NasDem Dituding Berkhianat, Pasangkan Anies-Cak Imin di Pilpres 2024

ZAJ
By ZAJ
11 Min Read

jfid – Partai Nasional Demokrat (NasDem) dituding berkhianat oleh Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang merupakan mitra koalisinya dalam mengusung Anies Baswedan sebagai calon presiden (capres) di Pilpres 2024. NasDem disebut-sebut telah memasangkan Anies dengan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar alias Cak Imin sebagai calon wakil presiden (cawapres) tanpa sepengetahuan kedua partai lainnya.

Kronologi Pengkhianatan

Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) yang terdiri dari NasDem, Demokrat, dan PKS telah sepakat untuk menyerahkan pilihan cawapres kepada Anies Baswedan. Namun, rencana deklarasi capres dan cawapres itu tidak segera terwujud lantaran Anies dianggap lebih memilih tunduk pada keputusan Ketua Umum NasDem Surya Paloh yang ingin terus menunda waktu deklarasi.

Menurut Sekretaris Jenderal Demokrat Teuku Riefky Harsya, yang juga anggota Tim 8 KPP, desakan terus datang dari Tim 8 yang akhirnya kembali mengomunikasikan soal deklarasi capres dan cawapres kepada tiga Ketua Umum KPP di waktu yang berbeda. Riefky mengatakan, Surya Paloh menjadi orang pertama yang diberi tahu soal pentingnya segera mendeklarasikan capres dan cawapres. Baru, setelahnya Tim 8 mengabarkan kepada Ketua Majelis Tinggi Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), lalu Ketua Majelis Syuro PKS Salim Segaf Al Jufri.

Riefky mengungkapkan, pada Selasa malam, 29 Agustus 2023 di NasDem Tower, secara sepihak Surya Paloh tiba-tiba menetapkan Cak Imin sebagai cawapres Anies, tanpa sepengetahuan Demokrat dan PKS. “Pada Selasa malam, 29 Agustus 2023 di NasDem Tower, secara sepihak Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh tiba-tiba menetapkan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar sebagai cawapres Anies, tanpa sepengetahuan Partai Demokrat dan PKS,” kata Riefky dalam keterangan tertulisnya, Kamis (31/8/2023).

Riefky menambahkan, pada Rabu pagi, 30 Agustus 2023, Tim 8 mendapatkan informasi dari Sudirman Said, mewakili Anies Baswedan, bahwa Anies telah menyetujui kerja sama politik NasDem dan PKB untuk mengusung pasangan Anies-Cak Imin. “Persetujuan ini dilakukan secara sepihak atas inisiatif Ketum NasDem, Surya Paloh,” ujar Riefky.

Riefky juga menyebutkan bahwa Anies pernah menuliskan keputusannya itu dalam bentuk surat tulisan tangan yang ditandatangani kepada Ketua Umum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) pada tanggal 25 Agustus 2023. Dalam surat itu, Anies meminta secara resmi agar AHY bersedia untuk menjadi cawapresnya.

Reaksi Demokrat dan PKS

Demokrat dan PKS merasa dikhianati oleh NasDem dan Anies Baswedan atas kesepakatan duet Anies-Cak Imin di Pilpres 2024. Kedua partai itu mengaku tidak pernah dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan tersebut.

Ketua Majelis Tinggi Demokrat SBY mengatakan bahwa dirinya merasa kecewa dan tersinggung dengan sikap NasDem dan Anies Baswedan. “Saya merasa kecewa dan tersinggung dengan sikap NasDem dan Anies Baswedan yang tidak menghormati kesepakatan bersama dalam koalisi. Ini adalah pengkhianatan politik yang tidak bisa diterima,” kata SBY dalam konferensi pers di Cikeas, Jawa Barat, Kamis (31/8/2023).

