jfID – Dalam pidato PM Singapura 1 Mei awal bulan ini, saat may day, saya mendapatkan banyak insight. Selain mengconfirm apa yang terjadi di dunia, Singapura memutuskan melakukan sesuatu yang baru untuk meng-adapt apa yang akan terjadi di dunia ini.
Singapura negara yang bergantung pada global suplay chain. Negaranya sangat bergantung pada globalisasi, karena itu, Singapura Country Action-nya tertera dalam nation interest Singapura, Singapura adalah transportation hub dan financial country secara global.
Apa yang di takutkan PM Singapua Lee Hsien Loong adalah dunia menjadi DE-GLOBALISASI, sama seperti pernyataan kita sejak awal corona di bulan Februari, global economi, control – alt – delete yang artinya di reset atau restart ulang dan setiap negera akan main di dalam negerinya masing-masing.
Dalam pidato tersebut, jelas sekali dia terlihat nervous, gemeternya terlihat. Kepanikan itu menunjukan kepedulian yang dalam dan kecemasan seorang bapak bangsa. Tugasnya berat. Mengalihkan haluan kapal Singapura yang melaju kencang di jalan lurus dan akan dibelokkan secara tajam.
Singapura negara kecil dan sangat bergantung pada ekonomi global, sehingga Singapura harus menyusun kebijakan baru. Kekhawatiran akan pangan, kesehatan dan tidak di pakai lagi oleh pasar global, membuat PM gemetar bicaranya. Dia peduli.
Sekarang dari sisi kita Indonesia, “the raise of nationalism” naiknya semangat nasionalis adalah efek langsung dari de-globalisasi, setiap negara menjadi fokusnya ke dalam negeri masing-masing. Impor menjadi LESS NEEDED, jadi tidak terlalu di perlukan. Dengan demikian ekpor juga menjadi less needed, Hanya yang penting-penting saja seperti energi dan pangan.
Harusnya, pejabat memanfaatkan semangat nasionalisme yang tumbuh karena efek covid, bukan malah membiarkan globalisasi mengurita seperti TKA hadir.
Secara analisa, kedepan volume ekpor impor dunia negara satu dengan yang lain akan berkurang. Setidaknya hingga akhir tahun 2022 seperti data dari Boston consulting Group.
Negara yang kaya seperti Indonesia menjadi mendapat peluang. Inilah mengapa si Bossman teriak-teriak sejak 2 bulan ini, agar mendapat perhatian pengelola negara. Pesannya sederhana, JANGAN PERDULIKAN asing-aseng. Lupakan FDI, lupakan bangun pakai dolar. Lupakan pinjaman dolar. Eh sama buzzer di bilang ngak NKRI, ngak dukung pemerintah, ancuk kon buzzerp!!
Demi membangkitkan rasa nasionalisme, Kalau perlu lupakan bayar tagihan, anggap saja IMF itu debt collector. Masuk gank tempat kita, kita gebukin aja di masa pendemic kayak gini bagaimana hahaha.
Ya ngak gitu sih, Ngak lah, hutang tetap harus di bayar, tenang aja, kalau bisa yang ngutang yang bayar bahkan nanti sampai ngak jabat, kejar aja. Dan mulai sekarang, kedepannya kita ngak ngutang lagi ya.
Karena dalam negeri sekarang dan kedepan menjadi penting, menjadi meningkat semangat nasionalismenya, inilah masa kita FOKUS DI PRODUKSI dan transaski dalam negeri yang driven nya doronganya terbesar adalah barang konsumsi, barang yang habis di pakai. Consumble goods. Kita mulai genjot.
Kita khan KAUM POST KEYNESIAN, kita create demand berbareng dengan create supply. Itu teori MMT nya.
Jangan MMT printing money di pakai untuk create demand dengan BLT, bubrah negara. Sudah lah kalau ngak faham ekonomi MMT jangan di pakai itu printing money, kalau bossman ini yang ngawal, baru bisa di percaya. Bener gitu ya? pemrakarsa MMT yang sudah 5 tahun kalau di perlukan idenya, siaaap!
Yang kedua, untuk menjaga currency dari fluktuasi turun naik yang ekstrim maka secara pribadi anda sahabat semua ada baiknya mengunakan sistem aplikasi berbasis sistem pembayaran nasional yang berlaku di seluruh Indonesia sebagai alat transaksi dan ATM anjungan tunai yang berlaku di seluruh Indonesia.
Kalau emoney ala dana, ovo, gopay, anda bisa ambil ATM kah?, jawabnya tidak!. Lalu kalau pakai yang sejenis misalnya genius tarik tunai kena 3,5% karena platformnya credit card visa atau mastercard, tetapi kalau pakai sistem pembayaran nasional jadi free transaksinya.
Jadi semangat kebangkitan nasionalisme ini harus kita manfaatkan, Indonesia untuk Indonesia. De-globalisasi adalah kembalinya semangat persatuan bangsa menjadi cinta tanah air di Indonesia.
Sahabat, ada produk baru yang telah meluncur 20 Mei 2020 ini, masih soft opening hanya untuk kalangan terbatas dulu.
Produk itu berbasis sistem pembayaran nasional, ini bukan produk investasi, ini alat bayar. Berlaku di semua ATM di Indonesia dan EDC di seluruh Indonesia. Inilah produk pertama di Indonesia.
Pada saat anda membuka rekening di aplikasi ini, anda statusnya adalah MEMBELI EMAS. Karena setiap rupiah anda, 100% membeli emas atau ada emasnya.
Katakan anda punya 5 juta, maka dengan membuka rekening di aplikasi ini, rupiah yang 5 juta tadi ada emas 5 koma sekian gram underlayingnya.
Ketika harga emas naik, maka rupiah anda naik, ketika harga emas turun, rupiah anda juga turun.
Dengan demikian, rupiah anda semua, ada underlyingnya, dimana kita tahu, emas adalah benda logam mulia yang stabil nilainya sepanjang jaman.
Rupiah anda secara pribadi sekarang ada PENGAMAN inflasi alami.
Aplikasi DINARAN ini telah soft launching pada 20 Mei 2020, jam 20.00 ini.
Dinaran telah siap sejak lama dan sekarang sudah lengkap seluruh persyaratan untuk komersial plus ber kolaborasi lembaga keuangan resmi yang sah berlaku di Indonesia.
Dinaran itu sederhana, sesederhana punya ATM di bank.