jfid – Konflik antara Israel dan Hamas semakin memanas. Israel telah mengumumkan “pengepungan total” terhadap Gaza, memutus pasokan air, makanan dan listrik, sementara Hamas mengancam akan mulai membunuh sandera sipil jika pengeboman terus berlanjut tanpa peringatan sebelumnya.
Serangan-serangan yang terjadi sejak Sabtu (7/10/2023) telah menewaskan lebih dari 1.500 orang, menjadikannya sebagai perang paling mematikan dalam sejarah Israel dan Palestina. Militer AS telah meningkatkan bantuan keamanan kepada Israel, sementara dunia internasional menyerukan gencatan senjata segera.
Serangan Mendadak Hamas
Konflik ini dipicu oleh serangan mendadak Hamas yang berkuasa di Jalur Gaza, sebuah wilayah yang menjadi rumah bagi 2,3 juta orang yang tidak memiliki tempat untuk melarikan diri. Hamas meluncurkan sekitar 5.000 roket ke wilayah Israel dan menewaskan lebih dari 900 warga Israel, termasuk satu tentara yang kena misil antitank Kornet.
Hamas juga menculik lebih dari 100 orang dalam serangan multi-front yang mengejutkan dan menyebutnya sebagai “Operasi Banjir Al-Aqsa”. Hamas menyerukan “pejuang perlawanan di Tepi Barat” serta di “negara-negara Arab dan Islam” untuk bergabung dalam pertempuran tersebut.
Pembalasan Israel
Israel tidak tinggal diam. Menanggapi serangan tersebut, Israel telah melancarkan serangan dari udara dan laut, yang menurut petugas medis telah menewaskan 687 warga Palestina di Gaza.
Israel juga menyatakan perang pada Minggu dan memanggil 300.000 tentara cadangan untuk bertugas, menandakan kemungkinan serangan darat ke Gaza – sebuah tindakan yang di masa lalu selalu menyebabkan pertumpahan darah lebih lanjut.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu meminta oposisi politik untuk bergabung dengan pemerintahan persatuan nasional dan mengatakan serangan “baru saja dimulai”. Dalam pidatonya yang disiarkan televisi pada Senin malam, Netanyahu berjanji untuk “membasmi teroris” yang masih ada di Israel.
“Apa yang akan kita lakukan terhadap musuh-musuh kita dalam beberapa hari mendatang akan berdampak pada mereka selama beberapa generasi,” katanya.
Ancaman Hamas
Hamas tidak mundur. Juru bicara sayap bersenjata Hamas, Abu Ubaida, mengatakan bahwa pemboman Israel telah menewaskan “empat tawanan musuh dan para penculiknya”. Kemudian, dia mengatakan Hamas akan membunuh seorang tawanan sipil Israel sebagai imbalan atas pengeboman baru Israel terhadap rumah-rumah warga sipil “tanpa peringatan sebelumnya”.
“Kami telah memutuskan untuk mengakhiri hal ini dan mulai sekarang, dan kami menyatakan bahwa setiap penargetan terhadap warga kami di rumah mereka tanpa peringatan sebelumnya akan berakibat pada eksekusi salah satu sandera warga sipil yang kami tahan,” katanya.
Ketua Hamas Ismail Haniyeh juga mengeklaim kelompoknya berada di “ambang kemenangan besar” dan mengatakan bahwa mereka tidak akan menerima gencatan senjata tanpa syarat.
Campur Tangan AS
AS sebagai sekutu utama Israel turun tangan. Militer AS meningkatkan pasokan baru pertahanan udara, amunisi, dan bantuan keamanan lainnya ke Israel untuk membantunya merespons serangan Hamas.
Hal itu diungkapkan salah seorang pejabat senior Pentagon menyusul pernyataan Presiden Joe Biden yang akan mendukung sekutunya di Timur Tengah tersebut.
“Pesawat-pesawat sudah lepas landas,” kata pejabat AS yang tidak ingin disebutkan namanya kepada wartawan Pentagon.
Biden juga mengatakan setidaknya 11 warga negara Amerika termasuk di antara mereka yang terbunuh di Israel dan menambahkan warga AS kemungkinan besar termasuk di antara para sandera Hamas.
“Saya telah mengarahkan tim saya untuk bekerja dengan rekan-rekan Israel dalam setiap aspek krisis penyanderaan, termasuk berbagi informasi intelijen,” kata Biden dalam pernyataan yang dirilis Gedung Putih.
Desakan Gencatan Senjata
Sementara itu, dunia internasional menyerukan gencatan senjata segera untuk mengakhiri konflik yang telah menimbulkan penderitaan bagi rakyat Israel dan Palestina. PBB, Uni Eropa, Liga Arab, Rusia, China, Turki, Iran, Mesir, dan negara-negara lain telah mengutuk kekerasan dan meminta kedua belah pihak untuk menahan diri.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan bahwa ia “sangat terganggu” oleh eskalasi konflik dan mendesak agar “semua tindakan provokatif dan retorika perang harus dihentikan”.
“Kami berada di ambang perang penuh. Para pemimpin di kedua belah pihak harus mengambil tanggung jawab untuk menenangkan situasi dan menghentikan kekerasan,” katanya.
Kesimpulan
Konflik antara Israel dan Hamas telah mencapai titik kritis. Israel telah mengumumkan “pengepungan total” terhadap Gaza, memutus pasokan air, makanan dan listrik, sementara Hamas mengancam akan mulai membunuh sandera sipil jika pengeboman terus berlanjut tanpa peringatan sebelumnya.
Serangan-serangan yang terjadi sejak Sabtu (7/10/2023) telah menewaskan lebih dari 1.500 orang, menjadikannya sebagai perang paling mematikan dalam sejarah Israel dan Palestina. Militer AS telah meningkatkan bantuan keamanan kepada Israel, sementara dunia internasional menyerukan gencatan senjata segera.