Itamar Ben-Gvir: Ultimatum yang Mengguncang Pemerintahan Netanyahu

ZAJ
By ZAJ
3 Min Read

jfid – Netanyahu Menghadapi dilema yang lebih rumit daripada pilihan menu di restoran yang memiliki 100 halaman, Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben-Gvir, telah mengeluarkan ultimatum yang bisa membuat sinetron politik terlihat seperti acara memasak yang tenang.

Dengan semangat yang lebih panas daripada jalapeno di tengah musim panas, Ben-Gvir mengancam akan menggulingkan pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu jika perang di Jalur Gaza berakhir tanpa serangan ke kota Rafah di selatan.

Ultimatum yang Membara Ben-Gvir, yang dikenal dengan pendekatan ‘lebih keras dari batu karang’, telah menetapkan batas yang jelas:

tidak ada serangan ke Rafah, tidak ada kursi empuk di pemerintahan. Ini seperti memberi tahu seorang anak bahwa mereka tidak akan mendapatkan es krim kecuali mereka bisa terbang – praktis tidak mungkin, tetapi pasti akan menarik perhatian.

Netanyahu di Persimpangan Di sisi lain, Netanyahu, yang berada di bawah tekanan lebih besar daripada penyelam di Mariana Trench, harus memutuskan apakah akan menyerang Rafah, yang merupakan rumah bagi lebih dari 1,5 juta warga Palestina yang telah mengungsi di sana.

Ini seperti memilih antara memotong kabel merah atau biru pada bom waktu – salah satu pilihan bisa berakibat fatal.

Kepemimpinan yang Digoyang Dengan dukungan 64 dari 120 anggota Knesset, Netanyahu saat ini memerintah dengan mayoritas yang lebih tipis daripada irisan truffle di restoran mewah.

Jika Ben-Gvir menarik dukungannya, Netanyahu bisa jatuh lebih cepat daripada daun maple di musim gugur Kanada.

Pertaruhan Tinggi di Rafah Sementara itu, Rafah sendiri telah menjadi simbol ketahanan dan penderitaan.

Dengan infrastruktur yang hancur dan bencana kelaparan yang mengintai, kota ini berdiri seperti kapal yang terombang-ambing di lautan badai, dengan warganya yang berani sebagai kru yang bertahan melawan segala rintangan.

Penutup yang Menggugah Dalam permainan catur geopolitik ini, Ben-Gvir dan Netanyahu adalah dua raja yang saling berhadapan, dengan Rafah sebagai pion yang tak terduga.

Apakah akan ada langkah cerdik yang bisa menyelamatkan hari atau akankah papan permainan terbalik dalam kekacauan? Hanya waktu yang akan memberitahu.

Namun, satu hal yang pasti: dunia sedang menonton, popcorn di tangan, menunggu untuk melihat apakah drama ini akan berakhir dengan sorakan atau air mata.

*Ikuti jfid di Google News, Klik Disini.
*Segala sanggahan, kritik, saran dan koreksi atau punya opini sendiri?, kirim ke email [email protected]

Share This Article