Hamas Gunakan Perisai Manusia: Fakta atau Propaganda?

Rasyiqi
By Rasyiqi
8 Min Read
Perang Hamas Israel: Antara Kemerdekaan Palestina Dan Ancaman Perang Dunia Iii
Pemandangan menunjukkan rumah dan bangunan hancur akibat serangan Israel di Kota Gaza, 10 Oktober 2023. REUTERS/ Mohammed Salem

jfid – Konflik antara Israel dan Hamas di Jalur Gaza telah menimbulkan banyak korban jiwa dan kerusakan.

Salah satu isu yang sering muncul dalam konflik ini adalah dugaan bahwa Hamas menggunakan warga sipil sebagai perisai manusia untuk melindungi diri dari serangan Israel.

Apakah benar bahwa Hamas melakukan praktik ini? Bagaimana cara Hamas melakukannya? Dan apa dampaknya bagi warga sipil dan hukum humaniter internasional?

Perisai manusia adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan tindakan menggunakan orang-orang yang tidak berperang, seperti warga sipil atau tawanan, untuk mencegah serangan musuh terhadap target militer. Menurut pengadilan pidana internasional, menggunakan perisai manusia adalah kejahatan perang yang melanggar prinsip-prinsip distingsi dan proporsionalitas dalam hukum humaniter internasional.

Israel telah berulang kali menuduh Hamas menggunakan perisai manusia sebagai taktik dalam konflik saat ini dan dalam perang sebelumnya pada tahun 2014.

Israel mengklaim bahwa Hamas menempatkan bagian dari sistem terowongan militer dan jaringan komando di bawah objek-objek sipil seperti rumah sakit, sekolah, atau masjid.

Israel juga mengatakan bahwa Hamas menembakkan roket dari daerah-daerah yang padat penduduk dan mendorong atau memaksa warga sipil untuk tetap tinggal di sana atau berkumpul di atap rumah untuk mencegah serangan udara Israel.

Hamas, di sisi lain, membantah tuduhan Israel dan mengatakan bahwa Israel menggunakan perisai manusia sebagai alasan untuk membombardir warga sipil yang tidak bersalah.

Hamas juga menyalahkan blokade Israel atas Gaza yang membuat warga sipil tidak punya tempat untuk mengungsi atau melindungi diri dari serangan Israel.

Hamas juga menuduh Israel menggunakan perisai manusia dengan menempatkan basis militer di dekat daerah-daerah sipil di Israel.

Siapa yang benar dalam klaim-klaim ini? Sulit untuk memverifikasi kebenaran atau kebohongan dari kedua belah pihak, karena akses media dan pengamat independen ke Gaza sangat terbatas dan berbahaya.

Namun, ada beberapa bukti yang dapat digunakan untuk menilai klaim-klaim tersebut, seperti rekaman video, foto, kesaksian, laporan, dan data statistik.

Salah satu bukti yang sering dikutip oleh Israel adalah rekaman video yang dirilis oleh pasukan pertahanan Israel (IDF) yang menunjukkan roket-roket Hamas yang ditembakkan dari dekat taman bermain anak-anak, sekolah, dan rumah sakit di Gaza.

Video-video ini dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa Hamas sengaja menempatkan roket-roketnya di dekat fasilitas-fasilitas yang seharusnya dilindungi menurut konvensi Jenewa, dan menggunakan warga sipil sebagai perisai manusia.

Namun, bukti ini juga dapat dipertanyakan dari beberapa sudut pandang.

Pertama, tidak jelas apakah video-video tersebut benar-benar merekam roket-roket Hamas atau roket-roket kelompok militan lainnya di Gaza, seperti Jihad Islam atau Brigade Martir Al-Aqsa, yang mungkin memiliki taktik dan tujuan yang berbeda dari Hamas.

Kedua, tidak jelas apakah warga sipil yang berada di dekat roket-roket tersebut mengetahui adanya roket-roket tersebut atau tidak, atau apakah mereka dipaksa atau dibujuk oleh Hamas untuk tetap tinggal di sana atau tidak.

Ketiga, tidak jelas apakah roket-roket tersebut benar-benar menimbulkan ancaman yang signifikan bagi Israel atau tidak, mengingat bahwa sebagian besar roket-roket tersebut dapat diintersep oleh sistem pertahanan udara Iron Dome Israel, atau jatuh di daerah-daerah yang tidak berpenghuni.

Bukti lain yang sering dikutip oleh Israel adalah kesaksian dari anggota-anggota Hamas yang ditangkap atau ditawan oleh Israel, yang mengaku bahwa Hamas menggunakan rumah sakit, sekolah, dan masjid sebagai tempat bersembunyi atau menyimpan senjata.

