Pada hakekatnya demokrasi adalah pandangan yang mengutamakan persamaan hak dan kewajiban dan perlakuan yang sama bagi suatu Negara terhadap pada warganya yang diatur secara konstitusional oleh Negara atau pemerintah. Ada yang mengistilahkan dengan kekuasaan ditangan rakyat atau dari oleh dan umtuk rakyat.
Dalam perkembangan zaman munculnya pandangan demokrasi dari sistem feodal yang dianggap tidak baik dan tidak memberi kebebasan atau tidak pro rakyat. Dalam hal ini, ada dua pandangan terkait demokrasi, yaitu demokrasi libertarian, dimana hanya mengatur secara politik saja, sosial dan ekonomi dianggap urusan privat. Atau individu.
Dan demokrasi sosial, dimana mengatur secara konstitusional secara menyerluruh baik politik, sosial dan ekonomi(baca demokrasi libertarian & demokrasi sosial. Thomas Meyer). Sejauh ini, anggapan yang lebih baik tertuju pada demokrasi sosial. Karena dianggap menyeluruh secara konstitusional. Idealnya, rakyat memiliki keduddukan yang sama dalam hak dan kewajiban.
Menilik Bangsa Indonesia secara framing dan konseptual menerapkan demokrasi sosial. Namun secara realitas masih membutuhkan analisa atau re-view kembali terhadap keadaan yang ada. Terutama pada bagian ujung tombak dalam hal ini masyarakat di desa-desa.
Banyak sekali masyarakat yang mulai luntur kepercayaannya terhadap pilar-pilar demokrasi, katakanlah parpol, instansi-instansi Negara. Banyak yang bersikap apatis karena perilaku-perilaku pemangku pilar demokrasi tadi tidak sebagaimana mestinya demokratis.
Sosialisasi dan Diplomasi
Dari beberapa hal diatas, maka perlu kiranya kita untuk mengembalikan atau membangun kembali kepada arah dimana sesungguhnya berarah. Dalam hal ini, ada pandangan menarik dari Gene Sharp dan analisa Prof. Dr. Franz Magnis Suseno, SJ. Untuk kemudian bisa kita terapkan dalam melakukan pengembalian dan pembangunan kembali tadi.
Mereka berpandangan, bahwa rakyat menjadi kekuatan utama. Menyadarkan masyarakat dengan melakukan sosialisasi secara terus menerus adalah salah satu cara untuk pencegahan terjadinya sesuatu hal diatas. Kemudian dilanjutkan dengan pengawalan terhadap instansi dengan melakukan diplomasi atau pendekatan untuk agar mendengar dan melihat kondisi masyarakat yeng mulai sadar dan disadarkan tersebut.
Controlling intens
Lalu kemudian, ketikat dua hal diatas sudah berjalan, saatnya melakukan controlling secara intens dengan menekankan transparansi simbiosis mutualisme. Terus mengabarkan atau mempublish perkembangan di masyarakat dan kinerja-kinerja instansi berbasis IT, bisa menggunakan media sosial ataupun media massa.
Sehingga dari hal ini, sangatlah mungkin tercipta suasana kebersamaan yang demokratis antara pemerintah dan akar rumput yang demokratis. Dan apa yang diinginkan sama-sama terealisasi tidak ada yang merasa dirugikan secara ketimpangan dan demokrasi sosial yang menjadi farming kita tercipta dan terlaksana dengan baik dan lancar.
Tentang Penulis: Abdullah Sahuri, penulis buku Aku Membaca “Membaca Gerbang Dunia” terbitan KBM 2019.