jfid – Anies Baswedan, calon presiden dari Partai NasDem, telah membuat keputusan kontroversial yang mengguncang dunia politik Indonesia. Ia memilih Muhaimin Iskandar, atau Cak Imin, sebagai calon wakil presiden (cawapres) yang mendampinginya dalam pemilihan presiden (pilpres) 2024. Keputusan ini mengejutkan banyak pihak, terutama Partai Demokrat yang merasa dikhianati oleh Anies dan Partai NasDem.
Partai Demokrat adalah salah satu partai yang mengusung Anies sebagai capres sejak Januari 2023. Saat itu, Anies mengajak Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), ketua umum Partai Demokrat, untuk “menjemput takdir” sebagai pasangan capres-cawapres 2024-2029. Keputusan ini disetujui oleh Koalisi Perubahan, yang terdiri dari Partai NasDem, Partai Demokrat, dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Namun, keharmonisan koalisi ini tidak bertahan lama. Pada Juni-Juli 2023, pengumuman bakal cawapres Anies beberapa kali ditunda. Hubungan Partai Demokrat dengan Partai NasDem semakin memburuk setelah munculnya duet Anies-Cak Imin pada Agustus 2023. Keputusan ini diambil secara sepihak oleh Surya Paloh, ketua umum Partai NasDem, tanpa sepengetahuan pimpinan tertinggi Partai Demokrat dan PKS.
Partai Demokrat merasa dikhianati oleh Anies dan Partai NasDem. Mereka menganggap bahwa Anies telah melanggar kesepakatan yang dibangun selama ini. Mereka juga merasa bahwa Surya Paloh telah mengambil keputusan tanpa konsultasi dengan koalisi. Oleh karena itu, Partai Demokrat resmi mencabut dukungan kepada Anies dan keluar dari Koalisi Perubahan pada September 2023.
Untuk memahami lebih dalam tentang isu ini, kami mewawancarai beberapa narasumber yang memiliki pengalaman dan wawasan tentang politik Indonesia. Berikut adalah cerita mereka:
Andi Mallarangeng: “Anies dan Paloh Telah Mengkhianati Kami”
Andi Mallarangeng adalah sekretaris majelis tinggi Partai Demokrat. Ia juga merupakan mantan menteri pemuda dan olahraga di era pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), pendiri dan ketua majelis tinggi Partai Demokrat. Andi mengaku sangat kecewa dengan sikap Anies dan Paloh yang telah mengkhianati Partai Demokrat.
“Kami merasa dikhianati oleh Anies dan Paloh. Mereka telah melanggar kesepakatan yang dibangun selama ini. Kami sudah memberikan dukungan penuh kepada Anies sebagai capres. Kami sudah berkomitmen untuk menjaga koalisi ini tetap solid. Kami sudah berusaha untuk menjalin komunikasi yang baik dengan semua pihak. Tapi ternyata mereka tidak menghargai kami,” kata Andi.
Andi menuturkan bahwa Partai Demokrat telah berkontribusi besar dalam membangun popularitas dan elektabilitas Anies sebagai capres. Ia mengatakan bahwa Partai Demokrat memiliki basis massa yang luas dan loyal di seluruh Indonesia. Ia juga mengklaim bahwa AHY memiliki kualitas dan kapasitas sebagai pemimpin masa depan Indonesia.
“Kami yakin bahwa duet Anies-AHY akan menjadi pasangan yang kuat dan ideal untuk memimpin Indonesia ke arah yang lebih baik. Kami yakin bahwa mereka akan mampu menyelesaikan berbagai masalah bangsa, seperti kemiskinan, ketimpangan, korupsi, radikalisme, dan pandemi Covid-19. Kami yakin bahwa mereka akan mampu membawa perubahan dan perbaikan untuk Indonesia,” ujar Andi.
Namun, harapan itu pupus setelah Anies memilih Cak Imin sebagai cawapres. Andi menganggap bahwa Anies telah mengabaikan komitmen dan loyalitas Partai Demokrat. Ia juga menilai bahwa Anies telah salah memilih cawapres. Ia menuding bahwa Anies hanya mengikuti kepentingan Paloh yang ingin menjaga hubungan baik dengan PKB, partai yang dipimpin oleh Cak Imin.
