• Arta
  • Siasat
  • Tahta
  • Sasana
  • Histori
  • Rupa-Rupa
  • Flash
  • Kolumnis
  • Warta
    • Advertorial
    • Birokrasi
    • Budaya
    • Hukum dan Kriminal
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Peristiwa
    • Politik
    • Profil
    • Surat Publik
    • Wisata
Menu
  • Arta
  • Siasat
  • Tahta
  • Sasana
  • Histori
  • Rupa-Rupa
  • Flash
  • Kolumnis
  • Warta
    • Advertorial
    • Birokrasi
    • Budaya
    • Hukum dan Kriminal
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Peristiwa
    • Politik
    • Profil
    • Surat Publik
    • Wisata
Search
Close
Search
Close
  • Arta
  • Siasat
  • Tahta
  • Sasana
  • Histori
  • Rupa-Rupa
  • Flash
  • Kolumnis
  • Warta
    • Advertorial
    • Birokrasi
    • Budaya
    • Hukum dan Kriminal
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Peristiwa
    • Politik
    • Profil
    • Surat Publik
    • Wisata
Menu
  • Arta
  • Siasat
  • Tahta
  • Sasana
  • Histori
  • Rupa-Rupa
  • Flash
  • Kolumnis
  • Warta
    • Advertorial
    • Birokrasi
    • Budaya
    • Hukum dan Kriminal
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Peristiwa
    • Politik
    • Profil
    • Surat Publik
    • Wisata
Home»Headline
3 Mins Read

Hama Tikus, Kelangkaan Pupuk dan Pemangkasan 6 Triliun

By Deni Puja PranataJanuari 29, 2021
Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Email Telegram WhatsApp
Petani alami kelangkaan pupuk dan insert hama tikus
Petani alami kelangkaan pupuk dan insert hama tikus

jfid – Di tengah situasi pandemi, petani Indonesia dihadapkan dengan cekikan hama tikus, kelangkaan pupuk dan pemangkasan anggaran kementerian pertanian (Kementan) sebesar 6,33 Triliun. Ini ancaman serius ketahanan pangan atau logika pemerintah yang nantinya untuk pembenaran impor beras.

Saat masa tanam tiba, hama utama adalah tikus sawah, golongan mamalia menyusui ini, musuh besar petani. Serangan tikus pada batang padi berpotensi mengurangi produksi panen. Maka, pencegahan dan antisipasi yang dilakukan para petani dengan menjebak, penyemprotan pestisida dan meracun. Hal tersebut menjadikan pembengkakan biaya operasional petani. Sedangkan nilai produsksi panen tidak bertambah.

Jika 6 Triliun dimanfaatkan untuk membangun pabrik racun hama tikus. Setidaknya, berdiri puluhan pabrik. Indonesia tidak perlu lagi impor racun hama tikus ke China. Dan para petani tidak perlu membeli racun tikus dengan merk bertuliskan huruf Mandarin.

Fenomena unik di Indonesia, bukan hanya persawahan yang menjadi rumah tikus, beberapa pabrik mie justru menjadi sarang tikus. Kenapa Indonesia tidak banyak membangun pabrik racun tikus?

Korelasi pabrik racun tikus dan peningkatan produksi gabah kering giling (GKG) dirasa menjadi subtansi untuk Indonesia bisa ekspor beras.

Jika di tahun 2020, Pemerintah bangga karena tidak impor beras, itu adalah logika terbalik. Seharusnya, pemerintah berbangga, jika berhasil ekspor komoditi terutama beras dan jagung. Karena di areal persawahan, tidak ada virus corona.Wajar, jika Pak Joko marah, dengan subsidi pupuk pertahun senilai Rp.33 Triliun yang tak berdampak signifikan pada peningkatan ekspor komiditi.

Walau di sawah tak ada corona, para petani ibarat jatuh tertimpa tangga. Selain hama tikus, ada mafia pupuk yang menyebabkan kelangkaan pupuk bersubsidi. Pak Joko menilai, ada yang salah urus dengan subsidi pupuk 33 triliun.

