jfid – Dalam beberapa waktu terakhir, sosok Habib Muhammad Alex menjadi sorotan di media sosial.
Dikenal sebagai dermawan sejak kecil dan diyakini memiliki doa yang mustajab, popularitas Habib Alex meroket dengan cepat.
Namun, fenomena ini memunculkan pertanyaan penting tentang pengultusan gelar “Habib” dan keberlanjutan informasi mengenai figur-figur populer ini.
Habib Alex mulai viral berkat sebuah video pendek yang mengajak masyarakat untuk mengunggah fotonya di media sosial.
Langkah ini dilakukan atas permintaan Habib Alex sendiri, sebagaimana diungkapkan oleh putranya, Habib Abu Bakar Syarif. “Memang benar abah (Habib Alex) yang meminta agar fotonya itu diviralkan dengan diposting di story dan media sosial lainnya,” ujar Habib Syarif yang dikutip dari detikjatim, 6 Oktober 2023.
Habib Alex, yang memiliki nama lengkap Habib Muhammad Bin Muhammad Shodiq Bin Habib Husein Bin Hadi Al-Hamid, dikenal oleh warga Probolinggo sebagai sosok dermawan.
Kisah kedermawanannya sudah terlihat sejak kecil, seperti yang diceritakan oleh Aliwafi, warga Desa Pulau Mandangin. Ia mengingat saat Habib Alex kecil mengambil uang Rp 10 juta milik ayahnya untuk dibagikan kepada masyarakat sekitar rumahnya.
Tidak hanya itu, Taufik Jum’an, seorang teman Habib Alex, juga membagikan pengalaman ajaib bersama sang Habib.
Ketika mobil mereka melewati jalan sempit yang dipenuhi kawat duri, mobil tersebut tidak mengalami goresan sedikit pun, meskipun terdengar suara gesekan yang seharusnya menyebabkan kerusakan.
Namun, di balik cerita-cerita penuh mukjizat dan kedermawanan ini, terdapat aspek kritis yang perlu direnungkan.
Pengultusan gelar “Habib” di masyarakat sering kali menciptakan sosok-sosok yang dipandang lebih tinggi dan memiliki kekuatan khusus, sehingga mempengaruhi cara pandang masyarakat terhadap mereka.
Fenomena ini tidak jarang mengarah pada bentuk pengagungan berlebihan yang bisa mengaburkan nilai-nilai sebenarnya yang harus dijunjung tinggi.
Kasus Habib Alex juga memperlihatkan bagaimana informasi tentang tokoh-tokoh yang pernah viral bisa hilang begitu saja.
Kini, berita tentang Habib Alex seolah lenyap bak ditelan bumi, mengingatkan kita pada kasus-kasus lain yang serupa.
Terbaru, konflik seputar nasab Ba’alawi dan perseteruan antara Rhoma Irama dan Habib Bahar, serta banyak tokoh lain yang mencuri perhatian publik, menambah kompleksitas isu perhabiban di negeri ini.
Fenomena ini mengajak kita untuk lebih kritis dalam menyikapi informasi dan figur yang diidolakan, serta mempertanyakan apakah pengultusan gelar dan sosok tertentu memang membawa manfaat atau justru sebaliknya.