Gibran Vs Cak Imin: IKN, Solusi Atau Malah Masalah?

Noer Huda
4 Min Read
Gibran Vs Cak Imin: IKN, Solusi Atau Malah Masalah?
Gibran Vs Cak Imin: IKN, Solusi Atau Malah Masalah?

jfid – Pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) menjadi fokus perdebatan antara pasangan calon wakil presiden dalam sebuah konteks yang melibatkan visi dan pemahaman berbeda terkait rencana pemerintah untuk memindahkan ibu kota ke Kalimantan Timur.

Dalam diskusi tersebut, pasangan Anies Baswedan dan Cak Imin menegaskan penolakan mereka terhadap rencana ini dengan argumen bahwa anggaran yang akan digunakan bisa dialihkan untuk membangun 40 kota baru selevel Jakarta di seluruh Indonesia.

Di sisi lain, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka mendukung penuh rencana pemindahan ini, menyatakan bahwa IKN akan menjadi solusi bagi masalah-masalah yang dihadapi Jakarta, seperti kemacetan, polusi, dan ketimpangan pembangunan.

Pembangunan IKN sendiri telah menjadi wacana yang berkepanjangan dalam politik Indonesia. Sejak era Soekarno, wacana pemindahan ibu kota telah muncul, tetapi hanya pada tahun 2019, Presiden Joko Widodo secara resmi mengumumkan rencana untuk membangun ibu kota baru di Kalimantan Timur, khususnya di wilayah Penajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara.

Pemindahan ibu kota dipandang sebagai langkah strategis untuk mengurangi beban Jakarta sebagai pusat pemerintahan, bisnis, dan penduduk.

Jakarta yang saat ini menghadapi sejumlah masalah seperti kemacetan, banjir, polusi, penurunan tanah, dan ketimpangan sosial, diyakini dapat memusatkan perhatian pada pengembangan ekonomi dan pariwisata dengan pemindahan ibu kota.

Di samping itu, ibu kota baru diharapkan menjadi simbol kemajuan dan keadilan bagi seluruh Indonesia.

Selain manfaat tersebut, pemerintah juga memandang IKN sebagai kesempatan untuk memajukan daerah sekitarnya, terutama Kalimantan Timur.

IKN diharapkan dapat mempercepat pembangunan infrastruktur, pendidikan, kesehatan, serta pemberdayaan masyarakat di daerah tersebut.

Sebagai pusat inovasi dan kolaborasi, IKN diharapkan dapat menjadi kota cerdas, hijau, dan berkelanjutan yang memperhatikan aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi.

Namun, banyak pihak yang tidak sepakat dengan rencana pembangunan IKN. Sejumlah kritik dan tantangan muncul terutama terkait dengan aspek biaya, lingkungan, dan faktor politik.

Biaya proyek yang mencapai angka fantastis sekitar Rp 466 triliun menjadi perhatian utama, terutama dalam konteks penggunaan APBN.

Selain itu, dampak lingkungan dari pembangunan IKN juga menjadi perhatian besar. Kalimantan Timur merupakan salah satu hutan hujan tropis terbesar di dunia.

Isu deforestasi, kebakaran hutan, kerusakan ekosistem, dan konflik dengan masyarakat adat menjadi titik krusial yang harus diperhatikan dalam konteks pembangunan IKN.

Meskipun pemerintah berjanji akan menjaga keberlanjutan lingkungan, kekhawatiran akan potensi kerusakan lingkungan tetap mengemuka.

Tantangan politik dan administratif juga menjadi sorotan dalam rencana pemindahan ibu kota. Kemampuan koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah, khususnya di Kalimantan Timur, menjadi pertanyaan penting.

Potensi konflik antara pendatang dan penduduk lokal, terutama dalam hal hak tanah dan sumber daya, serta stabilitas keamanan di ibu kota baru menjadi isu yang harus diatasi dengan cermat.

Dari analisis mendalam ini, jelas bahwa IKN bukanlah sekadar impian yang mustahil tetapi juga bukan realitas yang mudah. IKN menjadi pilihan berani namun juga membawa risiko besar.

Untuk mewujudkannya, diperlukan komitmen, kerjasama, serta evaluasi yang cermat dari semua pihak terlibat, mulai dari pemerintah, sektor swasta, hingga masyarakat.

IKN menjadi harapan yang memikat, namun juga menuntut pemikiran yang bijak dan implementasi yang tepat guna.

*Ikuti jfid di Google News, Klik Disini.
*Segala sanggahan, kritik, saran dan koreksi atau punya opini sendiri?, kirim ke email [email protected]

Share This Article