Indonesia Menuju Swasembada Energi Terbarukan pada 2050, Apa Tantangannya?

Rasyiqi
By Rasyiqi
7 Min Read

jfid – Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi negara swasembada energi terbarukan pada 2050. Hal ini disampaikan oleh beberapa tokoh dan ahli yang optimis dengan perkembangan dan kemajuan teknologi di bidang energi terbarukan di Indonesia.

Salah satu tokoh yang menyuarakan hal ini adalah Gubernur Jawa Barat sekaligus Ketua Asosiasi Daerah Penghasil Migas dan Energi Terbarukan (ADPMET), Ridwan Kamil. Dalam kunjungan kerjanya ke Banda Aceh pada akhir Desember 2021, Ridwan Kamil mengatakan bahwa Indonesia bisa jadi negara swasembada energi terbarukan pada 2050, asalkan ada kemauan politik yang kuat .

“Hasil penelitian tahun 2050, Indonesia bisa swasembada energi dari angin, air, matahari, dan sebagainya. Pertanyaannya, mau apa tidak?” ujar Ridwan Kamil di hadapan mahasiswa dan pelajar Energi Milenial Indonesia Raya (EMIR) .

Menurut Ridwan Kamil, yang menjadi kendala saat ini bukanlah sumber daya atau teknologinya, melainkan kemauan dari semua pihak untuk beralih ke energi terbarukan yang lebih ramah lingkungan. Ia mengajak kaum milenial untuk memilih motor listrik sebagai salah satu cara untuk mendukung pengembangan energi terbarukan di masa depan .

“Kalau ada pilihan beli motor berbahan bakar bensin atau listrik, maka pilihlah motor listrik. Karena itu sudah lebih dari cukup untuk mendorong tren energi terbarukan di masa depan,” tuturnya .

Ia juga mendorong agar PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN mulai fokus pada pemanfaatan energi listrik yang bersumber dari angin, panas, air, dan energi ramah lainnya. Ia berharap PLN bisa mengurangi ketergantungan pada batu bara sebagai sumber energi utama .

“Sambil kita dorong PLN juga listriknya jangan dari batu bara lagi, tapi mulai fokus pada energi yang bersumber dari angin, panas, air, dan lainnya,” ujarnya .

Ridwan Kamil menilai bahwa Aceh memiliki potensi besar untuk menjadi contoh dalam pengembangan energi terbarukan di Indonesia. Ia mengatakan bahwa Aceh mewakili Indonesia karena semua sumber energi terbarukan ada di Tanah Rencong .

“Panas matahari ada, angin dan air banyak tinggal mau memilih menu yang mana karena semuanya ada di sini,” jelasnya .

Selain Ridwan Kamil, optimisme tentang swasembada energi terbarukan di Indonesia juga disampaikan oleh PT Pertamina. Pada tahun 2014, Pertamina menyatakan bahwa Indonesia siap swasembada energi dalam lima tahun mendatang. Kemandirian energi ini bertumpu pada peningkatan produksi minyak mentah, produk bahan bakar minyak (BBM), dan diversifikasi energi.

Pertamina berencana untuk meningkatkan produksi minyak mentah dari 190 ribu barel per hari menjadi 400 ribu barel per hari pada tahun 2019. Selain itu, Pertamina juga akan meningkatkan produksi BBM dari 1 juta barel per hari menjadi 1,5 juta barel per hari pada tahun 2019.

Untuk diversifikasi energi, Pertamina akan mengembangkan berbagai sumber energi terbarukan seperti biofuel, gas alam cair (LNG), gas alam cair (CNG), gas alam cair (LPG), serta panas bumi. Pertamina juga akan membangun infrastruktur pendukung seperti pipa gas, terminal LNG, dan stasiun pengisian bahan bakar gas (SPBG).

“Pertamina siap mendukung program pemerintah untuk mencapai swasembada energi. Kami akan terus berinovasi dan berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk mewujudkan hal itu,” kata Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto pada tahun 2014.

Namun, apakah target swasembada energi yang dicanangkan oleh Pertamina dan Ridwan Kamil bisa tercapai? Menurut ahli energi dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Herman Darnel Ibrahim, Indonesia masih memiliki tantangan besar untuk mencapai swasembada energi terbarukan pada 2050.

Ia mengatakan bahwa Indonesia masih menghadapi masalah dalam hal regulasi, investasi, teknologi, dan sosial. Ia menyarankan agar pemerintah membuat kebijakan yang konsisten dan jelas untuk mendorong pengembangan energi terbarukan di Indonesia.

“Kita perlu membuat roadmap atau peta jalan yang jelas tentang bagaimana kita mencapai swasembada energi terbarukan pada 2050. Kita juga perlu meningkatkan investasi, kerjasama, dan penelitian di bidang energi terbarukan. Kita juga perlu mengedukasi masyarakat tentang manfaat dan pentingnya energi terbarukan,” ujar Herman Darnel Ibrahim.

Ia menambahkan bahwa Indonesia memiliki potensi sumber energi terbarukan yang sangat besar, seperti panas bumi, bioenergi, surya, angin, air, dan laut. Ia mengatakan bahwa jika semua sumber energi terbarukan ini dimanfaatkan secara optimal, Indonesia bisa mencapai swasembada energi terbarukan pada 2050.

“Potensi energi terbarukan di Indonesia sangat besar, bahkan bisa mencapai 400 gigawatt (GW). Jika kita bisa memanfaatkan sekitar 25 persen dari potensi itu, kita bisa mencapai swasembada energi terbarukan pada 2050,” kata Herman Darnel Ibrahim.

Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam, termasuk sumber energi. Namun, Indonesia juga merupakan negara yang memiliki kebutuhan energi yang besar dan terus meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan populasi. Oleh karena itu, Indonesia perlu beralih ke sumber energi yang lebih bersih, berkelanjutan, dan mandiri.

Swasembada energi terbarukan adalah salah satu solusi yang bisa membantu Indonesia mencapai kesejahteraan dan keberlanjutan di masa depan. Namun, untuk mewujudkan hal itu, diperlukan komitmen dan kerjasama dari semua pihak, baik pemerintah, swasta, akademisi, maupun masyarakat.

Indonesia bisa menjadi negara swasembada energi terbarukan pada 2050 jika kita mau berusaha dan berubah. Mari kita dukung pengembangan energi terbarukan di Indonesia dengan cara-cara yang kita bisa. Karena energi terbarukan adalah energi untuk kita semua.

*Ikuti jfid di Google News, Klik Disini.
*Segala sanggahan, kritik, saran dan koreksi atau punya opini sendiri?, kirim ke email [email protected]

Share This Article