jfid – Israel tengah berada dalam keadaan siaga setelah menghadapi serangan drone dan rudal yang dilancarkan oleh Iran.
Serangan ini, yang merupakan yang pertama dari jenisnya secara langsung dari Iran ke Israel, telah mengundang perhatian dunia internasional dan meningkatkan ketegangan di kawasan Timur Tengah.
Dikutip dari laporan BBC pada Senin (15/4/2024), meskipun Israel dan sekutunya berhasil menembak jatuh sebagian besar rudal yang ditembakkan dalam serangan tersebut, namun ketegangan masih terus berlanjut.
Amerika Serikat telah menyatakan bahwa mereka tidak akan turut serta dalam aksi balasan dari Israel, dengan alasan untuk menghindari peningkatan lebih lanjut dalam konflik regional.
Benny Gantz, anggota kabinet perang Israel, memberikan isyarat bahwa serangan balasan sedang dipertimbangkan.
Dia menegaskan bahwa Iran akan mendapat pembalasan yang setimpal pada waktu yang tepat.
Sejak insiden serangan udara terhadap kompleks diplomatik Iran di Damaskus, Suriah, Iran telah menyalahkan Israel atas serangan tersebut, menganggapnya sebagai serangan di wilayahnya sendiri.
Dalam situasi yang semakin memanas, laksamana muda Daniel Hagari, juru bicara militer Israel, mengungkapkan bahwa Iran telah meluncurkan sekitar 300 drone peledak, rudal jelajah, dan rudal balistik.
Namun, 99% dari serangan tersebut berhasil dicegat oleh pertahanan udara Israel dengan dukungan dari berbagai negara, termasuk Amerika Serikat, Inggris, dan Yordania.
Ketegangan mencapai puncaknya ketika sirene serangan udara berkumandang di Yerusalem pada pukul 01:45 waktu setempat, diikuti oleh ledakan keras setelah rudal berhasil dicegat di atas kota tersebut.
Eskalasi konflik antara Israel dan Iran semakin memuncak, meninggalkan banyak yang bertanya-tanya apakah akan ada peluang untuk de-eskalasi dalam waktu dekat.