“Anies telah membuat kesalahan fatal dengan memilih Cak Imin sebagai cawapres. Kami tidak melihat ada sinergi dan kesesuaian antara Anies dan Cak Imin. Kami tidak melihat ada visi dan misi yang sama antara mereka. Kami tidak melihat ada kekuatan dan keunggulan yang bisa mereka tawarkan kepada rakyat Indonesia. Kami hanya melihat ada kepentingan politik Paloh yang ingin mengamankan dukungan PKB,” tutur Andi.
Andi menegaskan bahwa Partai Demokrat tidak akan mundur dari perjuangan politiknya. Ia menyatakan bahwa Partai Demokrat akan terus berjuang untuk mewujudkan cita-cita SBY, yaitu membangun Indonesia yang demokratis, berdaulat, adil, dan makmur. Ia juga menyampaikan bahwa Partai Demokrat akan mencari pasangan baru untuk AHY sebagai capres atau cawapres di pilpres 2024.
“Kami tidak akan menyerah. Kami akan terus berjuang untuk Indonesia. Kami akan terus mencari pasangan yang cocok untuk AHY. Kami yakin bahwa AHY adalah sosok pemimpin yang berkualitas, berintegritas, berpengalaman, dan berwibawa. Kami yakin bahwa AHY adalah harapan baru bagi Indonesia,” pungkas Andi.
Sudirman Said: “Anies dan Paloh Telah Membuat Keputusan Tepat”
Sudirman Said adalah anggota tim delapan Koalisi Perubahan. Ia juga merupakan mantan menteri energi dan sumber daya mineral di era pemerintahan Joko Widodo (Jokowi), saingan politik Anies. Sudirman mengaku sangat mendukung keputusan Anies dan Paloh yang telah memilih Cak Imin sebagai cawapres.
“Kami sangat mendukung keputusan Anies dan Paloh. Mereka telah membuat keputusan tepat dengan memilih Cak Imin sebagai cawapres. Kami melihat ada sinergi dan kesesuaian antara Anies dan Cak Imin. Kami melihat ada visi dan misi yang sama antara mereka. Kami melihat ada kekuatan dan keunggulan yang bisa mereka tawarkan kepada rakyat Indonesia,” kata Sudirman.
Sudirman menuturkan bahwa Anies dan Cak Imin adalah pasangan yang ideal untuk memimpin Indonesia di masa depan. Ia mengatakan bahwa Anies memiliki rekam jejak yang baik sebagai akademisi, aktivis, birokrat, dan politisi. Ia juga mengatakan bahwa Cak Imin memiliki pengalaman yang panjang sebagai anggota DPR, ketua MPR, dan ketua umum PKB.
“Kami yakin bahwa Anies-Cak Imin akan menjadi pasangan yang komplementer dan harmonis untuk memimpin Indonesia. Kami yakin bahwa mereka akan mampu menyelesaikan berbagai masalah bangsa, seperti kemiskinan, ketimpangan, korupsi, radikalisme, dan pandemi Covid-19. Kami yakin bahwa mereka akan mampu membawa perubahan dan perbaikan untuk Indonesia,” ujar Sudirman.
Namun, dukungan itu tidak didapat dengan mudah. Sudirman mengakui bahwa ada perdebatan dan negosiasi yang alot dalam proses penentuan cawapres Anies. Ia mengungkapkan bahwa ada beberapa pihak yang mengusulkan nama-nama lain selain Cak Imin, seperti AHY, Prabowo Subianto, Sandiaga Uno, Ganjar Pranowo, Ridwan Kamil, dan Khofifah Indar Parawansa.
“Kami menghormati semua usulan yang masuk. Kami melakukan kajian dan evaluasi secara objektif dan komprehensif terhadap semua calon cawapres. Kami mempertimbangkan berbagai aspek, seperti elektabilitas, popularitas, kapabilitas, integritas, komitmen, kesetiaan, dan kesolidan” tutup Sudirman Said.