Cak Imin: Agama Bikin Damai atau Ricuh?

Noer Huda
4 Min Read

jfid – Muhaimin Iskandar, yang sering disapa Cak Imin, adalah salah satu tokoh politik Indonesia yang tengah berada di puncak perhatian publik. Selain menjadi Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Cak Imin juga menjadi sosok yang mendapat perhatian sebagai bakal Calon Wakil Presiden dari Koalisi Perubahan.

Baru-baru ini, pandangannya tentang peran agama dalam mempertahankan kerukunan di Indonesia menjadi topik perbincangan utama dalam sebuah acara silaturahmi kebangsaan yang dihadiri oleh berbagai tokoh lintas agama di Klenteng Kong Miao, Taman Mini, Jakarta.

Cak Imin dengan penuh keyakinan menyampaikan bahwa agama seharusnya berfungsi sebagai perekat bangsa, bukan sebagai instrumen yang memecah belah.

Ia menggarisbawahi pentingnya tempat ibadah sebagai pusat yang mempersatukan orang-orang, bukannya menjadi penyebab perpecahan.

Pemikiran ini seolah menjadi manifestasi dari cita-cita Indonesia sebagai negara berlandaskan Bhinneka Tunggal Ika, yang menekankan keragaman sebagai kekayaan, bukan sebagai sumber ketegangan.

Namun, Cak Imin juga sangat sadar akan kompleksitas kondisi keagamaan di Indonesia. Ia menyoroti bahwa negara ini kerap diwarnai oleh polemik dan konflik keagamaan yang terkadang mengundang keprihatinan.

Menurutnya, hal ini adalah hasil dari ragam idealisme yang ada di masyarakat, yang terkadang tumpang tindih dan bertentangan satu sama lain.

Dalam konteks ini, Cak Imin mengemukakan perhatiannya terhadap paradoks yang terjadi di republik ini. Ia mencatat bahwa terkadang, orang-orang yang ingin beribadah dan melaksanakan ajaran agamanya justru mendapat berbagai pembatasan dan hambatan.

Sementara itu, orang-orang yang melakukan tindakan yang bertentangan dengan ajaran agama dapat mendapatkan kesempatan yang lebih besar.

Paradoks ini, dalam pandangannya, menggambarkan ketegangan antara idealisme dan realitas yang harus dihadapi.

Namun, Cak Imin tidak hanya menyoroti masalah ini, ia juga memberikan solusi. Ia meyakini bahwa peran pemerintah sangat penting dalam mengatasi konflik keagamaan dan menjaga kerukunan.

Keberadaan kebijakan yang konsisten dan inklusif adalah kunci untuk memastikan bahwa ibadah, agama, dan nilai-nilai dapat menjadi bagian integral dari konstitusi dan kebijakan pemerintah.

Dengan kata lain, agama seharusnya menjadi faktor pemersatu yang diakui oleh pemerintah, bukan alat yang dipolitisasi atau digunakan untuk memecah belah.

Selain itu, Cak Imin memberikan jaminan kepada masyarakat Indonesia bahwa selama ada dirinya dan PKB, tidak perlu khawatir tentang kemungkinan radikalisme atau pemecah belah bangsa.

Ia dengan tegas menyatakan bahwa PKB akan terus berjuang untuk menjaga kerukunan dan keberagaman di Indonesia.

Pandangan Cak Imin tentang peran agama dalam masyarakat Indonesia memberikan kita banyak sudut pandang untuk dipertimbangkan.

Ia menggarisbawahi pentingnya agama sebagai perekat yang menguatkan kerukunan di tengah perbedaan yang ada.

Namun, ia juga memaklumi bahwa perjalanan menuju kerukunan yang lebih baik mungkin akan dipenuhi dengan tantangan dan konflik.

Dalam akhirnya, pesan yang bisa kita ambil adalah pentingnya upaya bersama dan pemikiran yang bijak dalam menghadapi isu-isu kompleks yang terkait dengan agama dan kerukunan di Indonesia yang beragam ini.

*Ikuti jfid di Google News, Klik Disini.
*Segala sanggahan, kritik, saran dan koreksi atau punya opini sendiri?, kirim ke email [email protected]

Share This Article