JFID – Sulit membayangkan kontras yang lebih mencolok antara kata-kata seorang diplomat dan kenyataan di lapangan.
Di satu sisi, duta besar Israel untuk PBB, Gilad Erdan, menegaskan bahwa tidak ada krisis kemanusiaan di Gaza, meskipun dilaporkan kekurangan bahan bakar, air, dan pasokan medis di wilayah tersebut dan peringatan dari kelompok-kelompok bantuan internasional bahwa situasi di daerah kantong itu semakin mengerikan dari hari ke hari.
Di sisi lain, rakyat Gaza hidup di bawah rentetan serangan udara Israel yang konstan, blokade yang memutus akses ke kebutuhan dasar, dan bencana kemanusiaan yang sedang berlangsung di depan mata dunia.
Bagaimana bisa duta besar Israel menyangkal penderitaan nyata orang-orang Palestina di Gaza? Apa motivasi dan logika di balik pernyataannya?
Dan bagaimana klaimnya dibandingkan dengan fakta dan kesaksian dari mereka yang menyaksikan realitas Gaza setiap hari?
Artikel ini akan mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan ini dan menjelaskan penolakan duta besar Israel.
Penyangkalan Duta Besar Israel: Strategi Pembelokan dan Penipuan
Gilad Erdan bukanlah pejabat Israel pertama yang menyangkal krisis kemanusiaan di Gaza. Bahkan, dia mengikuti strategi defleksi dan penipuan lama yang bertujuan untuk membenarkan agresi dan pendudukan Israel atas wilayah Palestina.
Menurut strategi ini, Israel menggambarkan dirinya sebagai korban Hamas, kelompok militan yang menguasai Gaza dan yang melancarkan serangan mematikan yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Israel pada 7 Oktober 2023, menewaskan lebih dari 1.400 orang Israel.
Israel mengklaim bahwa mereka bertindak untuk membela diri dan bahwa mereka melakukan segala kemungkinan untuk menghindari korban sipil dan untuk memungkinkan bantuan kemanusiaan ke Gaza.
Namun, klaim ini bertentangan dengan bukti dan laporan organisasi hak asasi manusia, jurnalis, dan saksi mata. Israel telah memukul Gaza dengan ribuan bom, menargetkan daerah pemukiman, kamp-kamp pengungsi, masjid, sekolah, dan fasilitas kesehatan.
Israel juga telah memutus aliran listrik, air, bahan bakar, dan obat-obatan ke Gaza, menciptakan kekurangan pasokan dan layanan penting yang parah.
Israel juga telah mencegah pergerakan orang dan barang masuk dan keluar dari Gaza, menjebak sekitar dua juta warga Palestina di zona perang padat penduduk.
Hasil dari tindakan Israel adalah bencana kemanusiaan yang telah merenggut nyawa lebih dari 9.700 warga Palestina, termasuk ribuan anak-anak, wanita, dan orang tua. Lebih dari 100.000 warga Palestina terluka, banyak dari mereka cacat permanen.
Ratusan ribu warga Palestina telah mengungsi dari rumah mereka, mencari perlindungan di fasilitas PBB yang penuh sesak dan tidak sehat atau di puing-puing bangunan mereka yang hancur.
Sistem kesehatan di Gaza berada di ambang kehancuran, tidak mampu mengatasi masuknya pasien yang terluka dan sakit, dan menghadapi kurangnya peralatan, obat-obatan, dan staf.
Situasi ketahanan pangan dan gizi di Gaza juga memburuk, dengan lebih dari setengah populasi menghadapi kerawanan pangan akut dan kekurangan gizi.
Penyangkalan duta besar Israel terhadap krisis kemanusiaan di Gaza bukan hanya kebohongan terang-terangan, tetapi juga penghinaan terhadap kecerdasan dan martabat rakyat Palestina dan masyarakat internasional.
Ini adalah upaya yang disengaja untuk mengalihkan perhatian dari pelanggaran Israel terhadap hukum internasional dan hak asasi manusia, dan untuk menghindari pertanggungjawaban atas kejahatannya.
Ini juga merupakan cara untuk melemahkan upaya PBB dan aktor kemanusiaan lainnya untuk memberikan bantuan dan perlindungan kepada warga sipil di Gaza, dan untuk menekan mereka agar menerima kondisi dan tuntutan Israel.
Penyangkalan Duta Besar Israel: Tantangan bagi Hati Nurani dan Tanggung Jawab Dunia
Penyangkalan duta besar Israel terhadap krisis kemanusiaan di Gaza bukan hanya masalah bagi Palestina, tetapi juga bagi dunia. Ini adalah tantangan bagi hati nurani dan tanggung jawab dunia untuk menegakkan nilai-nilai dan prinsip-prinsip martabat manusia, keadilan, dan perdamaian.
Ini adalah ujian kemampuan dan kemauan dunia untuk bertindak dalam solidaritas dengan yang tertindas dan menderita, dan untuk berdiri melawan penindas dan agresor.
Dunia tidak bisa tinggal diam dan acuh tak acuh terhadap penyangkalan duta besar Israel dan realitas Gaza. Dunia harus berbicara dan mengungkap kebenaran, dan menuntut agar Israel menghentikan serangannya dan mencabut blokadenya di Gaza.
Dunia juga harus mendukung upaya kemanusiaan PBB dan badan-badan lain untuk memberikan bantuan dan bantuan kepada rakyat Gaza, dan untuk memastikan keselamatan dan kesejahteraan mereka. Itupun jika PBB bersikap adil dan tidak standar ganda.
Dunia juga harus bekerja untuk solusi yang langgeng dan adil untuk konflik Israel-Palestina, berdasarkan hukum internasional dan hak asasi manusia, dan menghormati hak-hak sah dan aspirasi kedua bangsa.
Penolakan duta besar Israel terhadap krisis kemanusiaan di Gaza adalah tanda detasemennya dari kenyataan dan pengabaiannya terhadap kemanusiaan. Ini adalah cerminan dari kesombongannya dan ketidakpeduliannya terhadap rasa sakit dan penderitaan orang-orang Palestina.
Ini adalah manifestasi dari kegagalan dan kesia-siaannya sebagai diplomat dan perwakilan negaranya. Ini adalah aib dan aib baginya dan bagi Israel.