jfid – Sejak Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari 2022, konflik antara kedua negara tetangga itu belum menemukan titik akhir.
Setelah berhasil merebut sebagian besar wilayah Donetsk dan Luhansk, pasukan Rusia kini mengincar empat kota lain yang berada di bagian barat Donetsk.
Keempat kota itu adalah Pokrovsk, Selydove, Pavlograd, dan Synelnykove.
Mengapa kota-kota ini penting bagi Ukraina dan Rusia? Bagaimana nasib penduduknya di tengah perang yang tak kunjung usai?
Dan apa yang dilakukan pemerintah Ukraina untuk mempertahankan kedaulatan dan integritas wilayahnya? Berikut ulasan lengkapnya.
Pokrovsk: Kota Industri yang Strategis
Pokrovsk adalah kota dan pusat administrasi Pokrovsk Raion di bagian Oblast Donetsk, Ukraina.
Kota ini memiliki populasi sekitar 60.127 jiwa dan menjadi kota penting bagi Ukraina karena merupakan pusat industri batu bara, metalurgi, dan mesin.
Kota ini juga strategis karena berada di jalur kereta api yang menghubungkan Donetsk dengan Dnipro, dua kota besar di Ukraina timur.
Selain itu, Pokrovsk juga dekat dengan Sungai Vovcha, yang merupakan sumber air bagi penduduk setempat.
Namun, keberadaan Pokrovsk juga membuatnya rentan terhadap serangan Rusia.
Sejak awal invasi, kota ini sering menjadi sasaran rudal-rudal Rusia yang menimbulkan korban jiwa dan kerusakan infrastruktur.
Pada November 2023, sebuah serangan udara Rusia menghancurkan sebuah pabrik kimia di Pokrovsk, menyebabkan kebocoran gas beracun yang mengancam kesehatan warga.
Meski demikian, pasukan Ukraina masih bertahan di Pokrovsk dan berusaha mempertahankan kota ini dari gempuran Rusia.
Mereka didukung oleh relawan, aktivis, dan organisasi kemanusiaan yang memberikan bantuan medis, logistik, dan psikologis bagi para tentara dan warga sipil.
Selydove: Kota yang Dihantui Kematian
Selydove, atau Selydivka dalam bahasa Rusia, adalah sebuah kota di Oblast Donetsk, Ukraina.
Kota ini terletak di bagian barat wilayah tersebut, di Sungai Solona, anak sungai Vovchya.
Kota ini memiliki populasi sekitar 21.521 jiwa dan merupakan kota penambangan batu bara.
Selydove adalah salah satu kota yang paling parah terkena dampak perang antara Ukraina dan Rusia.
Sejak 2014, kota ini telah menjadi medan pertempuran sengit antara kedua belah pihak, yang mengakibatkan banyak korban jiwa dan pengungsi.
Pada 14 November 2023, kota ini ditembaki oleh Angkatan Bersenjata Rusia. Layanan Darurat Negara Ukraina melaporkan, dua warga sipil tewas, tiga terluka, enam diselamatkan, termasuk satu anak-anak, dua orang lagi mungkin berada di bawah reruntuhan; satu bangunan tempat tinggal pribadi hancur, satu bangunan tempat tinggal empat lantai hancur sebagian, 16 bangunan tempat tinggal pribadi dan tujuh rumah susun rusak.
Akibat serangan-serangan tersebut, banyak warga Selydove yang meninggalkan kota mereka dan mencari perlindungan di tempat lain.
Menurut data PBB, sekitar 10.000 orang telah mengungsi dari Selydove sejak 2014.
Mereka yang tetap tinggal di kota ini harus menghadapi kondisi hidup yang sulit, seperti kekurangan air, listrik, makanan, dan obat-obatan.
Pavlograd: Kota Bersejarah yang Terancam Hilang
Pavlograd, atau Pavlohrad dalam bahasa Ukraina, adalah sebuah kota dan munisipalitas di Ukraina timur tengah, yang terletak di Oblast Dnipropetrovsk.