Salah satu contohnya adalah kesaksian dari dua anggota sayap bersenjata Hamas, Nukhba, yang menyusup ke Israel pada 7 Oktober 2023 dan ditangkap oleh IDF. Mereka mengatakan bahwa Hamas menggunakan rumah sakit di Gaza untuk melindungi diri dari serangan Israel.

Namun, bukti ini juga dapat dipertanyakan dari beberapa sudut pandang.

Pertama, tidak jelas apakah kesaksian tersebut diberikan secara sukarela atau dipaksa oleh Israel, atau apakah mereka benar-benar mewakili pandangan atau praktik Hamas secara keseluruhan atau tidak.

Kedua, tidak jelas apakah kesaksian tersebut benar-benar mencerminkan kenyataan di lapangan atau tidak, atau apakah mereka dibesar-besarkan atau dimanipulasi oleh Israel untuk tujuan propaganda atau tidak.

Ketiga, tidak jelas apakah kesaksian tersebut benar-benar relevan atau tidak, mengingat bahwa Hamas bukan satu-satunya kelompok bersenjata di Gaza, dan bahwa Israel juga telah menargetkan rumah sakit, sekolah, dan masjid di Gaza tanpa memperhatikan apakah ada aktivitas militer di sana atau tidak.

Bukti lain yang sering dikutip oleh Israel adalah data statistik yang menunjukkan bahwa jumlah korban jiwa sipil di Gaza jauh lebih tinggi daripada di Israel, dan bahwa proporsi perempuan dan anak-anak di antara korban jiwa sipil di Gaza juga jauh lebih tinggi daripada di Israel.

Israel mengatakan bahwa data ini menunjukkan bahwa Hamas tidak peduli dengan nyawa warga sipilnya sendiri, dan menggunakan mereka sebagai perisai manusia untuk mendapatkan simpati internasional.

Namun, bukti ini juga dapat dipertanyakan dari beberapa sudut pandang.

Pertama, tidak jelas apakah data tersebut akurat atau tidak, mengingat bahwa sumber-sumber data tersebut berasal dari pihak-pihak yang berkepentingan, seperti otoritas Israel, Hamas, atau PBB, yang mungkin memiliki standar atau kriteria yang berbeda untuk menghitung atau mengklasifikasikan korban jiwa sipil atau militer.

Kedua, tidak jelas apakah data tersebut adil atau tidak, mengingat bahwa kondisi di Gaza dan Israel sangat berbeda, dan bahwa warga sipil di Gaza menghadapi risiko yang jauh lebih besar daripada warga sipil di Israel, karena faktor-faktor seperti kepadatan penduduk, kemiskinan, blokade, kurangnya perlindungan sipil, dan ketidakseimbangan kekuatan militer.

Ketiga, tidak jelas apakah data tersebut relevan atau tidak, mengingat bahwa jumlah atau proporsi korban jiwa sipil tidak selalu mencerminkan penggunaan perisai manusia atau tidak, dan bahwa Israel juga dapat dituduh menggunakan perisai manusia dengan menargetkan warga sipil di Gaza sebagai balasan atas serangan roket Hamas.

Dari analisis di atas, dapat disimpulkan bahwa klaim Israel bahwa Hamas menggunakan perisai manusia tidak dapat dibuktikan atau dibantah secara pasti, karena kurangnya bukti yang kuat, objektif, dan independen.

Namun, dapat juga disimpulkan bahwa klaim Israel tersebut tidak dapat dijadikan sebagai alasan atau pembenaran untuk menyerang warga sipil di Gaza, karena melanggar hukum humaniter internasional yang mengharuskan semua pihak untuk menghormati prinsip-prinsip distingsi, proporsionalitas, dan pencegahan kerugian sipil.

Oleh karena itu, yang dibutuhkan sekarang bukanlah saling menuduh atau membela diri, melainkan saling menghentikan kekerasan dan menegakkan hukum. Israel harus menghentikan serangan udara yang menargetkan warga

Sipil di Gaza, dan menghormati hukum humaniter internasional. Hamas harus menghentikan serangan roket yang menargetkan warga sipil di Israel, dan menghormati hukum humaniter internasional. Kedua belah pihak harus kembali ke meja perundingan untuk mencari solusi damai dan adil bagi konflik yang telah berlangsung terlalu lama ini.

*Ikuti jfid di Google News, Klik Disini.
*Segala sanggahan, kritik, saran dan koreksi atau punya opini sendiri?, kirim ke email [email protected]

Share This Article