Bitung Pasca Bentrok: Antara Luka, Haru, dan Solidaritas

ZAJ
By ZAJ
12 Min Read
Bitung, Kota Kecil Yang Terbelah Oleh Bendera Israel
Bitung, Kota Kecil Yang Terbelah Oleh Bendera Israel

jfidBitung – Kota Bitung, Sulawesi Utara, menjadi saksi bisu bentrokan antara massa aksi bela Palestina dengan salah satu ormas di kota tersebut pada Kamis (23/11/2023) lalu.

Bentrokan yang berlangsung sekitar satu jam itu menyebabkan puluhan orang terluka, beberapa kendaraan rusak, dan situasi kota menjadi tegang.

Bentrokan bermula ketika massa aksi bela Palestina yang terdiri dari berbagai elemen masyarakat, termasuk mahasiswa, pelajar, dan aktivis, melintas di depan GOR Dua Saudara, tempat ormas yang tengah merayakan HUT ke-12 berkumpul.

Menurut keterangan polisi, ada provokasi dari salah satu pihak yang memicu bentrokan. Massa aksi bela Palestina yang membawa atribut berupa bendera dan spanduk Palestina diserang dengan batu, botol, dan senjata tajam oleh anggota ormas.

Massa aksi pun membalas dengan melempar batu dan botol kembali. Bentrokan pun tak terhindarkan.

Akibat bentrokan itu, sebanyak 27 orang terluka, baik dari massa aksi maupun ormas. Mereka dilarikan ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan perawatan.

Selain itu, sejumlah kendaraan roda dua dan empat yang terparkir di sekitar lokasi bentrokan mengalami kerusakan akibat dilempari batu dan botol.

Polisi yang tiba di lokasi berusaha membubarkan massa dengan menembakkan gas air mata dan tembakan peringatan.

Polisi juga menetapkan siaga satu pengamanan di kota Bitung untuk mengantisipasi kemungkinan bentrokan susulan.

Bentrokan ini menimbulkan berbagai reaksi dari masyarakat Bitung maupun Indonesia pada umumnya. Sebagian besar mengutuk tindakan kekerasan yang dilakukan oleh ormas terhadap massa aksi bela Palestina.

Mereka menilai bahwa ormas tersebut tidak menghormati hak asasi manusia dan hak berdemokrasi dari massa aksi. Mereka juga mengecam sikap intoleran dan anti-Palestina dari ormas tersebut.

Sebaliknya, sebagian kecil ada yang membela ormas tersebut dengan alasan bahwa mereka hanya melindungi diri dan wilayahnya dari massa aksi yang dianggap mengganggu.

Mereka juga mengklaim bahwa ormas tersebut pro-Israel dan mendukung hak-hak Israel atas tanah Palestina.

Salah satu yang mengutuk tindakan kekerasan ormas tersebut adalah Rizal, salah satu korban luka dari massa aksi bela Palestina.

Rizal, yang merupakan mahasiswa semester akhir di Universitas Sam Ratulangi, mengatakan bahwa ia ikut dalam aksi bela Palestina karena merasa prihatin dengan kondisi rakyat Palestina yang terus menderita akibat serangan Israel.

Ia mengaku tidak menyangka bahwa aksi damai yang ia ikuti akan berujung pada bentrokan dengan ormas.

“Saya ikut aksi bela Palestina karena saya merasa sebagai bagian dari umat Islam dan kemanusiaan yang harus bersolidaritas dengan saudara-saudara kita di Palestina. Saya tidak tahu kalau ada ormas yang pro-Israel di Bitung. Saya kaget ketika mereka menyerang kami dengan batu dan senjata tajam. Saya terkena lemparan batu di kepala dan punggung. Saya sempat pingsan dan dibawa ke rumah sakit oleh teman-teman saya,” cerita Rizal, yang masih terbaring lemah di rumah sakit.

Rizal mengaku tidak menyesal ikut dalam aksi bela Palestina. Ia berharap agar pemerintah Indonesia dapat membantu rakyat Palestina dengan cara diplomasi maupun bantuan kemanusiaan.

Ia juga berharap agar ormas yang menyerangnya dapat sadar dan bertobat atas perbuatannya.

