Ad image

Hari Santri Nasional 2023: Apakah Santri Sudah Siap Menghadapi Era Digital?

Rasyiqi By Rasyiqi - Writer, Saintific Enthusiast
7 Min Read
Hari Santri Nasional 2023: Apakah Santri Sudah Siap Menghadapi Era Digital?
Hari Santri Nasional 2023: Apakah Santri Sudah Siap Menghadapi Era Digital?
- Advertisement -

jfid – Hari Santri Nasional diperingati setiap tanggal 22 Oktober sebagai penghargaan kepada para santri yang telah berjasa dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Tahun ini, tema Hari Santri Nasional adalah “Jihad Santri Jayakan Negeri”. Tema ini mengajak para santri untuk terus berjuang dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, selain ilmu agama, demi kemajuan bangsa dan negara.

Namun, apakah para santri sudah siap menghadapi era digital yang semakin berkembang pesat? Apakah mereka sudah menguasai ilmu-ilmu yang relevan dengan tantangan zaman, seperti Sains, Teknologi, Engineering, dan Matematika (STEM)? Apakah mereka sudah mampu bersaing dengan generasi muda lainnya yang lebih terbuka dengan informasi dan inovasi?

Menurut data dari Kementerian Agama, jumlah pesantren di Indonesia pada tahun 2023 mencapai 32.000 dengan jumlah santri sekitar 5 juta orang.

Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia yang memiliki peran penting dalam membentuk karakter dan moral bangsa.

Pesantren juga menjadi tempat bagi para santri untuk mempelajari ilmu-ilmu keislaman, seperti Al-Quran, Hadis, Fiqih, Tasawuf, Nahwu Shorof, dan lain-lain.

Namun, di sisi lain, pesantren juga dihadapkan dengan tantangan untuk mengikuti perkembangan zaman yang semakin cepat dan kompleks. Di era digital, ilmu pengetahuan dan teknologi tidak bisa diabaikan begitu saja.

Ilmu-ilmu seperti STEM menjadi sangat penting untuk dikuasai oleh para santri agar mereka bisa berkontribusi dalam pembangunan dan kemajuan bangsa.

Sayangnya, masih banyak pesantren yang belum mampu memberikan pendidikan STEM yang memadai bagi para santrinya.

Faktor-faktor Penyebab

Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:

Kurangnya fasilitas dan sarana prasarana yang mendukung pembelajaran STEM, seperti laboratorium, komputer, internet, buku-buku referensi, dan lain-lain.

Kurangnya tenaga pengajar yang kompeten dan berpengalaman dalam bidang STEM. Banyak guru-guru di pesantren yang hanya lulusan pesantren atau perguruan tinggi agama yang belum memiliki keterampilan dan pengetahuan yang cukup dalam bidang STEM.

Kurangnya kurikulum dan metode pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan zaman. Banyak pesantren yang masih menggunakan kurikulum dan metode pembelajaran yang klasik dan tradisional yang tidak menstimulasi kreativitas dan inovasi para santri.

Selain itu, banyak pesantren yang masih mengutamakan ilmu agama daripada ilmu umum sehingga mengabaikan pentingnya keseimbangan antara kedua jenis ilmu tersebut.

Kurangnya motivasi dan minat dari para santri sendiri untuk belajar STEM. Banyak santri yang merasa bahwa ilmu-ilmu seperti STEM tidak relevan dengan tujuan mereka belajar di pesantren, yaitu untuk mendalami ilmu agama.

Mereka juga merasa bahwa ilmu-ilmu seperti STEM terlalu sulit dan membosankan untuk dipelajari. Selain itu, mereka juga kurang mendapatkan dukungan dan dorongan dari lingkungan sekitar mereka, baik dari keluarga, teman-teman, maupun masyarakat.

Akibat dari kondisi ini adalah rendahnya kualitas dan kompetensi para santri dalam bidang STEM. Hal ini tentu sangat merugikan bagi masa depan mereka sendiri maupun bagi bangsa dan negara.

Para santri akan kesulitan untuk bersaing dengan generasi muda lainnya yang lebih siap menghadapi era digital.

Mereka juga akan kesulitan untuk berkontribusi dalam bidang-bidang strategis yang membutuhkan keahlian STEM, seperti ekonomi, industri, pertanian, kesehatan, lingkungan, pertahanan, dan lain-lain.

Oleh karena itu, perlu adanya upaya-upaya nyata dari berbagai pihak untuk meningkatkan kualitas dan kompetensi para santri dalam bidang STEM.

Langkah yang Harus Dilakukan

Beberapa langkah yang bisa dilakukan adalah:

Meningkatkan fasilitas dan sarana prasarana yang mendukung pembelajaran STEM di pesantren, seperti menyediakan laboratorium, komputer, internet, buku-buku referensi, dan lain-lain. Hal ini bisa dilakukan dengan bantuan dari pemerintah, swasta, maupun masyarakat.

Meningkatkan kualitas dan kuantitas tenaga pengajar yang kompeten dan berpengalaman dalam bidang STEM. Hal ini bisa dilakukan dengan memberikan pelatihan, bimbingan, beasiswa, insentif, dan lain-lain bagi guru-guru di pesantren yang ingin meningkatkan kemampuan mereka dalam bidang STEM.

Selain itu, juga bisa dilakukan dengan mengundang atau menggandeng tenaga pengajar dari luar pesantren yang ahli dalam bidang STEM untuk berbagi ilmu dan pengalaman dengan para santri.

Meningkatkan kurikulum dan metode pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan zaman. Hal ini bisa dilakukan dengan merevisi atau menyusun ulang kurikulum yang ada di pesantren agar lebih seimbang antara ilmu agama dan ilmu umum, khususnya STEM.

Selain itu, juga bisa dilakukan dengan menerapkan metode pembelajaran yang lebih aktif, kreatif, inovatif, dan menyenangkan bagi para santri, seperti project-based learning, problem-based learning, inquiry-based learning, dan lain-lain.

Meningkatkan motivasi dan minat dari para santri sendiri untuk belajar STEM. Hal ini bisa dilakukan dengan memberikan pemahaman dan kesadaran kepada para santri tentang pentingnya ilmu-ilmu seperti STEM bagi masa depan mereka sendiri maupun bagi bangsa dan negara.

Selain itu, juga bisa dilakukan dengan memberikan apresiasi, penghargaan, beasiswa, lomba, atau kesempatan-kesempatan lainnya bagi para santri yang berprestasi dalam bidang STEM.

Selain itu, juga bisa dilakukan dengan memberikan contoh-contoh nyata dari para santri atau alumni pesantren yang sukses dalam bidang STEM.

Dengan demikian, diharapkan para santri bisa lebih siap menghadapi era digital yang semakin berkembang pesat. Para santri tidak hanya menjadi pahlawan agama, tetapi juga menjadi pahlawan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Para santri tidak hanya menjadi penjaga tradisi, tetapi juga menjadi pelopor inovasi. Para santri tidak hanya menjadi jihadis kecil, tetapi juga menjadi jayawisata besar.

Selamat Hari Santri Nasional 2023! Semoga kita semua bisa menjadi santri yang berjihad untuk jayakan negeri!

- Advertisement -
Share This Article