Dunia Baca dan Dunia Kuota, Jihad Kaum Revolusi 4.0

M. Rizwan
7 Min Read
Ilustrasi membaca arus Revolusi 4.0 (foto: istimewa)
Ilustrasi membaca arus Revolusi 4.0 (foto: istimewa)

jfID – Kemajuan berfikir manusia (human advanced) dari kurun waktu ke waktu mengubah dunia begitu dinamis. Dinamisasi perubahan tersebut, telah menimbulkan beberapa produk yang bertujuan untuk mempermudah akses masyarakat dunia.

Kemajuan ini ditandai dengan penciptaan manusia di bidang industri dan tekhnologi. Dibidang industri begitu banyak gedung-gedung kokoh dan tinggi dalam memproduksi barang dan jasa. Dibidang tekhnologi, sudah begitu banyak mesin canggih yang dibuat oleh manusia sampai kita tidak sadari mengalahkan kemampuan manusia itu sendiri.

Berbagai upaya pemerintah menyiapkan sumber daya manusia (SDM). Mulai mendirikan sekolah-sekolah dan berbagai macam prasarana yang lain dalam meningkatkan bakat dan skill dalam menopang kemajuan zaman yang begitu cepat. Tetapi kerap kali kemajuan manusia tidak selalu dibarengi dengan nilai, dan spiritual, kekuatan dan kebijaksanaan, intelektualitas dan moralitas. Sehingga dengan kemajuan zaman manusia, tetap saja merasa terasingkan, Merasa sendirian.

Hari ini, tidak ada yang lebih asyik kita dengar selain kata “MABAR”. Tidak ada sorakan yang lebih keras selain kata “CHIKEN”. Era Industri 4.0 berhasil menyita perhatian anak muda bahkan dewasa dalam dunia baca dan literasi.

Pemerintah harus punya solusi untuk menjawab tantangan angka 4.O.  Manusia hari ini merasa gelisah dan merasa dirinya paling terpuruk ketika tidak bisa TRIPLE KILLER, naikkan RANK bersama kawan sejawatnya daripada meningkatkan minat baca buku dan literasi di atas bangku.

Buku dijadikan bungkusan kacang karena tidak dihargai lagi oleh orang bahkan kita acuh tak acuh karena baca sekarang bukan zamannya, kita sudah lupa asal muasal kita maju karena membaca.

Sungguh, angka 4.0 bagai raksasa yang mengancam, menakutkan dan membuat semua orang terhipnotis dengan kebesarannya. Manusia begitu menikmati, tapi tidak pernah memposisikan diri dalam angka 4.0 Sehingga manusia hari ini, lupa dengan budaya baca.

“Banyak membaca maka kau akan membuka jendela dunia”

IQRA’ dalam al alquran merupakan kata yang pertama kali yang diwahyukan kepada nabi muhammad. Iqra’ dalam arti bahasa indonesia “membaca”.

Orang bodoh sekaligus ada kata bijaknya terselip mengatakan bahwa “banyak baca, banyak lupa, sedikit baca, sedikit lupa, lebih baik tidak membaca, akan tetapi tidak tau sama sekali” menjadi renungan bersama. Bayangkan jika “banyak baca, banyak lupa” artinya nominal angka lupa tersebut tentu lebih sedikit dari pada tidak membaca, sebab itu sudah kodrat manusia yang pelupa” apalagi tidak membaca, mustahil ada yang dilupakan atau tidak tau sama sekali.

Baca disini artinya tidak ditentukan membaca apa? Artinya manusia disuruh membaca seluruh isi alam dan seluruh lingkungannya dimana ia tinggal dengan alam fikirannya.

Membaca, menganalisis memahami, ekperimen, makna iqra bahkan lebih dari seratus, Imam Al Ghazali. Terlepas apa yang kita maknai pada kata iqra’ Seharusnya manusia hari ini khusunya di NTB dikalangan siswa, sekolah, remaja bahkan mahasiswa menjadi spirit utama dalam meningkatkan budaya baca.

Manusia rindu dengan dunia baca. Tapi serindu-rindunya manusia hanya akan ada ditemukan “dunia baca” masa kanak, yang ketika suruh membaca karena diperintah orang tua.

Ketika kita baca di media sosial NTB darurat literasi. Tapi dikalalangan anak siswa, remaja bahkan mahasiswa pada hari ini, NTB darurat kouta.

Manusia lebih mementingkan isi kouta daripada isi otak. Kegelisahan manusia, hari bukan terletak pada berapa uang yang dihabiskan untuk membeli buku tapi berapa KB/GB lagi koutaku kehabisan. Artinya bukan segala sesuatu itu tidak bermanfaat, tapi kurang maksimal dalam menggunakan.

Memaksimalkan penggunaan elektronik maka manfaat besar yang kita dapatkan. Tidak bermalam-malam sampai pagi dengan sesuatu yang tidak bermanfaat, akan tetapi ketika otak dimaksimalkan maka semua perbuatan akan dimanfaatkan dan waktu digunakan dengan sebaik-baik mungkin.

“Ketika kita hidup lebih baik dari hari kemarin, maka kita termasuk orang beruntung, dan jika hari kemarin lebih baik dari hari ini maka kita termasuk orang yang merugi” (al hadits). 

Hidupkan dunia literasi dan dunia baca maka manusia akan disibukkan dengan urusan refrensial dan pembenaran. Membaca adalah pedang dan tombak yang selalu kita ayun-ayunkan dalam menyambut zaman yang kita persiapkan untuk perang.

Perang dalam revolusi industri 4.0 tidak bisa menggunakan pedang, seperti awal hijriyah atau masehi, akan tetapi perang era sekarang adalah perang dunia maya. Mari berjihad di dunia maya!!  Tanpa mengabaikan substansi membaca.

Dunia baca di era 4.0 sudah tidak bergantung pada buku-buku di perpustakaan saja, tiap hari, kita disuguhkan dengan bacaan-bacaan melalui media massa, online dan semuanya hanya bermodalkan kuota, yang bisa kita beli dengan harga Rp. 11.000 di gerai pulsa, tentu ini tidak sulit, sebab di Dunia kuota, segala informasi dapat kita akses dengan cepat dan akurat.

Informasi yang di akses bermacam-macam, informasi hoax menjadi menjamur jika tidak bisa di tangkal dengan informasi yang bisa meluruskan pemahaman tersebut, pembaca sering menganggap bahwa segala produk informasi yang berbau media sosial dianggapnya sebagai kebenaran mutlak tanpa ada sortir yang tepat.

Informasi Hoax mesti dilawan dan di berantas dengan alat yang sama, yakni informasi media yang tepat. Saya kira membenarkan informasi yang tidak benar adalah salah satu jalan jihad kaum era revolusi industri 4.0.

“katakan yang hak terhadap yang bathil, sesungguhnya kebatilan akan selalu kalah dengan kebenaran” Kitab Suci Al-Qur’an.

*Ikuti jfid di Google News, Klik Disini.
*Segala sanggahan, kritik, saran dan koreksi atau punya opini sendiri?, kirim ke email [email protected]

Share This Article