Sembilan Perkara Ini Sebagai Induk Segala Kesalahan, Astagfirullah!

Syahril Abdillah
3 Min Read
Ilustrasi penyesalan (Foto/Kompas)

Jurnalfaktual.id- Manusia tidak luput dari Kata salah dan dosa. Namun, ketika di sengaja, dan ada dorongan atau pengaruh faktor lain, maka kesalahan itu akan menumpuk dan menjadi bumerang dalam kehidupan seseorang.

Syekh Muhammad Nawawi Ibnu Umar Al- Jawi mengatakan, terdapat sembilan hal sebagai induk segala kesalahan. Namun, yang paling pokok ada tiga (3) yaitu, Sombong, Hasud dan Rakus.

Dari tiga perkara tersebut, muncul enam (6) perkara lainnya penyebab induk kesalahan. Yaitu Kenyang, Tidur, Bersenang- Senang, Mencintai Harta, Mencintai Pujian, dan Jabatan.

Demikian disampaikan Syeh Muhammad sebagai induk penyebab kesalahan, tertuang dalam kitabnya Nashaihul Ibad (Nasehat Bagi Hamba allah) Hlm 222 yang diterjemahkan oleh Achmad Sunarto terbitan Al- Hidayah Surabaya.

Perihal masalah diatas, Syekh Muhamad menyertakan Sabda Nabi Muhammad sebagai berikut:

“Sungguh, pokok segala kesalahan ada tiga, yaitu satu sombong, dua hasud dan tiga rakus. Dari yang tiga itu muncullah enam macam yang lainnya, sehingga menjadi sembilan, yaitu kenyang, tidur, bersenang- senang, mencintai harta, pujian dan jabatan.”

Sombong

Nabi SAW juga bersabda:
“Sikap sombong itu menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.”

Syekh Muhamad Nawawi berkata:
“Barang siapa merasa dirinya agung dan melihat orang lain rendah, maka ia terbilang orang yang sombong.”

Hasud

Perihal Hasud, Mua’ wiyah berkata:
“Tidak ada kejahatan paling parah dari pada dengki. Orang yang dengki dapat membunuh sebelum dia sampai orang yang dia dengki,”.

Rakus

Rakus identik terhadap kekayaan (dunia). Dalam hal ini, Malik bin Dinar berkata:
“Jika badan sakit, maka tidak berguna makanan, minuman, hidup dan kesenangan. Begitu pula jika hati sudah mencintai dunia, maka tidak akan berguna nasehat”.

Cinta Harta dan Pujian

Sayid Abdullah Al Haddad berkata: “Engkau harus mengeluarkan dari hatimu rasa cinta terhadap emas dan perak, sehingga dua benda itu engkau pandang seperti batu dan tanah.”

Begitu pula cinta pujian, hendaknya dapat dihilangkan sesempurna mungkin, sehingga dipuji atau dicela dapat dirasakan sama saja.

Akan halnya cinta kekuasaan, atau pangkat dan jabatan. Hendaknya dapat dihilangkan secara total, sehingga rasanya sama saja antara menjadi perhatian orang atau diabaikan orang.

Cinta pangkat atau jabatan itu lebih berbahaya dibanding cinta harta, walaupun kedua- duanya menunjukkan adanya indikasi kecintaan terhadap duniawi.

Pangkal kecintaan pangkat atau jabatan adalah cinta keagungan, padahal keagungan itu salah satu sifat Allah SWT. Sedang pangkal cinta harta adalah kegemaran hidup penuh nikmat, dimana kegemaran seperti ini adalah sifat binatang.

Penulis: Syah/Jf/red

*Ikuti jfid di Google News, Klik Disini.
*Segala sanggahan, kritik, saran dan koreksi atau punya opini sendiri?, kirim ke email [email protected]

Share This Article