jfid – Kaesang Pangarep, putra bungsu Presiden Joko Widodo, tidak pernah menyangka bahwa ia akan menjadi ketua umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Ia yang dikenal sebagai pengusaha dan youtuber sukses, awalnya hanya tertarik untuk bergabung dengan PSI sebagai anggota biasa pada tahun 2020. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, ia mulai menunjukkan bakat dan potensi politiknya yang luar biasa.
“Awalnya saya hanya ingin berkontribusi untuk membangun Indonesia yang lebih baik, lebih maju, dan lebih demokratis. Saya melihat PSI sebagai partai yang paling sesuai dengan visi dan misi saya. Saya tidak punya ambisi untuk menjadi pemimpin partai, apalagi calon presiden,” kata Kaesang dalam wawancara eksklusif dengan [Kompas.com].
Namun, nasib berkata lain. Pada tahun 2022, PSI mengalami krisis kepemimpinan setelah Grace Natalie, pendiri dan ketua umum sebelumnya, mengundurkan diri karena alasan kesehatan. Partai yang berbasis pada kaum muda, perempuan, dan minoritas ini kemudian mencari sosok yang bisa menggantikan Grace dan membawa PSI ke tingkat yang lebih tinggi.
Setelah melalui proses yang panjang dan demokratis, akhirnya Kaesang Pangarep terpilih secara aklamasi sebagai ketua umum PSI pada kongres partai yang digelar pada Maret 2023. Kaesang berhasil mengalahkan beberapa kandidat kuat lainnya, seperti Rian Ernest, Tsamara Amany, dan Giring Ganesha.
“Kaesang Pangarep adalah pilihan yang tepat untuk menjadi ketua umum PSI. Ia memiliki karisma, popularitas, dan integritas yang tinggi. Ia juga mewakili generasi muda yang aspiratif, kreatif, dan inovatif. Ia adalah pewaris politik yang layak dari Presiden Jokowi,” ujar Grace Natalie, yang kini menjadi penasihat senior PSI.
Sejak menjadi ketua umum PSI, Kaesang Pangarep langsung melakukan sejumlah langkah strategis untuk memperkuat partai yang baru berusia tujuh tahun ini. Ia melakukan konsolidasi internal, merekrut kader-kader baru, memperluas jaringan dan basis massa, serta meningkatkan elektabilitas dan popularitas partai.
Salah satu keputusan yang paling kontroversial yang diambil oleh Kaesang adalah mengubah lambang partai PSI dari bunga matahari menjadi burung garuda. Kaesang mengatakan bahwa perubahan ini dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa PSI adalah partai yang nasionalis, patriotis, dan pluralis.
“PSI bukan partai yang eksklusif, melainkan inklusif. Kami tidak hanya mewakili kelompok tertentu, melainkan seluruh rakyat Indonesia. Kami ingin menjadi partai yang bisa menyatukan dan mempersatukan bangsa ini. Burung garuda adalah simbol yang paling cocok untuk menggambarkan identitas dan cita-cita kami,” jelas Kaesang.
Keputusan Kaesang ini mendapat respons yang beragam dari publik. Ada yang mendukung, ada yang menolak, dan ada yang skeptis. Beberapa pengamat politik menilai bahwa Kaesang ingin meniru ayahnya, yang juga menggunakan burung garuda sebagai lambang partainya, PDIP. Namun, Kaesang membantah hal ini dan mengatakan bahwa ia tidak ingin bersaing atau berkonflik dengan ayahnya.
“Saya sangat menghormati dan mencintai ayah saya. Saya juga menghargai dan mengapresiasi kontribusi PDIP untuk Indonesia. Namun, saya juga memiliki pandangan dan pilihan politik saya sendiri. Saya tidak ingin menjadi bayang-bayang ayah saya, melainkan menjadi diri saya sendiri,” tegas Kaesang.
Tidak hanya mengubah lambang partai, Kaesang juga mengubah visi dan misi partai PSI. Ia mengusung slogan “PSI untuk Semua” sebagai tagline partainya. Ia juga menetapkan tiga agenda utama partainya, yaitu reformasi ekonomi, reformasi sosial, dan reformasi politik.
“PSI untuk Semua berarti bahwa PSI adalah partai yang terbuka, toleran, dan berkeadilan untuk semua orang, tanpa membedakan suku, agama, ras, atau golongan. Kami ingin mendorong reformasi ekonomi yang pro-rakyat, reformasi sosial yang pro-kesetaraan, dan reformasi politik yang pro-demokrasi,” papar Kaesang.
Dengan berbagai perubahan yang dilakukan oleh Kaesang, PSI berhasil menarik perhatian dan simpati banyak orang, terutama kalangan muda. PSI juga berhasil meningkatkan elektabilitas dan popularitasnya secara signifikan. Berdasarkan survei terbaru yang dilakukan oleh [Lembaga Survei Indonesia (LSI)], PSI mendapatkan dukungan sebesar 12,5 persen, naik dari 4,5 persen pada pemilu 2019.
“Kaesang Pangarep berhasil membawa angin segar bagi PSI. Ia berhasil membangun citra partai yang modern, dinamis, dan progresif. Ia juga berhasil menarik minat pemilih muda, yang merupakan segmen pasar yang potensial. Ia juga berhasil memanfaatkan media sosial sebagai sarana komunikasi dan kampanye politik yang efektif,” kata Ardian Sopa, direktur eksekutif LSI.
Namun, keberhasilan Kaesang Pangarep juga menimbulkan tantangan dan ancaman bagi PSI. Partai yang dipimpinnya kini menjadi rebutan beberapa partai besar, seperti Gerindra dan PDIP, untuk bergabung dengan koalisi mereka. Kaesang mengaku bahwa ia sering mendapat tawaran dan godaan dari berbagai pihak untuk bersekutu dengan mereka.
“PSI adalah partai yang independen dan mandiri. Kami tidak tergantung atau terikat dengan partai lain. Kami akan bekerja sama dengan siapa saja yang memiliki visi dan misi yang sejalan dengan kami. Kami tidak akan mudah tergoda atau terpengaruh oleh iming-iming atau tekanan dari partai lain,” ucap Kaesang.
Kaesang Pangarep mengatakan bahwa ia tidak tertarik untuk menjadi calon presiden pada pemilu 2024. Ia mengaku bahwa ia masih ingin fokus untuk membesarkan dan memperkuat PSI sebagai partai yang bisa menjadi alternatif dan solusi bagi Indonesia. Ia juga mengaku bahwa ia masih ingin belajar dan berkembang sebagai politisi yang profesional dan bertanggung jawab.
“Saya tidak punya obsesi atau ambisi untuk menjadi presiden. Saya masih muda dan masih banyak yang harus saya pelajari. Saya masih ingin menjadi ketua umum PSI yang baik dan bisa membawa partai ini ke arah yang lebih baik. Saya juga masih ingin menjadi putra yang baik dan bisa membuat ayah saya bangga,” tutur Kaesang.
Kaesang Pangarep, sang pewaris politik yang mengubah wajah PSI, kini menjadi salah satu tokoh politik yang paling populer dan berpengaruh di Indonesia. Ia menjadi harapan dan inspirasi bagi banyak orang, terutama generasi muda. Ia juga menjadi tantangan dan ancaman bagi partai-partai lain, terutama PDIP dan Gerindra. Bagaimana nasib dan masa depan Kaesang Pangarep dan PSI? Hanya waktu yang bisa menjawab.