarian lingkungan, kini berdiri di garis depan revolusi industri yang inovatif: penambangan dasar laut.

Sebagai negara pertama yang memasuki ranah penambangan dasar laut secara komersial, Norwegia tengah menjadi pusat perdebatan global mengenai keseimbangan esensial antara kebutuhan ekonomi dan perlindungan ekosistem lingkungan.

Salah satu alasan sentral yang mendorong Norwegia dalam menjajaki potensi penambangan dasar laut adalah untuk mengurangi ketergantungan Eropa terhadap China dalam hal pasokan mineral penting.

Mineral-mineral ini memainkan peran vital dalam pembuatan baterai kendaraan listrik, turbin angin, dan panel surya yang mendukung pergeseran menuju energi terbarukan.

Dengan upaya mengembangkan industri penambangan dasar laut, Norwegia berharap dapat memanfaatkan sumber daya alamnya sendiri, sekaligus mengurangi ketergantungannya pada impor yang semakin rentan.

Tindakan ini juga sejalan dengan strategi Norwegia dalam membangun industri maritim yang baru, mengingat prospek ekspor utamanya, minyak dan gas lepas pantai, diperkirakan akan mengalami penurunan bertahap.

Pemerintah Norwegia telah mengusulkan rencana ambisius untuk membuka sekitar 280.000 km persegi wilayah laut antara pulau Jan Mayen dan kepulauan Svalbard untuk kegiatan eksplorasi.

Konsep ini tidak jauh berbeda dengan cara Norwegia membuka wilayah lepas pantai untuk keperluan eksplorasi minyak dan gas. Dengan tindakan ini, Norwegia berharap bisa memanfaatkan sumber daya alam bawah lautnya sendiri, yang pada gilirannya akan mengurangi ketergantungannya pada impor.

Melalui survei yang dibiayai oleh pemerintah, telah ditemukan keberadaan berlimpah logam dan mineral berharga di dasar laut Norwegia. Mineral-mineral ini terkandung dalam sulfida polimetalik, yang sering disebut sebagai “perokok hitam,” yang tersembunyi pada kedalaman mencapai sekitar 3.000 meter.

Dengan meraih mineral-mineral ini, Norwegia berharap bisa mengoptimalkan sumber daya alamnya sendiri, menjauhi ketergantungan berlebihan pada impor, dan mempromosikan keberlanjutan ekonomi.

Meskipun kondisi di dasar laut yang mencakup kurangnya cahaya, suhu yang mendekati titik beku, dan tekanan air yang sangat tinggi adalah tantangan yang nyata, kehidupan tetap ada di sana.

Para ilmuwan telah mengidentifikasi spesies-spesies unik yang berkembang di sekitar ventilasi hidrotermal aktif, termasuk karang, cacing tabung, dan mikroorganisme. Hal ini menggarisbawahi keragaman yang mengagumkan di dalam ekosistem yang keras dan sulit dijangkau ini.

Namun, perlu diakui bahwa penambangan dasar laut bukanlah aktivitas tanpa risiko. Dampak terhadap lingkungan bisa mencakup peningkatan abrasi dan erosi pantai, penurunan kualitas air laut, gangguan terhadap habitat alami, kerusakan terhadap daerah pemijahan dan asuhan alamiah, peningkatan turbulensi, dan penurunan kualitas air.

Untuk memitigasi dampak ini, pendekatan umum melibatkan Penilaian Dampak Lingkungan (EIA), perencanaan dan manajemen operasi penambangan yang cermat, pengawasan serta penegakan hukum lingkungan yang ketat, serta investasi dalam riset dan pengembangan teknologi baru yang lebih ramah lingkungan.

Sebagai kesimpulan, Norwegia saat ini berdiri di garis terdepan dalam revolusi industri yang mengarah pada penambangan dasar laut. Meskipun hadirnya tantangan dan risiko signifikan terkait dampak lingkungan, negara ini optimistis bahwa dengan perencanaan yang matang dan penggunaan teknologi terbaru, mereka dapat mengekstraksi mineral penting dari dasar laut tanpa mengganggu ekosistem yang rapuh.

*Ikuti jfid di Google News, Klik Disini.
*Segala sanggahan, kritik, saran dan koreksi atau punya opini sendiri?, kirim ke email [email protected]

Share This Article