jfid – Bitung, sebuah kota kecil di Sulawesi Utara, menjadi saksi bisu atas bentrokan yang terjadi antara massa aksi bela Palestina dengan ormas di sana.
Bentrokan ini dipicu oleh adanya sekelompok orang yang memamerkan bendera Israel di tengah-tengah aksi solidaritas untuk rakyat Palestina yang sedang berduka akibat serangan Israel.
Aksi bela Palestina di Bitung merupakan bagian dari gerakan nasional yang digelar di berbagai daerah di Indonesia pada Sabtu, 25 November 2023.
Aksi ini diinisiasi oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan didukung oleh berbagai elemen masyarakat lintas agama, ormas, dan golongan.
Ribuan massa yang mengenakan pakaian putih dan hitam dengan membawa atribut yang menandakan Palestina seperti bendera, syal, hingga ikat kepala, berkumpul di Lapangan Pancasila Bitung sejak pagi hari.
Mereka menyampaikan orasi, doa, dan deklarasi dukungan untuk Palestina. Mereka juga menggalang dana untuk membantu saudara mereka yang terkena dampak konflik di Palestina.
Namun, suasana damai itu tiba-tiba berubah menjadi ricuh ketika sekelompok orang yang diduga anggota ormas tertentu muncul di lokasi aksi dengan membawa bendera Israel.
Bendera Israel merupakan simbol dari negara yang dianggap sebagai penjajah dan penindas bagi rakyat Palestina. Hal ini tentu saja menimbulkan kemarahan dan kekecewaan di kalangan massa aksi bela Palestina.
Tidak butuh waktu lama bagi kedua kubu untuk saling lempar batu, botol, dan benda-benda lainnya. Bentrokan pun tak terhindarkan.
Suara teriakan, jeritan, dan ledakan terdengar di sekitar lapangan. Beberapa orang terluka akibat bentrokan tersebut. Bahkan, ada yang mengalami luka tembak di bagian kaki.
Aparat keamanan yang terdiri dari polisi, TNI, dan Satpol PP berusaha untuk mengamankan situasi. Mereka membubarkan massa dengan menggunakan gas air mata, tembakan peringatan, dan water cannon.
Mereka juga melakukan penangkapan terhadap beberapa orang yang diduga sebagai provokator dan pelaku kekerasan.
Kondisi terkini di Bitung, menurut keterangan polisi, mulai kondusif setelah bentrokan berakhir. Massa aksi bela Palestina telah bubar dan meninggalkan lokasi.
Aparat gabungan memperketat penjagaan di sekitar lapangan dan kota Bitung. Mereka juga mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dan tidak terprovokasi oleh isu-isu yang dapat memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa.
Bentrokan di Bitung ini menjadi bukti bahwa isu Palestina tidak hanya menjadi perhatian dunia internasional, tetapi juga menjadi sentimen yang kuat di kalangan masyarakat Indonesia.
Sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, Indonesia memiliki keterikatan emosional dan historis dengan Palestina.
Indonesia juga memiliki komitmen untuk mendukung perjuangan Palestina untuk meraih kemerdekaan dan kedaulatan dari penjajahan Israel.
Namun, di sisi lain, bentrokan ini juga menunjukkan adanya perbedaan pandangan dan sikap di antara masyarakat Indonesia terkait dengan isu Palestina dan Israel.
Ada yang bersimpati dan berempati dengan Palestina, ada juga yang mendukung atau setidaknya tidak menentang Israel. Ada yang mengedepankan sikap damai dan toleran, ada juga yang bersikap radikal dan intoleran.
Bentrokan ini juga menjadi pelajaran bagi kita semua bahwa kita harus menjaga persaudaraan, persatuan, dan kesatuan di tengah-tengah perbedaan. Kita harus saling menghormati dan menghargai hak dan kewajiban sebagai warga negara.
Kita harus mengedepankan dialog dan musyawarah dalam menyelesaikan masalah. Kita harus menjauhi kekerasan dan provokasi yang dapat merusak tatanan sosial dan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Bitung, kota yang terbelah oleh bendera Israel, semoga dapat segera pulih dan kembali bersatu. Semoga juga rakyat Palestina dapat segera merasakan kedamaian dan keadilan.
Semoga juga Indonesia dapat terus menjadi contoh dan teladan bagi dunia dalam menjaga perdamaian dan kemanusiaan.