jfid – Itamar Ben-Gvir, sosok yang dikenal sebagai ‘Menteri Kekacauan’, telah menjadi sorotan di pentas politik Israel. Dilahirkan di Mevaseret Zion pada tahun 1976, ia berasal dari keluarga imigran Yahudi Irak.
Namanya mencuat sejak masa remaja, dikenal dengan pandangan anti-Palestina, dan pernah tergabung dalam kelompok terlarang bernama Kach di Israel.
Tahun 2019 membawa perubahan besar bagi Ben-Gvir. Ia menjadi pemimpin partai sayap kanan Otzma Yehudit dan berhasil membawa partainya masuk parlemen pada Pemilu 2021 setelah bergabung dengan Partai Persatuan Nasional pimpinan Bezalel Smotrich. Pencapaiannya kian memuncak saat ia diangkat sebagai Menteri Keamanan Nasional Israel.
Namun, kontroversi mengelilingi Ben-Gvir tak pernah reda. Pada awal tahun 2023, keputusannya mengunjungi Temple Mount menciptakan gelombang kritik internasional.
Negara-negara Arab melihat kunjungannya sebagai tindakan provokatif yang merusak status quo situs suci.
Ada hal menarik dalam perjalanan hidup Ben-Gvir: ia pernah ditolak mengikuti wajib militer karena dianggap terlalu berbahaya sebagai aktivis sayap kanan. Reputasinya yang radikal membawa padahal akibatnya; ia dibebaskan dari dinas militer IDF.
Pertanyaan besar melingkupi: apakah tindakan-tindakan kontroversial Ben-Gvir merusak harapan perdamaian di wilayah yang sudah bergejolak ini? Ataukah ia hanyalah cermin dari polarisasi mendalam dalam masyarakat Israel?
Meskipun berbagai pandangan dan opini berseliweran, satu hal pasti: perjalanan Ben-Gvir terus memantik diskusi, menciptakan pertanyaan, dan membuka jendela pada kompleksitas politik Israel.