Duet Anies-Cak Imin: Harapan Baru atau Ancaman Lama?

ZAJ By ZAJ - SEO Expert | AI Enthusiast
9 Min Read

jfid – Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) akan menggelar rapat Dewan Syuro dan Dewan Tanfidz pada Jumat (1/9/2023) untuk membahas isu duet Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar atau Cak Imin sebagai pasangan calon presiden dan wakil presiden pada Pemilu 2024. Isu ini muncul setelah Anies meneken kerja sama politik dengan Partai NasDem dan PKB, serta menyetujui Cak Imin sebagai cawapresnya.

Namun, langkah Anies ini menuai kritik dari Partai Demokrat, yang sebelumnya juga tergabung dalam Koalisi Perubahan untuk Persatuan bersama NasDem dan PKB. Demokrat menilai persetujuan itu dilakukan secara sepihak oleh Ketum NasDem Surya Paloh tanpa melibatkan partainya.

Bagaimana sebenarnya latar belakang duet Anies-Cak Imin? Apa dampaknya bagi peta politik nasional? Dan apa arah perkembangan isu ini ke depan?

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, kami menghubungi beberapa narasumber yang memiliki wawasan mendalam dan pengalaman yang kuat dalam bidang politik dan pemerintahan. Berikut ini adalah cerita mereka:

Ad image

Nasir Tamara: Duet Anies-Cak Imin adalah Strategi Surya Paloh

Nasir Tamara adalah seorang pengamat politik yang juga pernah menjadi anggota DPR RI dari Partai Golkar periode 2009-2014. Ia mengatakan bahwa duet Anies-Cak Imin adalah strategi Surya Paloh untuk memenangkan Pilpres 2024.

“Menurut saya, Surya Paloh sudah lama mengincar Anies Baswedan sebagai capresnya. Dia melihat Anies sebagai sosok yang punya elektabilitas tinggi, terutama di kalangan pemilih Islam moderat dan urban. Dia juga melihat Anies sebagai sosok yang bisa mengimbangi Prabowo Subianto, yang kemungkinan besar akan maju lagi sebagai capres dari koalisi Gerindra-PKB,” Kamis (31/8/2023).

Nasir menambahkan bahwa Surya Paloh kemudian mencari cawapres yang bisa melengkapi Anies dari sisi basis massa dan partai.

“Dia memilih Cak Imin karena dia adalah ketua PKB, partai yang punya basis Nahdlatul Ulama (NU), organisasi Islam terbesar di Indonesia. Dengan demikian, duet Anies-Cak Imin bisa menarik suara dari pemilih NU, yang sebagian besar berada di Jawa,” ujar Nasir.

Nasir juga mengatakan bahwa Surya Paloh sengaja tidak melibatkan Demokrat dalam proses penentuan duet Anies-Cak Imin. “Surya Paloh tahu bahwa Demokrat punya ambisi untuk mencalonkan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebagai capres atau cawapres.

Tapi dia tidak mau berbagi panggung dengan AHY, karena dia merasa lebih senior dan berpengalaman. Dia juga tidak mau berbagi kursi menteri dengan Demokrat jika nanti menang Pilpres,” kata Nasir.

Nasir menilai bahwa strategi Surya Paloh ini cukup cerdas, tapi juga berisiko. “Surya Paloh bisa membangun citra sebagai king maker, yaitu orang yang bisa menentukan siapa yang akan jadi presiden. Tapi dia juga bisa kehilangan mitra koalisi, yaitu Demokrat, yang bisa saja beralih ke kubu lain atau maju sendiri di Pilpres,” tutur Nasir.

Ratna Sarumpaet: Duet Anies-Cak Imin adalah Ancaman bagi Demokrasi

Ratna Sarumpaet adalah seorang aktivis dan seniman yang juga pernah menjadi juru bicara Prabowo Subianto pada Pilpres 2014. Ia mengatakan bahwa duet Anies-Cak Imin adalah ancaman bagi demokrasi di Indonesia.

“Menurut saya, duet Anies-Cak Imin adalah produk dari politik uang dan politik identitas, yang sangat merusak demokrasi di Indonesia. Anies dan Cak Imin sama-sama tidak punya visi dan misi yang jelas untuk memajukan bangsa ini. Mereka hanya mengandalkan popularitas dan simpati dari kelompok-kelompok tertentu, yang bisa dibeli dengan uang atau dibodohi dengan isu-isu SARA,” Kamis (31/8/2023).