“Saya tidak menyesal ikut aksi bela Palestina. Saya merasa ini adalah kewajiban saya sebagai manusia dan Muslim. Saya berharap pemerintah Indonesia dapat membantu Palestina dengan segala cara. Saya juga berharap ormas yang menyerang kami dapat sadar dan bertobat. Mereka harus tahu bahwa Palestina adalah saudara kita yang harus kita bela, bukan Israel yang telah banyak membunuh dan menzalimi rakyat Palestina,” ujar Rizal.

Sementara itu, salah satu yang membela ormas tersebut adalah Andi, salah satu anggota ormas yang juga terluka akibat bentrokan.

Andi, yang merupakan warga Bitung sejak lahir, mengatakan bahwa ia dan rekan-rekannya hanya melindungi diri dan wilayahnya dari massa aksi bela Palestina yang dianggap mengganggu.

Ia mengaku bahwa ormasnya adalah pro-Israel dan mendukung hak-hak Israel atas tanah Palestina.

“Kami hanya melindungi diri dan wilayah kami dari massa aksi bela Palestina yang mengganggu. Mereka membawa bendera dan spanduk Palestina yang kami anggap sebagai simbol terorisme dan kebencian. Kami pro-Israel dan mendukung hak-hak Israel atas tanah Palestina. Kami tidak suka dengan Palestina yang selalu mengeluh dan menyerang Israel. Kami tidak takut dengan mereka. Kami siap berperang dengan mereka jika perlu,” kata Andi, yang masih terbalut perban di rumah sakit.

Andi mengaku tidak menyesali perbuatannya menyerang massa aksi bela Palestina. Ia berharap agar pemerintah Indonesia dapat menghormati hak-hak Israel dan tidak ikut campur dalam konflik Israel-Palestina.

Ia juga berharap agar massa aksi bela Palestina dapat menghentikan aksinya dan tidak mengganggu ormasnya lagi.

“Saya tidak menyesali perbuatan saya menyerang massa aksi bela Palestina. Saya merasa ini adalah kewajiban saya sebagai warga Bitung dan anggota ormas saya. Saya berharap pemerintah Indonesia dapat menghormati hak-hak Israel dan tidak ikut campur dalam konflik Israel-Palestina. Saya juga berharap massa aksi bela Palestina dapat menghentikan aksinya dan tidak mengganggu kami lagi. Kami tidak akan diam jika mereka masih mengusik kami,” ucap Andi.

Di tengah-tengah suasana yang masih panas dan tegang pasca bentrokan, ada pula yang berusaha menenangkan dan mendamaikan kedua belah pihak. Mereka adalah tokoh-tokoh agama, tokoh-tokoh masyarakat, dan tokoh-tokoh pemuda yang peduli dengan kondisi Bitung.

Mereka berinisiatif untuk melakukan dialog dan mediasi antara massa aksi bela Palestina dan ormas. Mereka juga mengajak masyarakat Bitung untuk tetap menjaga persatuan dan kerukunan di tengah perbedaan pandangan dan sikap.

Salah satu yang berperan aktif dalam upaya perdamaian ini adalah Ustadz Ahmad, salah satu tokoh agama di Bitung.

Ustadz Ahmad, yang merupakan pengasuh Pondok Pesantren Al-Hikmah, mengatakan bahwa ia bersama tokoh-tokoh agama lainnya telah melakukan pertemuan dengan massa aksi bela Palestina dan ormas.

Ia mengajak mereka untuk saling memaafkan dan berdamai. Ia juga mengingatkan mereka tentang ajaran agama yang menghargai kemanusiaan dan kedamaian.

“Kami telah melakukan pertemuan dengan massa aksi bela Palestina dan ormas. Kami mengajak mereka untuk saling memaafkan dan berdamai. Kami juga mengingatkan mereka tentang ajaran agama yang menghargai kemanusiaan dan kedamaian. Kami berharap agar mereka dapat menyelesaikan masalah ini dengan cara yang baik dan bijak. Kami juga berharap agar mereka dapat menghormati perbedaan pandangan dan sikap tentang isu Palestina dan Israel. Kami tidak ingin ada lagi bentrokan dan kekerasan di antara mereka,” kata Ustadz Ahmad .

