jfid – GoTo, perusahaan teknologi hasil merger dua startup terkemuka di Indonesia, yakni Gojek dan Tokopedia, baru-baru ini menjadi sorotan ketika sahamnya mengalami penurunan drastis hingga mencapai level terendah.
Penurunan ini merupakan hasil dari beberapa faktor kompleks yang mempengaruhi pasar saham perusahaan tersebut.
Pertama, GoTo baru-baru ini berhasil mengumpulkan dana segar melalui proses penambahan modal dengan melibatkan investor strategis melalui skema private placement.
Dalam transaksi ini, Bhinneka Holdings berhasil mengakuisisi 17,04 miliar saham baru GoTo dengan harga pelaksanaan Rp 90/saham, menyuntikkan dana segar sebesar Rp 1,53 triliun ke perusahaan.
Meskipun demikian, ironisnya, investor justru bereaksi dengan melepas saham GoTo setelah transaksi ini terjadi.
Aksi jual saham yang signifikan terjadi setelah Bhinneka Holdings, yang mendapat dana dari International Finance Corporation (IFC), lembaga keuangan global bagian dari Grup Bank Dunia, menjadi pemegang saham utama GoTo.
Selain itu, penurunan harga saham GoTo sebesar 15 persen dalam sepekan terakhir juga dipengaruhi oleh keraguan investor terkait pengumuman perombakan direksi dan komisaris perusahaan.
Analis Trimegah Sekuritas, Rovandi, menyatakan bahwa ketidakpastian ini berdampak signifikan terhadap kinerja saham GoTo.
Hans Patuwo, seorang pakar pasar modal, mengidentifikasi tiga faktor utama yang mempengaruhi kinerja operasional GoTo dan menyebabkan penurunan harga sahamnya sejak akhir November.
Faktor pertama adalah kondisi makroekonomi yang tidak stabil, yang menciptakan ketidakpastian di pasar keuangan secara keseluruhan.
Faktor kedua adalah situasi pasar modal yang berfluktuasi, yang membuat investor cenderung bersikap hati-hati dalam mengambil keputusan investasi.
Faktor ketiga adalah persaingan yang semakin ketat di industri teknologi, yang menuntut GoTo untuk terus berinovasi dan beradaptasi dengan cepat.
Terakhir, kekhawatiran investor juga dipicu oleh periode penguncian saham atau lock-up period yang berakhir.
Saat periode ini berakhir, investor yang awalnya terikat oleh peraturan ini dapat melepas sahamnya, menciptakan ketidakpastian tambahan di pasar saham GoTo.
Meskipun menghadapi tantangan serius, GoTo tetap berkomitmen untuk memperkuat fundamental perusahaannya dan merespons dinamika pasar dengan bijak.
Dalam menghadapi ketidakpastian ini, kepemimpinan yang kuat dan strategi yang tepat akan menjadi kunci bagi GoTo untuk tetap bersaing dan bertumbuh di era pasca-merger yang penuh dengan kompleksitas ini.