SBY menegaskan bahwa Demokrat akan segera mengambil langkah-langkah strategis untuk menentukan sikap politiknya di Pilpres 2024. “Demokrat tidak akan tinggal diam. Kami akan segera mengambil langkah-langkah strategis untuk menentukan sikap politik kami di Pilpres 2024. Kami akan berjuang untuk kepentingan rakyat dan bangsa, bukan untuk kepentingan pribadi atau kelompok tertentu,” tegas SBY.

Sementara itu, Ketua Majelis Syuro PKS Salim Segaf Al Jufri mengatakan bahwa PKS merasa dipermainkan oleh NasDem dan Anies Baswedan. “PKS merasa dipermainkan oleh NasDem dan Anies Baswedan yang telah melanggar kesepakatan bersama dalam koalisi. Ini adalah bentuk ketidakjujuran politik yang sangat merugikan PKS,” kata Salim dalam keterangan tertulisnya, Kamis (31/8/2023).

Salim menambahkan bahwa PKS akan segera melakukan evaluasi dan konsolidasi internal untuk menentukan sikap politiknya di Pilpres 2024. “PKS akan segera melakukan evaluasi dan konsolid.

Tanggapan NasDem dan Anies-Cak Imin

NasDem dan pasangan Anies-Cak Imin membantah tuduhan pengkhianatan yang dilontarkan oleh Demokrat dan PKS. Mereka mengklaim bahwa kesepakatan duet Anies-Cak Imin di Pilpres 2024 adalah hasil dari komunikasi intensif dan konsensus antara kedua partai dan kedua tokoh.

Ketua Umum NasDem Surya Paloh mengatakan bahwa dirinya telah berkomunikasi dengan Anies Baswedan sejak lama dan mendapatkan persetujuan dari Anies untuk memasangkan dirinya dengan Cak Imin. “Saya telah berkomunikasi dengan Anies Baswedan sejak lama dan mendapatkan persetujuan dari beliau untuk memasangkan dirinya dengan Cak Imin. Ini adalah keputusan yang matang dan strategis, bukan sembarangan,” kata Surya Paloh dalam konferensi pers di NasDem Tower, Kamis (31/8/2023).

Surya Paloh menambahkan bahwa dirinya juga telah berkomunikasi dengan Cak Imin dan mendapatkan dukungan dari PKB untuk mengusung pasangan Anies-Cak Imin di Pilpres 2024. “Saya juga telah berkomunikasi dengan Cak Imin dan mendapatkan dukungan dari PKB untuk mengusung pasangan Anies-Cak Imin di Pilpres 2024. Ini adalah koalisi yang solid dan harmonis, bukan konfliktual,” ujar Surya Paloh.

Surya Paloh juga membantah bahwa dirinya telah melanggar kesepakatan bersama dalam koalisi KPP. Ia mengatakan bahwa NasDem tidak pernah terikat dengan kesepakatan apapun dalam koalisi KPP, karena koalisi itu belum resmi terbentuk. “NasDem tidak pernah terikat dengan kesepakatan apapun dalam koalisi KPP, karena koalisi itu belum resmi terbentuk. Kami hanya berkomunikasi secara informal dengan Demokrat dan PKS, tapi tidak ada komitmen apapun yang dibuat,” kata Surya Paloh.

Sementara itu, pasangan Anies-Cak Imin mengatakan bahwa mereka merasa terhormat dan siap untuk maju sebagai capres dan cawapres di Pilpres 2024. Mereka juga mengatakan bahwa mereka tidak bermaksud untuk menyinggung atau menyakiti perasaan Demokrat dan PKS.

Anies Baswedan mengatakan bahwa dirinya telah mempertimbangkan berbagai faktor sebelum menyetujui duet dengan Cak Imin. “Saya telah mempertimbangkan berbagai faktor sebelum menyetujui duet dengan Cak Imin. Salah satunya adalah faktor kebangsaan dan keislaman yang saya rasa penting untuk memimpin Indonesia di masa depan,” kata Anies Baswedan dalam konferensi pers di Balai Kota Jakarta, Kamis (31/8/2023).