Ustadz Ahmad mengaku bahwa pertemuan tersebut berlangsung dengan lancar dan damai. Ia mengapresiasi sikap kedua belah pihak yang mau mendengarkan dan menghormati pendapat masing-masing.

Ia berharap agar pertemuan tersebut dapat menjadi awal dari rekonsiliasi dan perdamaian antara massa aksi bela Palestina dan ormas.

“Alhamdulillah, pertemuan tersebut berlangsung dengan lancar dan damai. Kami mengapresiasi sikap kedua belah pihak yang mau mendengarkan dan menghormati pendapat masing-masing. Kami berharap agar pertemuan tersebut dapat menjadi awal dari rekonsiliasi dan perdamaian antara massa aksi bela Palestina dan ormas. Kami juga berharap agar masyarakat Bitung dapat tetap menjaga persatuan dan kerukunan di tengah perbedaan pandangan dan sikap,” ucap Ustadz Ahmad .

Selain tokoh-tokoh agama, tokoh-tokoh masyarakat dan tokoh-tokoh pemuda juga turut andil dalam upaya perdamaian ini.

Mereka melakukan berbagai kegiatan sosial dan kultural untuk meredam ketegangan dan meningkatkan solidaritas antara warga Bitung.

Mereka mengadakan bakti sosial, donor darah, penggalangan dana, penanaman pohon, lomba seni, dan dialog lintas agama dan etnis.

Salah satu yang berperan aktif dalam kegiatan sosial dan kultural ini adalah Rani, salah satu tokoh pemuda di Bitung.

Rani, yang merupakan ketua Forum Komunikasi Pemuda Bitung (FKPB), mengatakan bahwa ia bersama teman-temannya ingin menunjukkan bahwa Bitung adalah kota yang damai dan harmonis.

Ia mengatakan bahwa kegiatan sosial dan kultural yang ia lakukan bersama FKPB bertujuan untuk membantu korban bentrokan, menggalang solidaritas untuk Palestina, dan mempererat tali persaudaraan antara warga Bitung.

“Kami ingin menunjukkan bahwa Bitung adalah kota yang damai dan harmonis. Kami tidak mau kota kami tercoreng oleh bentrokan yang terjadi. Kami melakukan kegiatan sosial dan kultural untuk membantu korban bentrokan, menggalang solidaritas untuk Palestina, dan mempererat tali persaudaraan antara warga Bitung. Kami berharap agar kegiatan ini dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat Bitung dan Palestina,” kata Rani .

Rani mengaku bahwa kegiatan sosial dan kultural yang ia lakukan bersama FKPB mendapat sambutan baik dari masyarakat Bitung. Ia mengatakan bahwa banyak warga Bitung yang ikut berpartisipasi dan berdonasi dalam kegiatan tersebut.

Ia juga mengatakan bahwa banyak warga Bitung yang menyatakan dukungan dan simpati mereka untuk Palestina.

“Kegiatan sosial dan kultural yang kami lakukan bersama FKPB mendapat sambutan baik dari masyarakat Bitung. Banyak warga Bitung yang ikut berpartisipasi dan berdonasi dalam kegiatan tersebut. Banyak juga warga Bitung yang menyatakan dukungan dan simpati mereka untuk Palestina. Kami merasa senang dan bangga dengan respon masyarakat Bitung. Kami berharap agar masyarakat Bitung dapat terus bersatu dan bersolidaritas untuk Palestina,” ujar Rani .

Bitung pasca bentrokan adalah kisah antara luka, haru, dan solidaritas. Luka yang ditimbulkan oleh bentrokan yang menyakitkan. Haru yang ditunjukkan oleh upaya perdamaian yang mengharukan.

Solidaritas yang dibangun oleh kegiatan sosial dan kultural yang menginspirasi. Bitung pasca bentrokan adalah kisah tentang Bitung yang tetap tegar dan damai di tengah konflik dan kekerasan.

Bitung pasca bentrokan adalah kisah tentang Bitung yang tetap cinta dan peduli dengan Palestina di tengah penderitaan dan penindasan. Bitung yang solidaritas. Bitung yang manusiawi.

*Ikuti jfid di Google News, Klik Disini.
*Segala sanggahan, kritik, saran dan koreksi atau punya opini sendiri?, kirim ke email [email protected]

Share This Article