Asal-Usul Babi Ngepet, Siluman Kaya Mendadak yang Bikin Heboh Masyarakat Indonesia

Noer Huda
3 Min Read
Asal-Usul Babi Ngepet, Siluman Kaya Mendadak yang Bikin Heboh Masyarakat Indonesia
Asal-Usul Babi Ngepet, Siluman Kaya Mendadak yang Bikin Heboh Masyarakat Indonesia

jfid – Babi ngepet adalah salah satu mitos yang cukup populer di masyarakat Indonesia.

Babi ngepet digambarkan sebagai siluman babi yang bisa mengambil uang orang dengan hanya menggesek-gesekan tubuhnya pada dinding rumah.

Babi ngepet juga diyakini sebagai jelmaan manusia yang berubah wujud pada malam hari dan menjadi babi untuk mencuri uang.

Namun, apakah Anda tahu dari mana asal-usul babi ngepet? Apakah ada penjelasan logis di balik mitos ini?

Sejarawan dan peneliti dari Nanyang Technological University Singapore, Christopher Reinhart, memberikan jawaban menarik atas pertanyaan-pertanyaan tersebut.

Latar Belakang Sejarah

Menurut Reinhart, babi ngepet mulai muncul sejak masa Cultuurstelsel atau tanam paksa pada 1830-1870.

Pada masa itu, banyak orang-orang kaya baru di kalangan masyarakat Jawa, terutama para pedagang dari kaum pribumi atau Tionghoa yang menjadi kaya raya dalam sekejap.

Kondisi ini menimbulkan keheranan di tengah masyarakat petani yang hidupnya sederhana. Mereka tidak melihat proses dan usaha jelas yang dilakukan oleh orang-orang kaya baru itu.

Maka, mereka menuduh orang kaya tersebut mendapatkan harta dari cara yang tidak benar, yakni babi ngepet.

Makna Simbolis

Reinhart juga menyebut bahwa babi ngepet memiliki makna simbolis bagi masyarakat petani.

Babi ngepet dipakai sebagai cara untuk memberikan kesan buruk kepada rekan sesama petani bahwa orang-orang kaya itu adalah para kapitalis jahat yang harus dijauhi.

Alasannya karena sewaktu-waktu orang kaya tersebut mampu membeli sumber daya para petani, seperti sawah atau hasil taninya secara murah, yang jika terjadi petani tersebut akan mengalami kemiskinan dan terjerat dalam utang.

“Jadi, tuduhan dan imajinasi babi ngepet bisa dikatakan sebagai upaya mitigasi petani. Agar menjauhi orang kaya, agar tidak menjadi kaya, dan agar tidak terpengaruh orang kaya supaya tidak terjerumus ke dalam kesesatan,” ujar Reinhart.

Warisan Budaya

Reinhart menambahkan bahwa babi ngepet masih bertahan hingga sekarang karena masyarakat Indonesia selama bertahun-tahun bercorak agraris, yang menghargai kerja keras dan kejujuran.

Selain itu, masih banyak pula yang rendah secara pendidikan dan ekonomi, sehingga mudah percaya dengan hal-hal mistis.

Babi ngepet, meski hanya mitos, tetap menjadi bagian dari warisan budaya Indonesia yang menarik untuk dikaji.

Babi ngepet mengungkapkan dinamika sosial, ekonomi, dan politik yang terjadi di masa lalu, sekaligus menjadi cerminan nilai-nilai yang dipegang oleh masyarakat Indonesia.

*Ikuti jfid di Google News, Klik Disini.
*Segala sanggahan, kritik, saran dan koreksi atau punya opini sendiri?, kirim ke email [email protected]

Share This Article