Anies Baswedan juga mengatakan bahwa dirinya tetap menghargai Demokrat dan PKS sebagai mitra politiknya selama ini. “Saya tetap menghargai Demokrat dan PKS sebagai mitra politik saya selama ini. Saya tidak bermaksud untuk menyinggung atau menyakiti perasaan mereka. Saya harap kita tetap bisa menjalin hubungan baik dan saling mendukung demi kepentingan rakyat dan bangsa,” ujar Anies Baswedan.

Cak Imin mengatakan bahwa dirinya merasa terhormat dan siap untuk mendampingi Anies Baswedan sebagai cawapres di Pilpres 2024. “Saya merasa terhormat dan siap untuk mendampingi Anies Baswedan sebagai cawapres di Pilpres 2024. Saya yakin kita bisa menjadi pasangan yang kompak dan harmonis, serta mampu membawa perubahan positif bagi Indonesia,” kata Cak Imin dalam konferensi pers di Kantor DPP PKB, Kamis (31/8/2023).

Cak Imin juga mengatakan bahwa dirinya tetap menghormati Demokrat dan PKS sebagai bagian dari keluarga besar koalisi. “Saya tetap menghormati Demokrat dan PKS sebagai bagian dari keluarga besar koalisi. Saya tidak bermaksud untuk mengkhianati atau mengecewakan mereka. Saya harap kita tetap bisa bersatu dan bersinergi demi kemajuan Indonesia,” ujar Cak Imin.

Dampak Politik

Keputusan NasDem untuk memasangkan Anies-Cak Imin di Pilpres 2024 telah menimbulkan dampak politik yang signifikan. Selain memicu reaksi keras dari Demokrat dan PKS, keputusan itu juga berpotensi mengubah peta persaingan di Pilpres 2024.

Menurut pengamat politik dari Universitas Indonesia, Arie Sudjito, keputusan NasDem untuk memasangkan Anies-Cak Imin di Pilpres 2024 adalah sebuah langkah cerdas dan strategis. “Keputusan NasDem untuk memasangkan Anies-Cak Imin di Pilpres 2024 adalah sebuah langkah cerdas dan strategis. Dengan demikian, NasDem berhasil mengamankan posisi sebagai partai pengusung capres, sekaligus menambah basis elektoral dengan melibatkan PKB yang memiliki massa Nahdliyin yang cukup besar,” kata Arie Sudjito dalam wawancara dengan media online, Kamis (31/8/2023).

Arie Sudjito menambahkan bahwa keputusan NasDem juga berdampak pada koalisi KPP yang kini terpecah belah. “Keputusan NasDem juga berdampak pada koalisi KPP yang kini terpecah belah. Demokrat dan PKS tentu merasa tersingkir dan tersakiti oleh NasDem dan Anies Baswedan. Mereka kemungkinan akan mencari alternatif lain untuk mengusung capres dan cawapres di Pilpres 2024, atau bahkan memilih untuk menjadi oposisi,” ujar Arie Sudjito.

Arie Sudjito juga mengatakan bahwa keputusan NasDem juga berpengaruh pada peta persaingan di Pilpres 2024. “Keputusan NasDem juga berpengaruh pada peta persaingan di Pilpres 2024. Dengan adanya pasangan Anies-Cak Imin, maka akan ada tiga pasangan capres-cawapres yang sudah pasti maju di Pilpres 2024, yaitu Joko Widodo-Ma’ruf Amin dari koalisi Indonesia Maju, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno dari koalisi Indonesia Adil Makmur, dan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dari koalisi NasDem-PKB. Ini akan membuat Pilpres 2024 menjadi lebih seru dan sengit,” kata Arie Sudjito.

*Ikuti jfid di Google News, Klik Disini.
*Segala sanggahan, kritik, saran dan koreksi atau punya opini sendiri?, kirim ke email [email protected]

Share This Article