Mengapa Konflik Agama di Afrika Tidak Mendapat Sorotan Media?

Noer Huda By Noer Huda - Content Creator
5 Min Read
Mengapa Konflik Agama Di Afrika Tidak Mendapat Sorotan Media?
Mengapa Konflik Agama Di Afrika Tidak Mendapat Sorotan Media?

jfid – Saat kita berbicara tentang konflik agama, perhatian sering kali tertuju pada daerah yang mendominasi berita global seperti konflik berkepanjangan antara Israel dan Palestina.

Namun, di balik layar sorotan media, ada realitas yang tak kalah penting: konflik agama yang merajalela di sebagian besar wilayah Afrika Sub-Sahara.

Benua yang kaya akan keanekaragaman budaya, bahasa, dan agama ini telah menjadi panggung bagi pertikaian berkepanjangan yang sering kali luput dari perhatian dunia.

Melalui data dan penelitian yang mendalam, kita memahami bahwa konflik agama di Afrika telah meningkat secara signifikan dalam beberapa dekade terakhir.

Ad image

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh akademisi Jerman, Matthias Basedau, menyoroti bahwa kelemahan struktural negara-negara di Afrika menjadi pemicu utama meningkatnya konflik ini.

Temuannya menunjukkan bahwa sebagian besar dari konflik bersenjata yang terjadi di benua ini memiliki dimensi agama yang kuat. Meskipun demikian, konflik agama bukanlah satu-satunya permasalahan yang dihadapi.

Berikut adalah beberapa konflik agama di Afrika yang mungkin kurang dikenal oleh banyak orang karena fokus dunia seringkali tertuju pada konflik Israel-Palestina:

  1. Sudan: Sejak kemerdekaan Sudan pada tahun 1956, hanya 10 dari 58 tahun yang damai. Sisanya dipenuhi dengan kekerasan dan pertumpahan darah dari dua perang sipil, dan perang di Darfur. Sudan Utara dihuni oleh orang-orang yang mempraktikkan Islam, sementara Sudan Selatan adalah pengikut agama tradisional dan Kristen⁴.
  2. Somalia: Salah satu negara paling tidak stabil di Afrika; juga merupakan salah satu negara paling homogen secara agama di benua itu. Konflik dapat muncul di masyarakat mayoritas Muslim, seperti di Somalia¹.
  3. Nigeria: Di Nigeria, Islamis Boko Haram juga sering menyerang Muslim¹. Negara ini memiliki populasi dan komunitas agama yang heterogen, yang sangat rentan terhadap konflik agama¹.
  4. Mali: Konflik teologis dapat muncul di masyarakat mayoritas Muslim, seperti di Mali¹. Kelompok Muslim radikal menuntut pengenalan hukum Syariah¹.
  5. Republik Afrika Tengah, Nigeria, dan Côte d’Ivoire: Negara-negara dengan populasi agama campuran cenderung mengalami konflik antaragama, yang telah terwujud dalam kasus seperti Republik Afrika Tengah, Nigeria, dan Côte d’Ivoire².
  6. Kongo-Brazzaville, Republik Demokratik Kongo, dan Uganda: Meskipun pemberontakan Islamis mendominasi dalam konflik agama berbasis ide, kelompok pemberontak Kristen di Kongo-Brazzaville, Republik Demokratik Kongo, dan Uganda juga telah aktif sejak pergantian milenium².

Afrika Sub-Sahara, dengan sejumlah negara yang seringkali lemah secara politik dan ekonomi, menjadi arena rentan bagi konflik ini.

Tidak hanya itu, konflik agama juga terbawa dari wilayah tetangga seperti Afrika Utara dan Timur Tengah, baik secara langsung maupun tidak langsung melalui penyebaran ideologi yang lebih radikal.

Namun, ketika kita membicarakan konflik agama di Afrika, penting untuk menggali lebih dalam bahwa pertikaian ini tidak hanya bersifat agama. Konflik etnis, persaingan kekuasaan, dan pertarungan atas sumber daya juga memiliki peran signifikan dalam dinamika konflik di benua ini.

Dalam sudut pandang agama, konflik di Afrika dapat terbagi menjadi dua tipe utama: antar-agama dan teologis.

Pertentangan antar-agama seringkali menyajikan pertarungan identitas antara kelompok Kristen dan Muslim, seringkali bersinggungan dengan identitas etnis. Di sisi lain, konflik teologis lebih menyoroti ideologi agama dan tuntutan teologis yang muncul di masyarakat mayoritas Muslim atau Kristen.

Penting untuk menggarisbawahi bahwa dalam melihat dinamika konflik ini, konsep ‘pembangunan’ juga memiliki peran yang signifikan.

Sebelum mempertimbangkan peran agama dalam konteks konflik, kita perlu memahami apakah pembangunan di sini lebih mengacu pada “pertumbuhan ekonomi” atau lebih kepada “perspektif pembangunan manusia yang diartikan sebagai ‘kemampuan untuk menjalani hidup yang dihargai'”.

Saat kita mengomentari konflik-konflik global, terutama fokus pada pertikaian seperti Israel-Palestina yang mendominasi berita, kita sering melupakan bahwa ada saudara-saudara kita di Afrika yang tengah terjebak dalam konflik yang sama-sama merusak dan memerlukan perhatian yang serupa.

Negara-negara seperti Sudan, Somalia, Nigeria, Mali, Republik Afrika Tengah, Côte d’Ivoire, Kongo-Brazzaville, Republik Demokratik Kongo, dan Uganda adalah beberapa contoh di mana konflik agama telah merenggut ribuan nyawa dan mempengaruhi jutaan orang.

Meskipun konflik-konflik ini memiliki pemicu agama, solusi yang holistik akan ditemukan dalam peningkatan stabilitas politik, upaya pembangunan ekonomi inklusif, dan pengelolaan sumber daya yang lebih adil.

Dalam suasana gegap gempita konflik global, mari tidak melupakan saudara-saudara kita di Afrika yang juga merasakan derita serupa, membutuhkan perdamaian yang segera, dan membutuhkan perhatian serta tindakan dari masyarakat dunia.

Share This Article