AMB Tekankan Masyarakat Penerima Bantuan Bibit Kedelai, Jagung Punya Prinsip Agrobisnis

Rasyiqi By Rasyiqi - Writer, Saintific Enthusiast
4 Min Read

jf.id– Asosiasi Mareje Bonga (AMB) mengadakan pertemuan dengan Kelompok Tani Hutan (KTH) se-Kecamatan Praya Barat dan Praya Barat Daya. Dalam rangka evaluasi dan dengar tanggap masyarakat penerima bantuan kemitraan berupa benih kedelai dan jagung tumpang sari. Bertempat di sekretariat KTH Tekad Lestari, hari ini, Kamis, 02/01/2020.

Agenda evaluasi ini membahas tentang perjalanan dan perkembangan bantuan kemitraan AMB dengan pemerintah dalam pemberian bibit kedelai dan jagung beberapa bulan kemarin.

“ada beberapa hal yang kita bahas dengan KTH, yakni perkembangan pertumbuhan tanaman kedelai dan jagung yang kami berikan, penyelesaian administrasi penerima bantuan benih dan saprodi, serta persiapan pelaksanaan study banding KTH” kata Lalu Bakri, Ketua AMB.

Terpisah, H. Idham Khalid, S.P, Kepala UPT Pertanian bidang Keswan Kec. Praya Barat Daya mewakili Dinas Pertanian Loteng menerangkan bahwa evaluasi ini merupakan rangkaian agenda untuk memperhatikan keberadaan kepentingan para petani di dua wilayah Kecamatan tersebut.

Ad image

“agenda ini merupakan agenda advokasi, kemitraan, serta perhatian pemerintah untuk para petani khususnya petani HTR yang tergabung dalam KTH binaan dari AMB,” imbuh H. Idham Khalid.

Terkait dengan kegiatan advokasi, H. Idham Khalid menyampaikan kepada seluruh KTH HTR yang di evaluasi untuk berfikir tentang kegiatan pertanian yang berkelanjutan.

“hutan dan lahan perlu di perhatikan, bagaimana pengelolaanya, sehingga bibit kedelai dan jagung yang sudah diberikan oleh pemerintah melalui kemitraan di AMB bisa tumbuh tanpa mengesampingkan kelestarian hutan,” sambungnya.

Kemitraan dan pola yang dimaksud menurut H. Idham Khalid adalah pengelolaan Hutan Tanam Rakyat (HTR) yang berbasis kepada agrobisnis.

“kami beserta AMB menekankan kepada pengelola HTR yang tergabung dalam KTH binaan untuk selalu mengelola hutan dengan sistem tumpang sari atau agroforestree, artinya kelestarian alam terjaga, hasilnya pun bisa di konfeksikan menjadi sumber pendapatan pengelola,” tandasnya.

Pengelola HTR dalam KTH binaan AMB ini ditekankan untuk bisa memetakan potensi alam dan curah hujan yang terjadi di wilayah Kab. Loteng.

“kenapa kami tekankan kepada penanaman kedelai dan jagung, sebab beberapa hari yang lalu saya mendapat kabar dari BMKG bahwa curah hujan kita di NTB akan mengalami surut pada bulan April, artinya bahwa petani ini harus menanam tanaman yang sesuai dengan kapasitas alam ketika masa panennya,” cetus H. Idham Khalid.

Sementara itu, terkait dengan bantuan pada periode ini, pihaknya membeberkan bantuan dengan sistem pembelian hasil produksi pertanian.

“ada sekitar 400 ton bantuan bibit jagung yang masih berbentuk BR 1 dan BR 2, dan pihak pemberi bantuan siap untuk membeli hasil tanam dari bibit tersebut, tentu ini peluang untuk para petani dalam perspekitif agrobisnis,” imbuhnya.

Sementara itu, Lalu Bakri, atau Erik sapaan akrab ketua Asosiasi Mareje Bonga (AMB) menyatakan akan terus mengkontrol keberadaan dan perkembangan bantuan pemerintah melalui kemitraan yang di bangun.

“tentu ini positif sekaligus menjadi PR bagi kami di kemitraan untuk mengkontrol perkembangan dari bantuan pemerintah tersebut, agar ke depan petani kita bisa berproduksi dalam pertanian perspektif agrobisnis dan agroferestree,” kata Erik.

Terkait dengan perkembangan bibit yang diberikan pemerintah melalui kemitraannya, Erik optimis HTR yang dikelola melalui KTH binaannya terdapat perkembangan.

“catatannya terdapat perkembangan, sebab pihak kami sudah memberikan warning bahwa pengelola harus menanam bibit kedelai dan jagung tersebut, jika tidak ingin keanggotaanya di cabut, hal ini sebagai edukasi pertanian bagi masyarakat, biar tidak konsern terhadap hasil pangan saja akan tetapi mengabaikan prinsip agrobisnis,” tutup Erik.

Laporan: M Rizwan

Share This Article