Kota ini berfungsi sebagai pusat administrasi Pavlohrad Raion. Kota ini memiliki populasi 101.430 jiwa (perkiraan tahun 2022).
Pavlograd adalah salah satu pemukiman modern tertua di oblast Dnipropetrovsk, muncul dalam dokumen dari abad ke-17.
Kota ini memiliki banyak bangunan bersejarah dan budaya, seperti gereja, museum, monumen, dan taman.
Kota ini juga dikenal sebagai kota sastra, karena banyak penulis dan penyair terkenal yang berasal atau tinggal di sini, seperti Taras Shevchenko, Ivan Franko, dan Lesya Ukrainka.
Namun, kekayaan sejarah dan budaya Pavlograd juga menjadi ancaman bagi kota ini, karena Rusia menginginkan kota ini sebagai bagian dari wilayahnya.
Sejak 2014, Rusia telah melakukan beberapa upaya untuk menguasai Pavlograd, baik dengan cara militer maupun politik.
Pada 2015, Rusia mendukung gerakan separatis yang menuntut referendum untuk memisahkan Pavlograd dari Ukraina.
Pada 2017, Rusia mengirim pasukan khusus untuk menyusup ke Pavlograd dan melakukan sabotase terhadap infrastruktur kota.
Pada 2020, Rusia melancarkan serangan udara dan artileri terhadap Pavlograd, yang menewaskan puluhan orang dan merusak banyak bangunan.
Meski demikian, Pavlograd masih berada di bawah kendali Ukraina, berkat perlawanan dari pasukan Ukraina dan warga sipil.
Mereka berjuang untuk mempertahankan kota mereka dari invasi Rusia, yang ingin menghapus identitas dan sejarah mereka.
Synelnykove: Kota yang Akan Ganti Nama
Synelnykove, atau Synelnykivka dalam bahasa Ukraina, adalah sebuah kota dan munisipalitas di Oblast Dnipropetrovsk, Ukraina.
Kota ini merupakan kota terbesar di bagian tenggara wilayah tersebut.
Kota ini berfungsi sebagai pusat administrasi Synelnykove Raion. Kota ini memiliki populasi 28.651 jiwa (perkiraan tahun 2022).
Nama kota ini diambil dari nama gubernur Rusia Ivan Sinelnikov, yang memerintah wilayah ini pada abad ke-18.
Namun, nama ini segera akan berubah, karena undang-undang “Tentang Kecaman dan Larangan Propaganda Kebijakan Kekaisaran Rusia di Ukraina dan Dekolonisasi Toponimi” yang ditandatangani oleh Presiden Volodymyr Zelensky pada April 2023.
Undang-undang ini mengharuskan semua kota, desa, jalan, dan tempat lain yang memiliki nama yang terkait dengan kekaisaran Rusia atau Uni Soviet untuk mengganti nama mereka sebelum 27 Januari 2024.
Tujuannya adalah untuk memutus hubungan dengan masa lalu kolonial dan menegaskan identitas nasional Ukraina.
Pada 1 Januari 2024, lima opsi nama baru ditawarkan dalam diskusi publik yang akan berlangsung hingga 20 Januari 2024.
Opsi-opsi itu adalah: Synelnykiv, Synelnyk, Synel, Synelna, dan Synelne. Warga Synelnykove dapat memberikan suara mereka melalui surat, telepon, atau internet.
Nama baru yang paling banyak dipilih akan diumumkan pada 27 Januari 2024 dan resmi digunakan sejak 1 Februari 2024.
Dengan mengganti nama kota mereka, warga Synelnykove berharap dapat menunjukkan sikap patriotik mereka dan menolak ancaman Rusia, yang ingin menguasai wilayah mereka.
Mereka juga berharap dapat membangun kota mereka menjadi lebih maju dan sejahtera, dengan mengembangkan potensi ekonomi, sosial, dan budaya mereka.