Kemarin, Kamis (28/1/2021) Polres Blora melakukan jumpa pers tentang hasil tangkapan penyelewengan pupuk bersubsidi yang tidak diperuntukkan sebagaimana mestinya.

Polisi mengamankan 160 sak pupuk jenis ZA yang secara keseluruhan berjumlah 8 ton. Diketahui, truk pengangkut pupuk tersebut, milik PT. Suramadu Perkasa, Desa Tambelengan kabupaten Sampang.

“Kapolres Blora AKBP Wiraga Dimas Tama mengungkapkan pelaku berinisial DA mendapatkan pupuk tersebut dari Madura, Jawa Timur. Tersangka membeli pupuk-pupuk itu dengan harga Rp 141 ribu per karung,” sebagaimana dikutip dari kompas.com.

Disatu sisi, Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, selalu menyangkal, jika pupuk langka.
Bagaimana tidak langka, jika penyaluran pupuk subsidi tidak diperuntukkan sebagaimana mestinya.

Panen petani padi, berdasarkan penghitungan Badan Pusat Statistik (BPS), produksi padi 2020 diperkirakan akan meningkat 1,02 % dibandingkan dengan tahun lalu. Produksi padi ditaksir mencapai 55,16 juta ton gabah kering giling (GKG) atau bertambah 556.510 ton dibandingkan dengan 2019 yang mencapai 54,60 juta ton GKG.

Lantas bagaimana di tahun 2021? Diawal tahun saja, pupuk bersubsidi sudah disalahgunakan.

Share. Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Telegram WhatsApp

Baca Juga

Jacob Ereste, penulis produktif di usia yang tak lagi muda (foto: dok. Redaksi jurnal faktual.id)

Menulis untuk Menjaga Akal Tetap Sehat

5 Mins Read

Eksploitasi dan Perdagangan Manusia

6 Mins Read
"Tingwe," 90x100 cm, kapur di atas papan, Heru Harjo Hutomo, 2020.

Nggumun

4 Mins Read
Gambar ilustrasi kekuatan barat dan timur (foto: istimewa)

SDA Indonesia di antara Jepitan Ambisi Barat dan Idealisme Timur

6 Mins Read
Perang Rusia-Ukraina (foto: istimewa)

Menyoal Kecongkaan dan Hegemoni Barat atas Invasi Rusia terhadap Ukraina

4 Mins Read
Warga Desa Wadas/Foto: ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah

Masih Tentang Wadas

3 Mins Read
Add A Comment

Leave A Reply Cancel Reply

Anda harus masuk untuk berkomentar.

Navigasi:
  • Tentang
  • Redaksi
  • Privacy Policy
  • Periklanan
  • Tentang
  • Redaksi
  • Privacy Policy
  • Periklanan
Menu
  • Tentang
  • Redaksi
  • Privacy Policy
  • Periklanan
Facebook Twitter Youtube Instagram

Copyright © 2022 Jurrnalfaktual.id. All Rights Reserved

  • Tentang
  • Redaksi
  • Privacy Policy
  • Periklanan
Menu
  • Tentang
  • Redaksi
  • Privacy Policy
  • Periklanan

Copyright © 2022 BeramalBaik. All Rights Reserved

Home

Indeks

Nulis

Login

Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.

  • Arta
  • Flash
  • Headline
  • Histori
  • Kolumnis
  • Rupa-Rupa
  • Sasana
  • Siasat
  • Tahta
Menu
  • Arta
  • Flash
  • Headline
  • Histori
  • Kolumnis
  • Rupa-Rupa
  • Sasana
  • Siasat
  • Tahta

Berlangganan Pembaruan

Dapatkan artikel-artikel berita kreatif dari jf.id

Facebook Twitter Pinterest YouTube WhatsApp TikTok Telegram Discord RSS