jfid – Kecantikan adalah salah satu hal yang paling diidam-idamkan oleh manusia. Banyak orang yang rela mengeluarkan banyak biaya, waktu, dan tenaga untuk merawat penampilan fisik mereka agar terlihat cantik atau tampan.
Bahkan, ada juga yang tidak segan-segan melakukan operasi plastik atau prosedur kecantikan lainnya untuk memperbaiki bagian tubuh yang mereka anggap kurang sempurna.
Apa yang mendorong manusia untuk terobsesi dengan kecantikan? Dan apa sebenarnya yang dimaksud dengan cantik?
Menurut psikologi, kecantikan adalah sebuah konsep yang bersifat subjektif dan relatif. Artinya, setiap orang memiliki definisi dan preferensi yang berbeda-beda tentang kecantikan.
Hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti budaya, sosial, media, genetik, dan psikologis. Tidak ada standar kecantikan yang mutlak dan universal yang berlaku untuk semua orang.
Salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi kecantikan adalah psikologi evolusi.
Teori ini menyatakan bahwa manusia memiliki kecenderungan untuk mencari pasangan yang memiliki karakteristik fisik yang menunjukkan kesehatan, kesuburan, dan kemampuan bertahan hidup yang tinggi.
Hal ini bertujuan untuk memastikan kelangsungan hidup dan reproduksi yang optimal.
Oleh karena itu, manusia cenderung tertarik pada orang-orang yang memiliki wajah yang simetris, kulit yang bersih, rambut yang sehat, tubuh yang proporsional, dan lain-lain.
Karakteristik-karakteristik ini dianggap sebagai indikator attractiveness, yaitu daya tarik yang mampu menimbulkan intensitas courtship tertinggi.
Namun, kecantikan tidak hanya ditentukan oleh faktor fisik saja. Faktor non-fisik, seperti kepribadian, sikap, perilaku, emosi, dan nilai-nilai juga berperan dalam menentukan kecantikan seseorang.
Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa orang-orang yang memiliki kepribadian yang baik, sikap yang positif, perilaku yang sopan, emosi yang stabil, dan nilai-nilai yang sesuai dengan norma sosial cenderung dianggap lebih cantik daripada orang-orang yang tidak memiliki hal-hal tersebut.
Hal ini disebut sebagai inner beauty, yaitu kecantikan yang berasal dari dalam diri seseorang.
Selain itu, kecantikan juga dipengaruhi oleh faktor situasional, seperti suasana hati, konteks, dan lingkungan.
Misalnya, seseorang yang sedang bahagia cenderung merasa lebih cantik dan menarik daripada saat sedang sedih atau marah.
Seseorang yang berada di lingkungan yang mendukung dan menghargai dirinya cenderung merasa lebih cantik dan percaya diri daripada yang berada di lingkungan yang mengejek atau mengkritik dirinya.
Seseorang yang berada di konteks yang sesuai dengan penampilannya cenderung merasa lebih cantik dan nyaman daripada yang berada di konteks yang tidak sesuai dengan penampilannya.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kecantikan adalah sebuah konsep yang kompleks dan multidimensi.
Manusia terobsesi dengan kecantikan karena kecantikan memiliki dampak yang besar terhadap kehidupan mereka, baik secara pribadi maupun sosial.
Kecantikan dapat mempengaruhi rasa percaya diri, harga diri, kesejahteraan psikologis, kesehatan fisik, hubungan interpersonal, kesempatan kerja, dan status sosial seseorang.
Oleh karena itu, banyak orang yang berusaha untuk mencapai standar kecantikan yang mereka inginkan, baik dengan cara alami maupun artifisial.
Namun, terobsesi dengan kecantikan juga dapat menimbulkan dampak negatif, seperti stres, depresi, gangguan makan, gangguan citra tubuh, kecemasan sosial, dan ketergantungan pada produk atau prosedur kecantikan.
Hal ini dapat mengganggu keseimbangan dan kesehatan jiwa seseorang. Oleh karena itu, penting bagi manusia untuk memiliki pandangan yang sehat dan realistis tentang kecantikan.
Kecantikan bukanlah sesuatu yang tetap dan baku, melainkan sesuatu yang dinamis dan beragam.
Kecantikan bukanlah sesuatu yang harus dicapai dengan cara apapun, melainkan sesuatu yang harus disyukuri dan dirawat dengan baik.
Kecantikan bukanlah sesuatu yang harus dibanding-bandingkan dengan orang lain, melainkan sesuatu yang harus diterima dan dicintai dengan tulus.