Dibalik Pemilihan Gabriel Attal: Perdana Menteri Termuda Prancis yang Mengubah Paradigma Politik

Lukman Sanjaya
2 Min Read

jfid – Pada hari Selasa, 9 Januari 2024, Presiden Prancis Emmanuel Macron secara resmi menunjuk Gabriel Attal sebagai perdana menteri, menggantikan Elisabeth Borne yang mengundurkan diri.

Attal, yang berusia 34 tahun, mencatat sejarah sebagai perdana menteri termuda di Prancis, memberikan sentuhan segar pada pemerintahan Prancis.

Gabriel Attal meraih ketenaran di tengah masyarakat Prancis selama pandemi COVID-19 sebagai juru bicara pemerintah, menjelma menjadi salah satu politisi paling populer menurut hasil jajak pendapat terkini.

Keahliannya dalam berkomunikasi, baik di radio maupun di parlemen, memberinya citra sebagai menteri yang cerdas dan mudah didekati.

Penting untuk dicatat bahwa Gabriel Attal tidak hanya mencuri perhatian melalui prestasinya dalam dunia politik.

Pada tahun 2018, ia dengan berani mengumumkan bahwa dirinya seorang gay, memberikan kontribusi positif terhadap perubahan persepsi masyarakat terhadap orientasi seksual.

Hubungannya dengan Stéphane Séjourné, seorang politikus muda Prancis yang pernah menjadi penasihat politik Macron, juga menjadi sorotan publik.

Attal tidak hanya memimpin di ranah politik, tetapi juga aktif dalam mengatasi permasalahan perundungan di sekolah.

Pengalaman pribadinya sebagai korban bullying, termasuk pelecehan homofobik, di sekolah swasta bergengsi di Paris, l’Ecole Alsacienne, menjadikan Attal memiliki pemahaman mendalam tentang pentingnya mengatasi perundungan di kalangan pelajar.

Dalam konteks latar belakang keluarganya, diketahui bahwa ayahnya, Yves, merupakan keturunan Yahudi Tunisia yang bermigrasi selama Perang Dunia II.

Sementara ibunya, yang berasal dari Rusia, membesarkannya sebagai seorang Kristen Ortodoks.

Dengan keberanian Attal untuk berbicara terbuka tentang identitasnya dan dedikasinya dalam melayani negaranya, ia menjadi simbol bagi generasi muda Prancis.

Pemilihan Attal sebagai perdana menteri menandai langkah signifikan dalam arah inklusivitas dan representasi di puncak kepemimpinan Prancis.

*Ikuti jfid di Google News, Klik Disini.
*Segala sanggahan, kritik, saran dan koreksi atau punya opini sendiri?, kirim ke email [email protected]

Share This Article