jfid – Kisah mengharukan dari seorang nenek Mirasi (69) yang tinggal di rumah tak layak huni. Hingga berkali-kali, si nenek didatangi petugas untuk dimintai keterangan agar mendapatkan bantuan rumah tak layak huni, namun, sang nenek tetap menolak bantuan tersebut.
“Saya sudah tua pak, nanti kalau saya meninggal siapa yang mau merawat rumah ini,” terang nenek Mirasi pada jurnalfaktual.id, Senin (8/2/2021).
Diusianya yang hampir genap 70 tahun, Nenek Mirasi hidup sendiri tanpa ditemani sanak saudara. Nenek Mirasi harus menanggung beban hidupnya dengan hati yang tegar, belum lagi penyakit yang datang silih berganti membuat nenek Mirasi hidup tak bertepi.
Gubuk yang terletak di pedesaan dusun Gelugur Tengah, desa Gelugur, kecamatan Batuan, kabupaten Sumenep tersebut, bisa dikatakan jauh dari kata layak huni dengan luas 5×7 meter.
jurnalfaktual.id, saat menemui kepala dusun setempat, Kepala dusun membenarkan soal nenek Mirasi yang sering menolak bantuan bedah rumah.
“Saya sudah berkali-kali mas. Nenek Mirasi tidak mau, alasannya, usianya yang sudah tua, dan tanah yang ditempati gubuk nenek Mirasi bukan milik dia sendiri,” terang kadus Gelugur (Yasid).
Nenek Mirasi sebelumnya adalah pedagang sayuran, dimana setiap harinya, nenek Mirasi mendapatkan uang sebesar 15.000 sampai 25.000 dari hasil dagangannya. Kini, di usianya yang menua, sang nenek sudah berhenti berdagang dikarenakan terserang penyakit. Nenek Mirasi mengatakan;
“Saya sudah 6 bulan lebih berhenti jualan, saya sakit pak, buat berobat ke dokter, saya harus menunggu bantuan yang 300.000, baru saya bisa berobat. Sisanya buat beli beras,” terang nenek Mirasi yang tabah dalam menjalani hidup.
Nenek Mirasi mengaku, dirinya sudah 3 kali tiap bulan menerima bantuan berupa uang sebesar Rp. 300.000 dari pemerintah, dimana dalam kesehariannya, nenek Mirasi hanya bergantung dari pemberian orang yang peduli, ketika lewat depan rumahnya.
Rai, warga setempat membenarkan, jika setiap harinya nenek Mirasi hanya bergantung pada pemberian orang lewat depan rumahnya.
” Kadang-kadang sih mas. Tidak setiap hari. Kadang ya 30.000 kadang 40.000 mas,” terang Raisa warga setempat.