Apakah Sel-Sel Tubuh Kita Menyimpan Kenangan?

Rasyiqi
By Rasyiqi
6 Min Read
Memori Seluler (ilustrasi/jfid)

jfid – Ketika Anda mendengar kata “memori”, apa yang terlintas di pikiran Anda? Mungkin Anda akan berpikir tentang ingatan-ingatan yang tersimpan di otak Anda, seperti nama, wajah, tempat, peristiwa, atau bahkan mimpi.

Namun, apakah Anda pernah berpikir bahwa sel-sel tubuh Anda juga mungkin memiliki memori?

Memori seluler adalah gagasan bahwa sel dapat menyimpan kenangan tentang pengalaman, sensasi, rasa, kebiasaan, dan aspek inti lainnya dari identitas seseorang.

Gagasan ini didasarkan pada anggapan bahwa sel-sel dapat berkomunikasi satu sama lain melalui pertukaran kimia, seperti yang mereka lakukan di otak. Beberapa orang percaya bahwa sel-sel juga dapat menyimpan informasi yang berkaitan dengan pengalaman traumatis, seperti kecelakaan, penyakit, atau operasi.

Salah satu bukti yang sering dikemukakan oleh para pendukung memori seluler adalah fenomena perubahan perilaku atau kepribadian pada penerima transplantasi organ.

Beberapa penerima mengklaim bahwa mereka merasakan perasaan, pikiran, atau selera yang berbeda setelah mendapatkan organ baru, yang mereka yakini berasal dari donor.

Misalnya, seorang wanita yang menerima jantung dan paru-paru baru mengatakan bahwa ia menjadi lebih suka makanan pedas dan bermain video game, yang ternyata adalah kesukaan donor. Seorang pria yang menerima hati baru mengaku menjadi lebih religius dan lebih suka warna hijau, yang juga merupakan ciri donor.

Namun, apakah memori seluler benar-benar ada? Apakah ada bukti ilmiah yang mendukung gagasan ini? Ataukah ini hanya sebuah mitos yang dibuat oleh imajinasi manusia?

Memori Seluler: Fakta atau Fiksi?

Para ilmuwan yang meneliti memori seluler mengakui bahwa fenomena ini sangat sulit untuk dibuktikan atau dibantah secara ilmiah. Hal ini karena tidak ada metode yang pasti untuk mengukur atau mengidentifikasi memori yang ada di sel-sel tubuh.

Selain itu, ada banyak faktor lain yang dapat mempengaruhi perilaku atau kepribadian seseorang, seperti lingkungan, pengalaman, emosi, obat-obatan, atau kondisi psikologis.

Meskipun demikian, beberapa penelitian telah mencoba untuk menjelaskan fenomena ini dari sudut pandang biologis. Salah satu penjelasan yang diajukan adalah bahwa sel-sel tubuh memiliki sistem pertahanan yang disebut kekebalan seluler, yang berperan dalam mengenali dan menghancurkan sel-sel asing yang masuk ke tubuh.

Kekebalan seluler ini melibatkan sel-sel darah putih yang disebut limfosit T, yang memiliki kemampuan untuk mengingat sel-sel asing yang pernah mereka temui sebelumnya. Kemampuan ini disebut memori imunologis, yang merupakan dasar dari vaksinasi.

Peneliti berspekulasi bahwa ketika seseorang menerima transplantasi organ, sel-sel darah putih penerima dapat berinteraksi dengan sel-sel organ donor, yang memiliki informasi genetik yang berbeda.

Interaksi ini dapat memicu reaksi imun, yang dapat mempengaruhi fungsi otak dan sistem saraf. Reaksi imun ini dapat menyebabkan perubahan-perubahan yang dirasakan oleh penerima, seperti perasaan, pikiran, atau selera yang berbeda.

Penjelasan lain yang diajukan adalah bahwa sel-sel tubuh memiliki kemampuan untuk menghasilkan dan melepaskan zat-zat kimia yang disebut neuropeptida, yang dapat mempengaruhi suasana hati, emosi, dan perilaku.

Neuropeptida ini dapat berfungsi sebagai penghubung antara sel-sel tubuh dan otak, yang dapat mempengaruhi proses memori.

Peneliti menduga bahwa ketika seseorang menerima transplantasi organ, sel-sel organ donor dapat melepaskan neuropeptida yang berbeda dari sel-sel penerima, yang dapat mempengaruhi otak dan sistem saraf.

Hal ini dapat menyebabkan perubahan-perubahan yang dirasakan oleh penerima, seperti perasaan, pikiran, atau selera yang berbeda.

Memori Seluler: Mitos atau Misteri?

Meskipun ada beberapa penjelasan biologis yang mungkin untuk memori seluler, para ilmuwan mengatakan bahwa penjelasan ini masih bersifat hipotesis dan belum terbukti secara ilmiah. Mereka juga mengatakan bahwa penjelasan ini masih memiliki banyak kelemahan dan pertanyaan yang belum terjawab.

Misalnya, bagaimana sel-sel tubuh dapat menyimpan informasi yang kompleks dan spesifik, seperti nama, wajah, tempat, peristiwa, atau bahkan mimpi? Bagaimana sel-sel tubuh dapat mengirimkan informasi ini ke otak dan sistem saraf? Bagaimana otak dan sistem saraf dapat menerima dan memproses informasi ini? Bagaimana penerima dapat menyadari dan menginterpretasikan informasi ini?

Para ilmuwan juga mengatakan bahwa ada kemungkinan bahwa fenomena yang dialami oleh penerima transplantasi organ bukanlah akibat dari memori seluler, melainkan akibat dari faktor-faktor lain, seperti sugesti, harapan, atau kebetulan.

Mereka mengatakan bahwa penerima transplantasi organ mungkin terpengaruh oleh informasi yang mereka dapatkan tentang donor, baik dari sumber resmi maupun tidak resmi, yang dapat mempengaruhi persepsi dan perilaku mereka.

Mereka juga mengatakan bahwa penerima transplantasi organ mungkin mencari makna atau hubungan antara diri mereka dan donor, yang dapat membuat mereka melihat kesamaan atau perbedaan yang sebenarnya tidak ada atau tidak signifikan.

Memori seluler adalah gagasan yang menarik dan menantang, yang dapat membuka wawasan baru tentang sifat dan fungsi memori. Namun, gagasan ini juga sangat kontroversial dan misterius, yang membutuhkan bukti dan penjelasan yang lebih kuat dan meyakinkan.

Apakah memori seluler benar-benar ada, atau hanya sebuah mitos yang dibuat oleh imajinasi manusia? Hanya waktu yang dapat menjawab pertanyaan ini

*Ikuti jfid di Google News, Klik Disini.
*Segala sanggahan, kritik, saran dan koreksi atau punya opini sendiri?, kirim ke email [email protected]

Share This Article