Harga Tembakau Ambruk, PT. Surya Kahuripan Vs Petani

Rasyiqi
By Rasyiqi
3 Min Read
Hadi, Petani asal Kabupaten Sumenep, usai panen tembakau (Foto: Redaksi)
Hadi, Petani asal Kabupaten Sumenep, usai panen tembakau (Foto: Redaksi)

Sumenep, jurnalfaktual.id, – Memasuki musim akhir panen tembakau. Banyak keluhan dari para petani tembakau Sumenep, soal harga jual. Namun, ambruknya harga tembakau, dibantah oleh salah satu perusahaan yang membeli, yaitu: PT. Surya Kahuripan. Senin (9/9/2019) di Gudang Sansibar.

PT. Surya Kahuripan, salah satu perusahaan yang membeli hasil panen tembakau. Fredi (PT. Surya Kahuripan), saat dijumpai jurnalfaktual.id, pihaknya membantah, jika tembakau yang dibelinya dengan harga murah.

Menurutnya, harga tembakau dibeli sesuai dengan kemampuan uang perusahaan dan kwalitas tembakau.

“Saya pedagang, jika saya mampu, saya beli. Petani mana yang mengatakan harga tembakau murah, itu tidak benar. Anda harus tau, jika ada tembakau sawah dan ada tembakau gunung. Tentu, harganya tidak sama, itu berdasarkan kwalitas. Harga terendah Rp. 34.000 dan tertinggi Rp. 54.000,” tegasnya.

PT. Surya Kahuripan, hingga detik ini, telah membeli sebanyak 274 ton tembakau. Tembakau yang dibelinya, tidak hanya dari Kabupaten Sumenep. Dari luar Sumenep pun juga dibeli, (Tembakau Madura).

Dilain hal, Hadi (40) Petani tembakau, asal Desa Gunggung, Kecamatan Batuan, Kabupaten Sumenep, mengeluh, dengan ambruknya harga jual tembakau.

“Kwalitas tembakau sudah bagus, namun harga jual hanya cukup atau pas passan dengan modal bertani (sewa tanah, beli pupuk, bibit, dan bayar pekerja). Jika, harga murah seperti ini, mau makan apa keluarga saya. Tapi, murah atau mahal, saya tetap bertani,” terang Hadi, dengan pasrah.

Hadi, bertani tembakau, karena sudah menjadi pilihan hidupnya. Baginya, tidak ada pilihan selain bertani tembakau, entah harganya mahal ataupun murah. Karena suatu kewajaran, bertani tembakau, menjadi sebuah pengharapan.

Fredi (PT. Surya Kahuripan) menyampaikan, jika dirinya berdagang dan bergulat di dunia tembakau, kurang lebih 40 tahun.

“Saya berdagang sudah 40 tahun, tidak ada yang namanya petani merugi. Sejak, saya muda hingga saat ini, petani masih menanam tembakau. Itu artinya petani untung,” terangnya.

Fredi menambahkan, jika harga mengikuti kwalitas tembakau. Banyak problem soal kwalitas tembakau. Berbagai faktor mempengaruhi kwalitas dan harga. Seperti faktor pemupukan, pembibitan, dan cuaca.

Fredi mempertanyakan pada semua petani Tembakau. Apakah hasil taninya dijual langsung ke Perusahaan?

“Dijual kesiapa tembakaunya petani? Dijual ke bandolan atau pengepul? Jika dijual ke gudang dengan harga rendah, mana nota penjualannya?,” imbuhnya.

Jurnalfaktual.id, menyajikan pertanyaan bagi khalayak pembaca. Jika benar masyarakat petani lebih jujur dari seorang pengusaha, kenapa petani usai ditemui sore tadi, mengusap air matanya.

Laporan: Deni Puja Pranata

*Ikuti jfid di Google News, Klik Disini.
*Segala sanggahan, kritik, saran dan koreksi atau punya opini sendiri?, kirim ke email [email protected]

Share This Article