Manuver Politik Elit Politik Jelang Pemilu 2024: Antara Komunikasi dan Elektabilitas

Rasyiqi
By Rasyiqi
4 Min Read

jfid – Dua tahun sebelum pemilihan presiden 2024, Indonesia telah menyaksikan berbagai manuver politik oleh tokoh-tokoh terkemuka. Sementara publik masih mengamati, beberapa elit politik telah mulai mempersiapkan laga besar ini dengan menggelar serangkaian pertemuan dengan tokoh-tokoh berpengaruh seperti Presiden Joko Widodo dan Megawati Soekarnoputri. Pertemuan ini telah mendorong spekulasi tentang aliansi politik, dukungan, dan strategi yang akan dipilih jelang pemilihan presiden. Namun, apa sebenarnya tujuan dan dampak dari gerakan strategis ini? Bagaimana publik berperan dalam memantau dan mengevaluasi manuver-manuver tersebut? Berikut ini beberapa sudut pandang yang mungkin membantu kita memahami gambaran yang lebih besar.

Salah satu pertemuan yang menarik minat publik adalah antara Presiden Joko Widodo, atau Jokowi, dan Ketua Umum Partai NasDem, Surya Paloh. Pertemuan ini, yang diadakan pada sore hari setelah perombakan kabinet, dipandang sebagai usaha untuk meredakan rumor tentang perpecahan antara Jokowi dan NasDem, yang muncul akibat dari perbedaan pilihan calon presiden. NasDem diketahui mendukung Anies Baswedan sebagai calon presiden, sementara Jokowi tampak lebih mendukung Ganjar Pranowo. Meski demikian, pertemuan antara Jokowi dan Surya Paloh ini dianggap sebagai langkah positif untuk menjaga komunikasi dan kerjasama antara kedua tokoh politik tersebut, meski menimbulkan pertanyaan tentang dampaknya pada elektabilitas Anies Baswedan.

Di sisi lain, pertemuan antara Jokowi dan Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto, menandai pentingnya sinergi antara pemerintah dan partai politik dalam pengembangan industri pertahanan nasional. Meskipun Prabowo pernah menjadi saingan Jokowi di arena pemilihan presiden, hubungan harmonis mereka sekarang ini menunjukkan pragmatisme politik dan fokus pada kepentingan nasional.

Selain itu, ada juga pertemuan antara Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri, dan Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil. Pertemuan ini menunjukkan bahwa Ridwan Kamil dapat dianggap sebagai kandidat potensial dari PDIP untuk Pilpres 2024, namun juga memunculkan pertanyaan tentang bagaimana ini dapat mempengaruhi elektabilitasnya.

Mengamati gerakan-gerakan ini, publik, sebagai pemegang kekuatan suara dan kedaulatan negara, memiliki tanggung jawab penting dalam memantau manuver politik tersebut. Publik harus dapat mengkritisi dan menilai gerakan ini secara objektif, agar tidak terpengaruh oleh isu-isu yang tidak berdasar atau hanya menguntungkan kepentingan tertentu.

Adanya manuver politik ini sebelum pemilihan presiden 2024, walaupun menjadi fenomena wajar dalam demokrasi, harus dijalankan dengan etika dan integritas serta mengedepankan kepentingan bangsa dan negara, bukan kepentingan individu atau kelompok tertentu. Publik harus memilih pemimpin yang memiliki visi, misi, program, dan rekam jejak yang jelas, kompeten, dan berintegritas. Pemilihan harus berjalan dengan jujur, adil, transparan, dan dapat dipertanggungjawabkan.

Manuver politik sebelum Pilpres 2024 menjadi tantangan sekaligus peluang bagi publik untuk menunjukkan kematangan dalam berdemokrasi. Masyarakat harus aktif, kritis, dan cerdas dalam memantau dan menilai gerakan ini. Mereka juga harus bersatu dan bersama-sama menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dalam berbagai pilihan politik. Demokrasi, dalam bentuknya yang paling murni, adalah tentang keberanian untuk berbeda, namun tetap berkomitmen untuk bekerja sama demi tujuan bersama: kesejahteraan bangsa.

*Ikuti jfid di Google News, Klik Disini.
*Segala sanggahan, kritik, saran dan koreksi atau punya opini sendiri?, kirim ke email [email protected]

Share This Article