Di Balik Konten SARA Akeloy Production: Ada Apa dan Siapa di Baliknya?

ZAJ
By ZAJ
3 Min Read
FKPP Pamekasan Soroti Kontroversi Short Movie "Guru Tugas 2"
FKPP Pamekasan Soroti Kontroversi Short Movie "Guru Tugas 2"

jfid – Di tengah hiruk-pikuk dunia maya, muncul sebuah kontroversi yang mengguncang jagat raya virtual.

Konten kreator Akeloy, yang sebelumnya hanya dikenal sebagai pembuat film pendek yang menghibur, tiba-tiba berada di bawah sorotan yang tidak mengenakkan.

Film pendek berjudul ‘Guru Tugas’ yang mereka produksi, diduga keras mengandung unsur SARA dan pornografi.

Kontroversi yang Menyengat

Adegan dalam film tersebut menggambarkan seorang guru tugas dari Jember yang melakukan pelecehan seksual terhadap muridnya di pondok pesantren. Ini bukan hanya sekadar cerita fiksi yang bisa dianggap enteng.

Narasi ini telah memicu kecaman dari berbagai tokoh masyarakat di Madura, mulai dari NU Madura Raya hingga kiai dan ulama yang tergabung dalam Auma.

Siapa Sih Akeloy Ini?

Akeloy, yang sebelumnya dikenal sebagai tim kreatif yang menghasilkan konten-konten ringan, kini harus berurusan dengan Polda Jawa Timur.

Tiga orang dari tim kreatif mereka, berinisial S, Y, dan A, telah diamankan dan menjalani pemeriksaan.

Polemik yang Tak Kunjung Usai

Konten yang mereka ciptakan telah menimbulkan polemik yang tak hanya berhenti di layar monitor.

Keresahan telah menyebar ke dunia nyata, memicu diskusi dan perdebatan tentang batasan dalam berkreativitas dan sensitivitas terhadap isu SARA.

Edukasi atau Provokasi?

Di satu sisi, ada argumen bahwa konten kreator seperti Akeloy memiliki kebebasan untuk mengekspresikan kreativitas mereka.

Namun, di sisi lain, muncul pertanyaan kritis: apakah konten yang mereka buat lebih banyak mendidik atau malah memprovokasi?

Analisis: Antara Kreativitas dan Sensitivitas

Dalam teori komunikasi, ada yang namanya “model komunikasi dua arah simetris” yang dikemukakan oleh James Grunig.

Model ini menekankan pentingnya feedback dan pemahaman bersama antara pengirim dan penerima pesan. Dalam kasus Akeloy Production, tampaknya model ini tidak dijalankan dengan baik.

Konten yang mereka buat telah melukai perasaan dan sensitivitas sebagian masyarakat, terutama mereka yang menghargai nilai-nilai pesantren.

Kesimpulan: Seni, Sensitivitas, dan SARA

Kasus Akeloy mengajarkan kita bahwa seni memang bebas, tapi kebebasan itu harus diimbangi dengan tanggung jawab.

Kreativitas tidak boleh menginjak-injak sensitivitas sosial dan kultural yang ada. Konten SARA bukanlah sesuatu yang bisa dianggap remeh, karena ia menyangkut harga diri dan identitas banyak orang.

Dalam dunia yang semakin terkoneksi, kita harus lebih bijak dalam menggunakan kebebasan berekspresi.

Karena, seperti kata Spider-Man, “With great power comes great responsibility.” Dan dalam konteks ini, kekuatan itu adalah kekuatan konten kreator dalam membentuk opini dan emosi publik.

Catatan Akhir:

Artikel ini tidak bermaksud untuk menuding atau menghakimi, melainkan untuk memberikan perspektif yang lebih dalam tentang isu yang sedang hangat dibicarakan.

Semoga kita semua bisa mengambil pelajaran dari kasus ini dan menjadi lebih bijak dalam berkarya dan berinteraksi di dunia maya.

*Ikuti jfid di Google News, Klik Disini.
*Segala sanggahan, kritik, saran dan koreksi atau punya opini sendiri?, kirim ke email [email protected]

Share This Article