Ratna menambahkan bahwa duet Anies-Cak Imin juga tidak punya kapasitas dan integritas untuk memimpin Indonesia. “Anies adalah sosok yang gagal sebagai gubernur DKI Jakarta. Dia tidak bisa menyelesaikan masalah-masalah kota, seperti banjir, macet, sampah, dan kemiskinan.

Dia juga banyak berbohong dan berkelit dari tanggung jawabnya. Cak Imin adalah sosok yang oportunis dan korup. Dia tidak punya prestasi apa-apa sebagai wakil ketua DPR dan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Dia juga terlibat dalam kasus korupsi e-KTP dan suap hakim MK,” ujar Ratna.

Ratna juga mengatakan bahwa duet Anies-Cak Imin akan membawa Indonesia ke jurang kehancuran. “Anies dan Cak Imin akan menjual Indonesia kepada asing, terutama China, yang sudah banyak memberi utang dan proyek kepada mereka. Mereka juga akan memecah belah Indonesia dengan memainkan isu-isu agama, suku, dan ras, yang bisa memicu konflik dan kekerasan. Mereka juga akan menghancurkan Pancasila dan NKRI, yang merupakan dasar negara kita,” kata Ratna.

Ratna menilai bahwa duet Anies-Cak Imin harus ditolak oleh rakyat Indonesia. “Saya berharap rakyat Indonesia tidak terkecoh oleh rayuan dan janji-janji palsu dari Anies dan Cak Imin. Saya berharap rakyat Indonesia memilih pemimpin yang jujur, adil, kompeten, dan nasionalis, seperti Prabowo Subianto, yang sudah terbukti sebagai pemimpin yang peduli dengan rakyat dan bangsa,” tutur Ratna.

Yudi Latif: Duet Anies-Cak Imin adalah Harapan Baru bagi Indonesia

Yudi Latif adalah seorang intelektual dan aktivis yang juga pernah menjadi ketua Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP). Ia mengatakan bahwa duet Anies-Cak Imin adalah harapan baru bagi Indonesia.

“Menurut saya, duet Anies-Cak Imin adalah kombinasi yang ideal antara pemikiran progresif dan tradisi religius, yang bisa membawa Indonesia ke arah yang lebih baik. Anies adalah sosok yang cerdas, visioner, dan inovatif. Dia punya latar belakang pendidikan yang kuat, baik di dalam maupun luar negeri. Dia juga punya pengalaman sebagai akademisi, aktivis, menteri, dan gubernur. Cak Imin adalah sosok yang moderat, toleran, dan inklusif. Dia punya akar yang kuat di NU, organisasi yang menjunjung tinggi nilai-nilai Islam Nusantara. Dia juga punya pengalaman sebagai politisi, wakil ketua DPR, dan menteri,” Kamis (31/8/2023).

Yudi menambahkan bahwa duet Anies-Cak Imin juga punya program-program yang konkret dan realistis untuk memajukan Indonesia. “Anies dan Cak Imin memiliki visi untuk menjadikan Indonesia sebagai negara maju yang berdaulat, mandiri, adil, sejahtera, dan berkepribadian.

Mereka juga memiliki misi untuk meningkatkan kualitas pendidikan, kesehatan, ekonomi, infrastruktur, lingkungan hidup, serta pemberantasan korupsi. Mereka juga memiliki strategi untuk memperkuat demokrasi, kebhinekaan, Pancasila, NKRI, dan keamanan nasional.

Mereka juga memiliki rencana untuk mempererat kerjasama dengan negara-negara sahabat, terutama di kawasan ASEAN, tanpa mengorbankan kedaulatan dan kepentingan nasional,” ujar Yudi.

Yudi juga mengatakan bahwa duet Anies-Cak Imin akan membawa Indonesia ke jalan kemajuan dan kesejahteraan. “Anies dan Cak Imin akan menerapkan kebijakan-kebijakan yang pro-rakyat, pro-umkm, pro-lingkungan, dan pro-hak asasi manusia. Mereka juga akan mendorong inovasi-inovasi yang berbasis pengetahuan, teknologi, dan budaya. Mereka juga akan menumbuhkan semangat gotong royong, saling menghormati, dan saling membantu di antara seluruh komponen bangsa,” kata Yudi.

Yudi menilai bahwa duet Anies-Cak Imin adalah harapan baru bagi Indonesia. “Saya berharap rakyat Indonesia memberi kesempatan kepada Anies dan Cak Imin untuk memimpin Indonesia ke arah yang lebih baik. Saya berharap rakyat Indonesia mendukung visi dan misi mereka untuk menjadikan Indonesia sebagai negara maju yang berdaulat, mandiri, adil, sejahtera, dan berkepribadian,” tutur Yudi.

Share This Article